Mohon tunggu...
Agoeng Triadi
Agoeng Triadi Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

I'm just an ordinary PNS, yang baru mulai belajar menulis dan menuangkan isi kepalanya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Moderasi Beragama Mewujudkan ASN BerAKHLAK

5 Oktober 2022   10:36 Diperbarui: 5 Oktober 2022   10:44 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa Moderasi Beragama?

Apa sih sebenarnya moderasi beragama? Kayanya pernah dengar istilah tersebut belakangan ini. Apakah itu maksudnya beragama di zaman modern? Atau ada maksud lainnya? Mungkin kalian pernah mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Mungkin juga tidak. Mungkin tahu dan memilih abai, tidak perduli, atau apapun alasannya. Yang pasti, istilah moderasi beragama pernah mengemuka dan happening beberapa waktu yang lalu.

Lantas, mengapa moderasi beragama ditanyakan? Apa urgensinya sampai harus dibahas disini? Apa hubungannya dengan profesi ASN? Semua pertanyaan di atas akan coba dijawab melalui artikel ini, dimana saya akan memberikan penjelasan mengenai moderasi beragama. Lebih jauh, artikel ini akan mengeksplor hubungan antara hal tersebut dengan core values atau nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK. Terakhir, tulisan ini akan menjabarkan bagaimana seorang ASN bisa memiliki nilai-nilai dasar BerAKHLAK dengan memahami ajaran agama secara moderat.

Pemahaman Moderasi Beragama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moderasi diartikan sebagai pengurangan kekerasan, penghindaran keekstreman. Dari penjelasan tersebut, sebenarnya kita bisa menyimpulkan bahwa istilah moderasi beragama mulai viral setelah munculnya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama diseluruh dunia. Aksi-aksi tersebut kemudian diketahui berawal dari pemahaman agama yang sifatnya ekstrem, yang membuat penganutnya bersedia melakukan apapun untuk kepentingan agamanya. Keberadaan pemahaman agama yang ekstrem tersebut pada akhirnya mendorong pengajaran agama yang lebih dimoderasi alias dikurangi muatan pengajaran yang terkait dengan kondisi keekstremannya.

Al-Quran sendiri sebenarnya telah menjelaskan tentang moderasi beragama. Allah SWT menyampaikan dalam Surat Al-Baqarah ayat 143 yang artinya:

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan* agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS. 2:143)

*   Umat pertengahan (ummatan wasatan) berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang baik dalam keyakinan, pikiran, sikap maupun perilaku.

Kata "wasathan -- pertengahan" bisa diartikan sebagai tidak termasuk ke dalam umat yang berlebih-lebihan (ekstrem) dalam beragama, dan tidak masuk pula ke dalam golongan yang kurang memahami agamanya (liberal/bebas berpandangan). Hal ini turut sejalan dengan hadist Nabi "sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah." (HR. Al-Baihaqi).

Dalam kehidupan berbangsa, ummatan wasathan yang menjadi dasar moderasi beragama ini terkait erat dengan konsesus ideologi bernegara yang diusung oleh para founding father bangsa ini. Pada saat itu, ideologi negara yang dipilih adalah Pancasila, bukannya negara agama ataupun negara sekuler, tapi negara yang membebaskan warganya untuk memeluk satu agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing dalam balutan multikulturalisme yang kental.

Sejak zaman dulu, pengajaran agama Islam dilakukan dengan cara damai bukan kekerasan. Dakwah yang dilakukan, misalnya oleh Wali Songo menggunakan pendekatan kultural. Pendekatan yang mengutamakan kearifan lokal atau lokalitas yang sejalan dengan ajaran Islam selalu dikedepankan. Para wali sering bermusyawarah untuk membicarakan masalah umat dan cara-cara berdakwah yang baik. Namun, disana juga tetap dikedepankan moderasi beragama. Kearifan atau budaya lokal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam dapat digunakan atau dilakukan. Sebaliknya yang bertentangan maka tidak bisa dipakai untuk berdakwah.

Dari penjelasan tadi, dapat kita pahami bahwa sesungguhnya pemahaman ajaran Islam yang baik adalah yang berada di tengah-tengah. Ajaran Islam tidak bersifat kaku, dan juga tidak bersifat bebas/liberal. Ajaran Islam memiliki panduan utamanya sendiri yang wajib diikuti, yaitu Al-Quran dan sunah Rasul (hadist). Setelahnya, terdapat sumber hukum berikutnya yaitu Ijma dan Qiyas.  Moderasi beragama bagi pemeluk Islam seharusnya diartikan sebagai menjalankan ajaran Islam secara seimbang dalam keyakinan, pikiran, dan sikap perilaku berlandaskan pada Al-Quran, hadist, ijma dan qiyas.

Moderasi Beragama dan ASN BerAKHLAK

Setelah memahami moderasi beragama, pertanyaan selanjutnya adalah apa pentingnya moderasi beragama bagi para ASN? Perlu diingat, tugas ASN adalah melaksanakan kebijakan publik, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Pelaksanaan tugas-tugas di atas akan terganggu bila ASN kaku dalam menjalankan keyakinannya, atau bisa juga lebih bebas/liberal dalam kesehariannya. Kaku, misalnya bersikap tidak adil karena mengutamakan kelompok tertentu. Liberal, misalnya tidak mengindahkan adab berpakaian yang sopan saat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam kapasitas sebagai ASN, moderasi beragama ditempatkan sebagai dasar sikap untuk memahami agama demi mencapai ummatan wasathan alias umat pertengahan yang sukses menjalankan amanat tugas negara.

Lebih lanjut, bagaimana hubungan antara moderasi beragama dan nilai dasar ASN BerAKHLAK? BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif. Core values ini diluncurkan tahun 2021 yang lalu untuk memberikan satu nilai yang sama bagi para ASN, sehingga ASN dapat melaksanakan tugas fungsinya berlandaskan pada nilai-nilai tersebut.

Mengingat BerAKHLAK ini merupakan satu set nilai yang baru dikenalkan, disamping sosialisasi secara masif, maka dapat juga dikenalkan melalui jalan dakwah. Mengapa disampaikan melalui dakwah? Karena BerAKHLAK sesungguhnya mengandung nilai-nilai kebaikan. Muara dari semua nilai tersebut ada di dalam Al-Quran dan hadist. Setiap nilai pada BerAKHLAK dapat di-breakdown atau dijabarkan dan didetailkan surat dan ayat Al-Quran serta hadistnya, termasuk kisah-kisah hikmah yang terkait dengan masing-masing nilai. Yang perlu dilakukan adalah memberikan keseluruhan ajaran agama tadi secara moderat kepada setiap ASN, sehingga ASN akan memiliki pemahaman agama, dan pemahaman nilai BerAKHLAK yang terkorelasi dengan nilai agama.

Menuju ASN BerAKHLAK

Per Juli 2022, jumlah ASN di Indonesia adalah sekitar 4,3 juta orang dengan berbagai latar belakang suku, agama, budaya, dan Bahasa. Jumlah yang besar ini memiliki permasalahan tersendiri dalam pengelolaannya. Jika salah mengelola, maka hal ini dapat mengarah kepada potensi terjadinya perpecahan atau disharmonis antar pegawai. Disamping tantangan multikultural yang ada, pemerintah juga dihadapkan pada amanat pengelolaan anggaran pembangunan yang sangat besar hingga mencapai triliunan rupiah. Untuk mengelola anggaran sebesar itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang tidak sedikit, dan tentu saja harus berkualitas. Berkualitas dalam arti berkompeten, yaitu memiliki pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang mumpuni, dilandasi dengan akhlaq/sikap perilaku (attitude) yang baik.

