Mohon tunggu...
Rabbani Alhanan
Rabbani Alhanan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisa Dampak Pembangunan Tol Trans-Sumatera terhadap Pembangunan Desa Way Hui, Lampung Selatan

19 Juli 2022   11:40 Diperbarui: 19 Juli 2022   14:00 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Undang-undang tersebut membahas tambahan ruas jalan tol Sumatera yang
meliputi ruas Tol terbanggi Besar-Pematang Panggang, Pematang Panggang-Kayuagung, Kisaran-Tebing Tiggi, serta ruas Tol Palembang- Tanjung
Api-Api.

Salah satu ruas Tol Trans-Sumatera, yaitu Tol Bakauheni-Terbanggi Besar,
melewati Kabupaten Lampung Selatan. Ruas tol ini direncanakan dibangun sepanjang 141 kilometer dan melibatkan 5 Badan Usaha Milik Negara, diantaranya PT Hutama Karya, PT Waskita Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT PP Tbk, dan PT Wijaya Karya Tbk. 

Pembangunan ruas tol ini terdiri dari 4 paket, yaitu Paket 1, Paket 2, Paket 3, dan PAket 4. Paket 1 yang menghubungkan
Bakauheni dengan Sidomulyo terdiri dari Seksi 1-3 dengan panjang jalan 39,4
kilometer. Paket 2 yang menghubungkan Sidomulyo dengan Kotabaru terdiri dari
Seksi 4 dan 5 dengan panjang jalan 40,6 kilometer. Paket 3 yang menghubungkan
Kotabaru dengan Metro terdiri dari Seksi 6 dan 7 dengan panjang jalan 29 kilometer. Sedangkan Paket 4 yang menghubungkan Metro dengan Terbanggi Besar terdiri dari Seksi 8 dan 9 dengan panjang jalan 31,93 kilometer. Tol Bakauheni-Terbanggi Besar mulai dioperasikan sejak 8 Maret 2019.

Desa Way Hui ada sejak tahun 1937, dengan Bapak Wiryo sebagai kepala desanya yang pertama. Desa Way Hui merupakan salah satu dari dua puluh satu desa di wilayah Kecamatan Jati Agung, yang terletak empat kilo meter ke arah selatan dari kota kecamatan. Desa Way Hui memiliki luas wilayah 26,63 hektar, dengan posisi strategis karena merupakan jalur perlintasan menuju Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro, serta berbatasan langsung dengan Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung.

Warga Desa Way Hui terbilang heterogen, terdiri dari berbagai macam suku, agama, golongan, profesi dan tingkat pendidikan. Berdasarkan profil Desa Way Hui tahun 2015, mayoritas warga berprofesi sebagai petani, pedagang, dan pegawai negeri sipil. Tercatat jumlah keluarga prasejahtera Desa Way Hui dilihat dari keadaan tempat tinggalnya pada tahun 2015 berkisar antara dua puluh hingga tiga puluh persen dari jumlah total penduduk sebanyak 12.287 jiwa yang tersebar di delapan dusun.

Perkembangan Desa Way Hui Sejak Dibangunnya Tol Trans-Sumatera Berdasarkan data yang kami peroleh adalah berupa meningkatnya eksistensi desa, jumlah pengunjung meningkat, menigkatnya kualitas sarana transportasi, berkurangnya kemiskinan, meningkatnya keamanan, meningkatnya daya jual tanah warga, pendapatan warga bertambah, dan bertambahnya lapangan kerja. 

Dari kedelapan kemajuan tersebut, meningkatnya kualitas sarana transportasi adalah hal yang paling dirasakan oleh penduduk desa. meningkatnya pengunjung Desa Way Hui, kemudian disusul oleh bertambahnya lapangan kerja, bertambahnya pendapatan, dan meningkatnya daya jual tanah warga. Sedangkan kemajuan dengan persentase terkecil (4,83%) antara lain berkurangnya kemiskinan, lebih terjaminnya keamanan, dan meningkatnya eksistensi desa. Dengan meningkatnya sarana transportasi di sekitar desa, jumlah pengunjung pun meningkat. Hal ini disusul dengan meningkatnya perekonomian desa karena dengan bertambahnya pengunjung, maka semakin banyak konsumen, permintaan tanah, hingga bertambahnya lapangan kerja baru.

Dari data yang di dapat sebagian kecil warga ternyata juga merasakan dampak negatif dari pembangunan tol Trans Sumatera . Seperti lahan sawah dan perkebunan yang berkurang, jalan sekitar desa yang semakin buruk, terganggunya drainase, kemacetan pada jalan di sekitar desa, polusi (polusi suara, udara, dan tanah), hingga tingkat kriminalitas yang lebih tinggi. 

Dampak negatif yang paling dirasakan penduduk sekitar adalah rusaknya jalan sekitar desa. Yang kedua adalah meningkatnya polusi. Di posisi ketiga adalah kemacetan di jalan menuju pintu tol. 

Jalan sekitar desa yang rusak disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan yang menuju pintu tol melalui Desa Way Hui. Kerusakan jalan ini juga menimbulkan kemacetan. Berkurangnya lahan persawahan dan perkebunan karena adanya kebutuhan pemerintah untuk membangun tol dengan membeli tanah warga dengan harga tinggi. Hal ini merupakan keuntungan bagi warga yang sudah siap memanfaatkan uang hasil penjualan tanah untuk berdagang ataupun membuka usaha lainnya. Sedangkan warga yang belum siap untuk beralih profesi dari bercocok tanam menjadi pedagang, membutuhkan waktu untuk mengikuti arus perubahan sosial. Kriminalitas yang meningkat disebabkan banyaknya pendatang baru yang melewati Desa Way Hui, sedangkan tingkat keamanan desa belum memadai. Drainase yang terganggu terjadi karena banyaknya pembangunan sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Dengan begitu, drainase yang sudah ada perlu direnovasi agar sesuai dengan keadaan sekarang. 

Hal yang paling diharapkan responden adalah adanya pelayanan pemerintah yang lebih baik untuk Desa Way Hui. Kemudian disusul oleh adanya perbaikanbjalan desa, perokonomian yang semakin maju, minat masyarakat untuk mengunjungi desa semakin tinggi, peningkata keamanan, hingga penigkatan kebersihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun