Liat dia bangkit, gue jadi pengen bangkit. Gue kesel ngeliat hidup dia yang selalu gak beres, tapi dia mirip gue. Itu bikin gue merasa kemarahan gue ini bisa gue manfaatkan untuk merubah diri dan keadaan. Â Disakiti berkali-kali, Oh Hae Young masih mencoba berdiri dan memperkuat identitasnya di tempat yang membuat dia terluka. Walau sambil nangis.
Selain itu, semangat menggebu-gebu ini membuat gue lebih berani untuk bercerita pada seseorang yang gue sadari selama ini menjadi satu-satunya orang yang melihat gue sebagai gue. Mama.
Mama berusaha bikin gue percaya dia liat gue sebagai gue. Tapi karena kesedihan akan kakak yang selalu mendominasi, gue anggep rata semua orang gak anggep gue ada. Menjelang gue tumbuh, pesan mama pernah mengorek luka lama sekaligus menjahitnya.
"Menang kalahnya adek, adek udah berhasil membuat sesuatu. Artinya adek udah menjadi seorang jurnalis." Bubble chatnya masih gue sematkan sampai hari ini.
Eventhought, only "she was". Someone ever did. Kalau diri gue sebelum nonton drakor ini dibandingkan dengan gue yang sekarang mungkin akan kelihatan lucu, karena sekarang, gue udah mampu berpijak di dunia gue dengan identitas yang menggandeng erat siapa gue. Tanpa perlu diakui orang lain, gue meyakinkan diri dengan baik. Bahkan membuat akun dengan nama, Ryo si jurnalis keren!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H