Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pragmatisme Politik, Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2024   08:47 Diperbarui: 4 Juli 2024   18:02 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggunakan pragmatismenya demi ikut mencicipi semerbaknya aroma kekuasaan. Itu sehingga masyarakat tidak teredukasi dalam hal memilih calon pemimpinnya. Yang penting mengikuti kemana arah angin paling banyak berhembus.

Memang ada satu dua partai politik yang masih memiliki idealisme tinggi, tetapi akhir-akhir ini lewat pernyataan beberapa kadernya seolah-olah ingin ikut berpragmatisme dalam menentukan calon pemimpin yang akan diusungnya. Sehingga sekolah kader yang sudah sangat baik didirikan partainya seolah tidak berguna sama sekali. 

Lantas siapakah yang diuntungkan dalam kondisi pragmatisme ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah sosok calon pemimpin dan kroni - kroninya yang muncul begitu saja karena memiliki hasil survei tinggi. 

Entah karena kinerja yang baik ataupun kedekatan dengan penguasa nasional dan bisa jadi menempel ketenaran dinasti politiknya. 

Secara politik pragmatisme seperti ini tidaklah menguntungkan bagi perkembangan demokrasi. Pergantian pemimpin yang diharapkan berjalan terus menjadi seolah-olah sudah dipersiapkan walaupun dalam koridor demokrasi. 

Kaderisasi internal partai menjadi tidak berjalan yang berjalan adalah kaderisasi dinasti dan kroni. Ganti pemimpin yang sebenarnya masih sama dengan pemimpin sebelumnya.

Kekhawatiran akan tidak adanya keberlanjutan apabila ganti pemimpin baru seolah - olah dipelihara agar masyarakat takut untuk memilih pemimpin yang baru. Ketakutan yang dipelihara akan melahirkan pilihan yang tidak rasional. 

Takut tidak lagi menerima bantuan - bantuan pemerintah dan ketakutan - ketakutan lain yang mengakibatkan pilihan masyarakat pun menjadi pragmatis.

Pemerintahan yang baik tentu harusnya dapat menciptakan sistem kesejahteraan masyarakat yang sistematis dan terstruktur sehingga dapat mengentaskan kemiskinan bukan malah menciptakan ketergantungan yang pada akhirnya membuat masyarakat bersikap pragmatis dalam menentukan pilihannya seperti halnya partai politik.

Salam sehat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun