Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dampak Kolaborasi Politik Anies-PDIP terhadap Demokrasi Indonesia

24 Agustus 2024   10:53 Diperbarui: 24 Agustus 2024   11:04 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar channel Youtube Warta Kota

Jika Anies Baswedan memutuskan untuk menerima syarat-syarat yang diajukan oleh Megawati Soekarnoputri, ada sejumlah implikasi negatif yang dapat berdampak pada keberlanjutan demokrasi di Indonesia, terutama mengingat kondisi demokrasi yang sudah mengalami berbagai tantangan di bawah pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Salah satu konsekuensi yang paling nyata adalah semakin terkikisnya prinsip-prinsip demokrasi yang seharusnya mengutamakan kemandirian, kebebasan berpendapat, dan pluralitas politik. Ketika seorang calon pemimpin harus tunduk pada syarat-syarat yang ditetapkan oleh elit partai, hal ini menandakan dominasi oligarki politik yang semakin kuat, di mana keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan kepentingan segelintir elit daripada kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Lebih lanjut, dengan menerima syarat-syarat tersebut, Anies berpotensi memperkuat pola politik patronase, di mana dukungan politik diberikan bukan berdasarkan meritokrasi atau visi pembangunan, melainkan atas dasar loyalitas kepada tokoh-tokoh kuat dalam partai. Ini dapat memperburuk situasi politik di Indonesia, yang sudah mengalami kemunduran dalam hal kebebasan sipil dan hak asasi manusia, sebagaimana terlihat dalam berbagai kebijakan represif yang diterapkan selama pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Dalam konteks ini, tindakan Anies bisa dilihat sebagai bentuk legitimasi terhadap praktik politik yang kurang transparan dan tidak demokratis, di mana kesetiaan kepada elit partai diutamakan daripada akuntabilitas kepada rakyat.

Selain itu, jika Anies tunduk pada syarat-syarat yang diajukan oleh Megawati, ini dapat memperkuat persepsi bahwa pemimpin-pemimpin politik di Indonesia cenderung pragmatis dan siap mengorbankan nilai-nilai demokrasi demi mendapatkan kekuasaan. Ini berpotensi membuat masyarakat semakin apatis terhadap proses politik dan pemilu, karena melihat bahwa perubahan yang diharapkan melalui demokrasi sulit terwujud akibat dominasi elit yang terus berlanjut. Ketidakpercayaan publik ini bisa berujung pada rendahnya partisipasi dalam pemilu, melemahnya legitimasi pemerintahan, dan semakin terpolarisasinya masyarakat.

Terakhir, dalam jangka panjang, tunduknya Anies pada syarat-syarat Megawati juga bisa menghambat upaya untuk memperkuat institusi demokrasi di Indonesia. Ketika seorang calon pemimpin memilih untuk mengutamakan kepentingan elit partai daripada mendorong reformasi yang diperlukan untuk memperbaiki sistem demokrasi, maka peluang untuk mengatasi carut-marut demokrasi menjadi semakin tipis. Hal ini dapat membuat Indonesia terperangkap dalam siklus politik yang tidak stabil dan rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan, yang pada akhirnya merugikan rakyat dan menghambat pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk lebih kritis dan aktif dalam memantau dinamika politik yang terjadi. Apakah kita siap untuk melihat potensi pengaruh negatif dari keputusan politik yang mungkin mengorbankan prinsip-prinsip demokrasi demi kepentingan elit? Bagaimana kita sebagai pemilih dapat memastikan bahwa calon pemimpin yang kita dukung benar-benar berkomitmen pada reformasi yang akan memperkuat demokrasi dan tidak sekadar mengikuti arus politik yang ada?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun