3. Tanpa pamrih
Begitu berita banjir merebak, posko-posko bermunculan disertai dengan dapur umum sebagai penyedia pangan. Beberapa keluarga yang terdampak banjir memang sempat bertahan di rumah untuk menjaga harta benda dengan persediaan makanan yang diperkirakan cukup hingga banjir surut.
Namun, prediksi tersebut terbantahkan karena banjir terus meninggi meski hujan mulai mereda. Lapar tak terelakkan, makan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup, maka dapur umumlah yang menjadi pilihan.
Pertanyaannya Siapakah yang menyediakan dan rela memasak di dapur umum? Mereka adalah yang tentunya tidak terkena banjir dan para relawan. Tanpa pamrih mereka memasak dan menyediakan makanan bagi para korban yang belum tentu mereka kenal.Â
4. Meningkatkan rasa solidaritas
Dengan banjir awal tahun ini kita sebagai manusia akan lebih menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaanNya kita lemah dan tak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.Â
Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa mengabaikan bahwa sesama manusia saling membutuhkan satu sama lain. Mungkin memang tidak setiap hari kita membutuhkan bantuan, namun di saat kondisi seperti kemarin, hal itu pasti tak terelakkan.Â
5. Mengikis kesombongan
Rumah mewah, harta berlimpah, keluarga bahagia terkadang sering menjadikan kita sombong dan alpa bahwa semua itu adalah hanya titipan yang sewaktu-waktu jika Tuhan berkehendak akan hilang dalam hitungan detik.Â
Lihat saja, rumah mewah bertingkat, berpagar tinggi seketika diterjang banjir. Mobil dan motor hanyut bahkan saling menumpuk. Bisa jadi rumah dan kendaraan itu adalah sesuatu yang selama ini kita banggakan karena diperoleh dari hasil keringat sendiri. Ingat, semua yang kita miliki adalah atas ijinNya. Tanpa ridho dan ijinNya mustahil semua itu kita miliki.Â
6. Tetangga adalah saudara terdekat