Sikap perilaku ASN harus sesuai dengan nilai dasar BerAKHLAK tadi agar sukses mengelola anggaran dan mengemban amanat negara. Bisa dibayangkan, pegawai pemerintah membangun jalan atau pelabuhan, tapi anggarannya tidak transparan. Atau ada pula pejabat yang menerima gratifikasi dari rekanan. Mau dibawa kemana ASN ini? Atau mengkhayalkan, misalnya membangun destinasi pariwisata super prioritas seperti Labuan Bajo. Instansi pemerintah (termasuk ASN di dalamnya) yang terlibat tidak mau berkolaborasi dengan instansi lainnya, termasuk para pelaku industri pariwisata. Bersikap egosentris. Cuma tahu mengerjakan yang menjadi bagiannya saja. Tidak mau mendengar saran dan bekerja sama dengan pihak lain. Mau dibawa kemana pembangunan bangsa ini?

Menginternalisasi nilai BerAKHLAK bagi ASN yang baru mungkin tidak sulit, karena mereka lebih mudah dibentuk sikap perilakunya (maybe lho). Yang susah adalah mereka yang telah cukup lama menjadi ASN, sehingga sikap perilakunya telah dibentuk sesuai kondisi lingkungan kerjanya. Mengenalkan secara langsung nilai BerAKHLAK tidak akan semudah membalikan telapak tangan. Apalagi bila lingkungan kerjanya kurang mendukung penerapan nilai-nilai baru tersebut. Jalan yang lebih mudah mengenalkan nilai BerAKHLAK seperti telah disebutkan sebelumnya adalah melalui dakwah. Metode dakwah yang bagaimana? dakwah dengan cara recalling (mengingatkan kembali) nilai-nilai agama yang sesuai dengan core values tersebut.

Apa itu recalling? Recalling merupakan kegiatan memberi kesempatan kepada para ASN ditempat kerjanya untuk mengemukakan semua hal yang dikerjakan, dialami, dipelajari, dirasakan dan dimengerti dari suatu proses belajar/bekerja. Pengalaman tadi, oleh tokoh agama yang ada/ditunjuk oleh instansinya kemudian dikaitkan dengan nilai agama yang sesuai. Sebagai contoh ialah implementasi nilai Berorientasi Pengalaman, dimana saat memberikan pelayanan kepada setiap orang, maka ASN harus bersikap adil. Terkait adil, hal yang di-recalling adalah pengalaman si ASN belajar ayat Al-Quran dan hadist tentang sikap adil. Bisa di-recall dari pendidikan agamanya yang pernah diperoleh, dari ceramah yang didengarkan, dari buku yang dibaca, dll. Ayat tentang adil yang umum misalnya pada Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 8 yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Mengapa recalling pengalaman belajar nilai-nilai agama lebih mudah? Karena secara umum, pelajaran agama telah diberikan sedari kecil dan biasanya berlangsung terus menerus. Hal ini dibuktikan dengan pelajaran agama yang diberikan sejak di bangku TK hingga perguruan tinggi. Pemahaman agama pada diri ASN inilah yang perlu diingatkan kembali atau dimoderasi berdasarkan empat sumber hukum Islam di atas. Ketika pemahaman agama ASN tadi sudah di-recall, sudah menjadi satu pemahaman antara nilai agama yang moderat dengan nilai BerAKHLAK yang mengikutinya, maka penerapan nilai BerAKHLAK oleh seluruh ASN menjadi sebuah keniscayaan.

Langkah Ke Depan

Kunci utama peningkatan kinerja sebuah organisasi adalah manusianya. Kelola dan kembangkan SDM di dalamnya dengan baik, maka organisasi tinggal memetik hasilnya. Demikian juga di instansi pemerintah. Apabila ingin menjaga kondisi harmonis antar pegawai yang seabrek tadi, mengelola anggaran yang besar, melaksanakan pembangunan dengan baik, maka tingkatkan kualitas ASN-nya. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menanamkan atau menginternalisasikan nilai dasar BerAKHLAK. Di atas sudah disebutkan jalannya, yaitu dakwah agama melalui recalling pengalaman bekerja dan pengalaman beragama para ASN. Recalling dilakukan dengan mengingatkan kembali pemahaman agamanya, atau updating pengetahuannya, atau bisa juga dimoderasi, agar tidak mengarah ke kanan (beragama secara kaku/ekstrem) atau mengarah ke kiri (beragama secara liberal).

