Wabah virus corona selain menghantam warga negara, nyatanya pandemi ini juga menganjlokkan perekonomian negara. Dari berbagai bukti yang ada, ekonomi indonesia akan turun pada kisaran 2,3% sampai -0,4%, kata Mentri Keuangan Sri Mulyani, dilansir dari detikfinance.
Lantas, bagaimana cara orang desa menstabilkan ekonomi negara ini?
Pertama, Belanja ala kadarnya
Sudah menjadi kebiasaan, warga masyarakat setempat, apalagi penulis sendiri yang berada di pelosok kota tape, Bondowoso berbelanja ala kadarnya. Tidak menimbun barang. Hal ini terjadi karena masyarakat desa berpedoman pada warung kecil.Â
Di sini warung kecil menjajakan dagangannya setiap hari hanya untuk keperluan hari itu juga. Ini yang kompleks. Kadang kala juga ada pedagang yang mengasong dagangannya menggunakan sepeda motoran.Â
Jadi tak perlu repot-repot lagi untuk berbelanja ke pasar, maaf pasar agak jauh juga dari kami, jadinya kami ke pasar untuk keperluan yang sangat penting. Toh pasokan belanja sehari-hari pun sudah terpenuhi dengan adanya warung sebelah atau pedagang jalanan.Â
Beda halnya di kota yang harus ke supermarket atau ke pasar-pasar besar. Jika mereka tak cepat bertindak tuk belanja, dipastikan barang yang ingin mereka beli tak dapat jatah -kebagian. Menimbun barang adalah hal perlu bagi orang kota, orang desa mah enak.
Kedua, tidak menarik uang berlebih
Umumnya saja di desa tidak ada yang menabung di bank dalam jumlah besar. Palingan cuma tabungan kecil, itupun jarang sekali. Tau sendiri lah kita kelas ekonomi bawah, mau dapat dari mana uang sebanyak itu. Sehingga tak akan ada kejadian saling antre di bank.
Ketiga, hidup hemat
Orang desa sudah terbiasa hidup hemat alias mandiri (mandi, cuci, sendiri). Hematnya pun menyeluruh hingga ke faktor pakaian dan makanan. Kalau pakaian yang digunakan belum rusak, jarang mereka membeli yang baru. Palingan dijahit.Â
Faktor makanan pun mereka sudah terbiasa dengan lauk pauk ala kadarnya. Tahu tempe. Mereka juga memanfaatkan dedaunan yang bisa dikonsumsi. Daun singkong, daun labu, ataupun daun kelor (maronggi, maduranya). Yang penting bisa menyehatkan nan juga membuat stamina mereka bugar kembali.
Keempat, menyetok hasil panen
Ketika masyarakat pedesaan panen, biasanya hasil yang mereka tidak langsung dijual semuanya. Melainkan dijadikan stok kehidupan berikutnya.
Sebagai contoh mereka memanen padi. Hasil dari panen tersebut adalah dua kuintal. Maka mereka akan menyisihkan 1/4 atau sekitar 200 kilo untuk stok makanan mereka. Dari hal tersebut, mereka bakal hemat, tak merogoh saku dalam-dalam ketika ada ketidakstabilan ekonomi, seperti sekarang ini.
Kelima, mencintai rupiah
Wujud cinta pada rupiah masyarakat desa adalah berbelanja produk dalam negeri. Jarang sekali mereka menggunakan pakaian mode italia atau paris hehheh. Tidak ada yang menggunakan dolar. Ya, dari mana juga mereka dapat dolar hehehhe.Â
Bukan cuma pakaian makanan pun jarang-jarang mereka makan pizza, spaghetti dan hamburger. Intinya cinta produk dalam negeri. Maka dari itu, uang rupiah digunakan terus dalam roda perekonomian mereka.
Kelima hal tersebut merupakan bukti masyarakat desa dalam mewujudkan serta mensukseskan makroprudensial aman terjaga, cerdas berperilaku dan stabilitas sistem keuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H