Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Prof.Dr. Suparman, I.A. MSc dari Novel

19 Juli 2018   13:32 Diperbarui: 19 Juli 2018   13:35 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Saya Hendra Wijaya Pa, Semalam konfirmasi ke Bapak pertemuan kita Jam 13.30, hari ini. ini pak..dua buku saya..gelar MPd saya yang saya raih di sini Alhamdulillah sudah tercantum di Buku saya. !". setelah memperkenalkan diri, aku menyodorkan kedua buku karyaku. Aku tak berani duduk di kursi kosong samping Pa Suparman, karena takut di siriki mahasiswa yang ada disitu. 

Lagi pula Pa Suparman tak mempersilahkanku. Jadi  menghindari kesan belagu, Jadilah aku dodok. "ow..ya..Hendra..Buku Ya..Bagus..Bapak Ibu..ini Penulis Buku ! Bagus...!".  Pa Suparman menatap semua peserta bimbingan thesis dan memamerkan kedua buku ku. "Kedua buku itu, kumpulan tulisan saya yang dimuat di Kompassiana Pa..!, waktu saya masih kuliah S2 disini, identitas saya di kompassiana menggunakan 'mahasiswa pasca sarjana UNINDRA !". 

"Oh..buku ini tentang apa ?". "yang Merawat Indonesia Merawat Ibu Kita, isisnya seputar masalah kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia kekinian Pa. Soal Korupsi, soal nasionalisme, soal maraknya intoleransi,soal berita hoaxs, soal dasar negara sampai soal poligami...he..he..sementara buku yang ini: 1001 cerita di ruang guru, adalah kumpulan cerpen yang terjadi di ruang guru...!". "ya..masalah intoleansi saat ini marak, kelompok yang hanya 2 persen ingin memaksakan kehendak, bahkan dengan cara kekerasan. Ingin mengganti dasar negara, mengkafirkan orang lain bahkan yang se agama. Yang dianggap pemimpin mereka malah mabur, saat rakyat dan pemerintah bersatu menolak keinginan kelompok mereka. 

Masih untung  pemerintah tidak garang dan kasar menindak kelompok mereka. Sekarang kita lihat pemerintah bekerja membangun infrastrukur. Ekonomi cukup baik. Kita melihat dan merasakannya toh ? kita sebenarnya bisa swadaya pangan. Indonesia subur makmur. Saya punya pikiran akan menyamakan harga daging sapi dengan daging ayam. Bisa ? bisa..kenapa kita harus di impor pangannya terus..karena mentri dan yang terlibat dalam perdagangannya akan mendapat fee dari kegiatan import. 

Dapat uangnya cepet ga perlu ribet bikin program swadaya pangan. Saya adalah salah satu Founder dari lembaga  yang bergerak dalam hal Kerukunan antar umat beragama..nanti kalau ada kegiatan saya kasih tau ya..saya suka novel..saat ini juga saya sedang akan menyelesaikan novel karya saya. Saya suka baca Novel berjudul Kyai Ibrahim....!".  Pa Suparman dengan santai terus berbicara, seperti sedang memberi bimbingan kepada seluruh mahasiswanya di ruang itu. Ada rasa cemas di benakku. Wajah peserta bimbingan mulai mencurigaiku dan sorot matanya seperti merasa terganggu dengan kehadiranku. Pa Suparman sepertinya mengerti juga dengan gelagat itu. "Ok. 

Lain waktu kita ngobrol lagi..nanti kita chat chatan lah..!" tutup Pa Suparman,  menyelamatkanku dari tatapan mata peserta bimbingan thesis yang mulai menusuk ku. "baik Pa...Boleh saya minta di photo dengan bapak ?". pintaku. Dengan di bantu salah satu peserta bimbingan thesis, kami pun di Foto. Ckrek. "terimkasih atas waktu dan kesempatannya pa.. ! bapak ibu, saya mohon maaf apabila telah mengganggu..!". aku bergerak cepat keluar dari ruangan dengan hati yang senang. 

Di Bis yang mengantarku kembali dari Jakarta ke Tangerang,  aku mencoba mengingat beberapa yang disampaikan oleh Pa Suparman. Aku seperti menemukan chemistri baru hubunganku dengan Pa Suparman. Beberapa yang di paparkan Pa Suparman secara singkat tadi, hampir semua ada di  ulas di buku ku: Merawat Indonesia Merawat Ibu Kita. Nasionalisme, praktek intoleransi, perilaku koruptif, dan masalah kebangsaan lainnya. Hanya, yang paling kuat menyerang pikiran dan ingataanku adalah novel yang berjudul : Kiyai Ibrahim dan Kerukunan Agama. Yang Pa Suparman promosikan tadi. Aku mulai curiga, jangan-jangan Kyai Ibrahim dalam Novel itu adalah Pa Suparman. 

Aku mulai sadar, nama Pa Suparman itu adalah Prof. Dr. Suparman, I.A , MSc. Bukankah I nya adalah Ibrahim dan A nya adalah Abdullah ?. ow..Pa Suparman juga bergelar Kiyai ?  lalu soal kerukunan beragama ?. ah..sosok Gus Dur langsung terbayang dalam benakku. Iseng aku ketik di papan searching mbah google: "Dr. Suparman  Ibrahim Adullah". Tak lama bermunculan foto dan  info seputar nama yang aku ketik itu." nah...benarkan..!". Aku perlu sampaikan kenapa aku menghubungkan dengan Gus Dur  ?, aku cerita sedikit ya.  

Selama dua tahun aku 'memburu magister' ku di UNINDRA, mungkin hanya  empat  atau lima kali pertemuanku dengan Pa Suparman dalam dua tahun itu, itupun sangat formalistik dan cenderung pasif.  Saat  awal kuliah ketika beliau memberi sambutan, saat  berpapasan di selasar kampus, saat minta tandatangan sebagai Penguji Thesis, dan saat wisuda S2 ku di  TMII. Tak ada  istilah 'ngobrol' dalam lima pertemuan itu. Namun, setelah beberapa waktu aku mengikuti kuliah, samar terdengar Pa Suparman itu kerabatnya Gus Dur.

 Informasi samar itu, entah kenapa aku langsung mempercayainya. Karenanya, pada saat usai  minta tanda tangan beliau untuk  menjadi penguji Thesisku dan saat  wisuda S2  aku cium tangannya, serasa mencium tangan orang tuaku, guru-guruku atau kyai-kyai ku di pesantren dimana aku pernah mondok. Dan pertemuanku yang ke enam terjadi hari minggu,  15 Juli 2018 kmaren itu.   

Dokpri
Dokpri
Sosok Pa Suparman Yang aku kenal  Sesudah  membaca Novel Kyai Ibrahim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun