Yang membuat saya terkejut adalah saat kondektur menagih ongkos.
"Berapa ongkosnya, Pak?" tanya saya pada kondektur.
"Dua puluh lima ribu rupiah, Pak," sahut sang kondektur.
"Bukan dua puluh ribu rupiah, Pak?" tanya saya lagi.
"Bukan, Pak. Dua puluh lima ribu rupiah."
Saya pun memberikan uang Rp25.000,00 kepada sang kondektur.
Saya heran, mengapa ongkosnya sampai Rp25.000,00. Padahal setahun sebelumnya hanya Rp14.000,00. Kalau bus DAMRI menerapkan social distancing seperti bus biasa yang saya tumpangi dari Paal 2, saya dapat memaklumi kenaikan tarifnya. Â Karena 2 tempat duduk, hanya ditempati oleh 1 orang. Namun, di bus DAMRI ini, yang terjadi justru sebaliknya. Â 1 tempat duduk ditempati 1 orang tetapi ongkosnya dinaikkan seenaknya. Â Kiranya hal ini dapat menjadi perhatian pihak terkait, terutama pihak DAMRI. Â
Manado, 10 November 2020
R. T. Mangangue
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H