Recalling pemahaman agama dan nilai BerAKHLAK bisa diberikan bersamaan dengan kegiatan pelatihan atau pengembangan kompetensi lainnya. Misalnya dengan mentoring, coaching, knowledge sharing forum, dll. Lebih bagus lagi jika ada sesi tersendiri bagi setiap pegawai untuk melakukan proses recalling tadi. Recalling ajaran agama yang diikuti uraian perilaku BerAKHLAK akan membuat ASN dapat menjalankan tugasnya dengan baik, berlandaskan pemahaman agama yang moderat dan core values ASN yang sesuai.

Bagaimana dampak dari kegiatan recalling tadi? Hasilnya, muncul kesadaran bahwa memberikan pelayanan kepada masyarakat diantaranya harus dengan senyum, karena senyum adalah ibadah. Dari Abu Dzar r.a. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda "Senyummu di hadapan saudaramu adalah (bernilai) sedekah bagimu" (HR. Tirmidzi). Bahwa mempertanggungjawabkan suatu kegiatan harus secara transparan, karena kejujuran adalah ibadah. Bahwa insan PUPR harus meningkatkan kompetensinya, karena itu adalah ibadah, sebagaimana hadist Nabi, "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China". Bahwa menciptakan dan menjaga lingkungan yang harmonis ditengah-tengah masyarakat yang multikultural adalah ibadah, sesuai QS. Al-Hujurat ayat 6-13 (tentang menjaga sikap, kata dan tindakan untuk membangun masyarakat berkeadaban -- civil society).

Dampak recalling lainnya ialah panduan perilaku bahwa menghormati dan menjaga nama baik pimpinan, rekan kerja, dan orang lain sebagai representasi nilai loyal yang sesungguhnya bernilai ibadah. Diriwayatkan Ibnu Sunni dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi SAW melihat seseorang bersama seorang anak kecil. Beliau bertanya kepada anak tersebut, "Siapa ini?" Dia menjawab "Bapakku." beliau bersabda, "Janganlah engkau berjalan di depannya. Janganlah menyebabkan dia dimaki-maki. Jangan duduk sebelumnya dan jangan memanggilnya langsung dengan namanya." Hadist ini memberi pengajaran kepada kita agar menghormati dan menjaga nama baik, serta bersikap baik kepada orang lain. Juga bahwa mendorong inovasi dan kreativitas merupakan bagian sikap adaptif yang bernilai ibadah. Seperti hadist: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya" (HR. Muslim no. 1893). Bahwa berkolaborasi/bekerja sama adalah ibadah, sebagaimana QS. Al-Maidah ayat 2: "... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.".

Penjelasan di atas mengingatkan kita. Semua tugas bangsa harus dapat diemban oleh ASN. Diemban dengan mengedepankan sikap moderasi beragama sebagai langkah awal menginternalisasi atau memahami-menerapkan nilai-nilai BerAKHLAK. ASN dengan pemahaman agama yang moderat dan kuat, akan dapat mengelola anggaran yang besar dengan penuh akuntabilitas. Dapat melaksanakan pembangunan dengan kompetensi dan loyalitas yang tinggi. Pun dapat pula menciptakan lingkungan yang harmonis melalui adaptasi dan kolaborasi guna menghadapi perubahan lingkungan strategis dan disrupsi yang terjadi. Kesemua itu, diwujudkan oleh insan ASN di seluruh Indonesia, berbekal nilai-nilai BerAKHLAK yang dijiwai oleh pemahaman beragama yang wasathan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun