Mohon tunggu...
rama wibi
rama wibi Mohon Tunggu... lainnya -

i'am nothing but i want to be something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saat Kita Jadi Pengecut...

24 Juni 2014   19:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:17 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada yang bilang ini balik lagi ke individu masing-masing, mohon maaf yang ngomong seperti itu bodohnya melebihi para penjahat pedofil yang masih berkeliaran di NKRI ini, iya gue tau semuanya balik lagi ke individunya tapi mboknya sebuah organisasi baik besar maupun kecilkan mempunyai cita-cita luhur untuk menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik dan bermartabat baik secara agama maupun moral, lalu ketika ada oraganisasi yang sebagian besar anggota didalamnya tidak bisa mencerminkan cita-cita tersebut apakah kita lantas membelanya dengan balik ke individu masing-masing.

Dan gue berandai lagi, jika para partai islam di negara ini bersatu gue yakin bisa menang kok, toh nyatanya pada ngimpi pengen kekuasaan semua ya akhirnya seperti sekarang ini. Gue tau no 1 dan no 2 mempunyai ciri khas masing-masing, dan ketakutan para muslim yang membela no 1 jelas adanya karena tidak ingin DKI 2 menjadi DKI 1, gue tau itu. Namun saat melihat tindak tanduk NKRI yang selalu mengatasnamakan sebuah agama dan ras, maka tidaklah heran jika gue pengen para tokoh agama tersebut dikasih pelajaran JIKA ADA PEMIMPIN YANG DILUAR DARI AQIDAH MEREKA. Toh gak ada yang salah dengan pemimpin yang diluar aqidah kita, bukan gue membela. Tapi jika amanah yang diberikan saja tidak pernah ada yang kompeten untuk menjalankannya apakah pantas kita menjadi ambigu untuk tetap mendukungnya.

Dan Machiavelli menjelaskan dari awal jika, apapun kekuasaannya akan tetap diperjuangkan meski berlandaskan agama dan moral untuk menjadi alatnya, gue tidak menyalahkan hal itu, yang gue salahkan dan sesalkan adalah ketika para pendukung dan kadernya juga ikut memenangkan kekuasaan tersebut tanpa melihat emblem agama dan moral yang sudah tertera disebuah kartu lantas menjadikan dirinya sebagai orang yang pengecut hanya mementingkan kekuasaan tanpa mendahulukan yang haq.

~r4,20140624~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun