Cinta adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepada sepasang manusia agar mereka saling menghargai, saling memiliki, dan saling mengasihi. Didalam cerita cinta akan muncul sebuah pengorbanan, keikhlasan, perjuangan, serta tanggung jawab. Meskipun begitu, tidak semua cerita cinta berakhir dengan menyenangkan.Â
Inilah yang dicurahkan oleh Pidi Baiq selaku penulis novel Dilan, Dia adalah Dilanku 1991. Bak cerita Romeo dan Juliet yang berasal dari Italia, Dilan dan Milea, sang tokoh utama, harus berpisah disaat mereka masih saling mencintai. Novel William Shakespeare dan Pidi Baiq ini memang sama-sama bergenre romance.Tetapi novel Dilan, Dia adalah Dilanku 1991 ini merangkum cerita cinta anak SMA pada tahun 1991. Dengan bahasa yang mudah dipahami, novel ini bisa menarik banyak hati kaum remaja untuk membaca novel Dilan, Dia adalah Dilanku 1991.
Pidi Baiq atau yang kerap disapa ayah Pidi ini melejit setelah ia berhasil menciptakan novel berjudul Dilan, Dia adalah Dilanku 1990. Meskipun sebelumnya ia sudah tergabung kedalam The Panas Dalam Band yang dibentuk pada tahun 1995. Selain novel Dilan, Dia adalah Dilanku 1991 (2015) dan Dilan, Dia adalah Dilanku 1990 (2014), Pidi Baiq juga membuat beberapa novel yang berjudul Milea: Suara dari Dilan (2016), Drunken Monster: Kumpulan Kisah Tidak Teladan (2008), Drunken Molen: Kumpulnya Kisah Tidak Teladan (2008), Drunken Mama: Keluarga Besar Kisah-kisah Non Teladan (2009), Drunken Marmut: Ikatan Perkumpulan Cerita Teladan (2009), Al-Asbun Manfaatulngawur (2010), At-Twitter: Google Menjawab Semuanya Pidi Baiq Menjawab Semaunya (2012), S.P.B.U: Dongeng Sebelum Bangun (2012).Â
Karena banyaknya novel yang menarik hati para pembaca Pidi Baiq mendapatkan penghargaan dari IKAPI Award kategori Writer of The Year pada tahun 2017. Ia juga pernah menulis naskah film Baracas. Selain menjadi penulis, seniman Indonesia yang satu ini juga menjadi ilustrator, komikus, musisi, dan pencipta lagu. Pidi Baiq pun turut menjadi salah satu dosen di Institut Teknologi Bandung.
Dilan, Dia adalah Dilanku 1991 adalah novel ke dua dari trilogi Dilan karya Pidi Baiq. Novel ini menceritakan tentang cerita cinta sepasang anak SMA, Dilan dan Milea, pada tahun 1991. Ia termasuk sosok orang yang sering khawatir, setia, dan mudah emosi.
"Aku Milea, Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan. Lahir di Jakarta, 10 Oktober 1972 dan sudah mandi. Sekarang, waktu nulis buku ini, aku tinggal di Kemang, di daerah Jakarta Selatan" (Halaman 13 pdf)
"Pokoknya aku sudah ngelarang kamu. Kalau kamu tetep nyerang, aku sudah bilang ke kamu: Kita putus!" (Halaman 148 pdf)
"Asal tau aja, ya, Kang Adi, waktu Kang Adi suka membangga-banggakan kampus Kang Adi, aku gak begitu peduli di kampus mana Kang Adi kuliah. Aku hanya ingin Dilan. Dia Cuma anak SMA kelas 2 dan bandel, tapi ketika aku duduk dengannya, dia bisa membuat aku gembira. Dia bisa membuat aku merasa seolah-olah dia itu bukan cuma Utusan Kantin, tetapi entah dari mana, datang ke bumi untuk menghapus segala rasa sedihkan dan bisa membuat aku menjadi menjadi merasa sangat baik dan seru setiap hari" (Halaman 62 pdf)
"Terserah dia mau apa. Terserah. Lia cuma gak suka dia ikut-ikutan geng motor. Bilangin, Bunda! Aku gak mau ngomong sama orang itu" (Halaman 311 pdf)
"Waktu Akew meninggal, Lia cemas Bunda... Lia takut Dilan juga akan kayak Akew" (Halaman 311 pdf)
Selain Milea, Dilan juga menjadi tokoh utama didalam novel ini. Ia digambarkan sebagai anak geng motor yang datang kesekolah hanya dengan membawa satu buku yang ia saku. Dilan juga termasuk anak yang romantis dengan gombalan-gombalan yang bisa membuat hati seorang Milea melambung tinggi ke angkasa.Â
Ia juga dikenal sebagai sosok yang bandel, suka berantem ini terbukti karena ia menjadi panglima tempur geng motor. Meskipun begitu, ia juga terkenal sebagai anak yang pandai yang selalu bisa meraih peringkat tertinggi di kelasnya. Selain itu, ia juga termasuk kedalam predikat anak yang humoris, ia selalu bisa membuat orang disekitarnya tertawa
"Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, aduh, maaf, aku pasti tidak bisa karena aku cuma suka Milea" (Halaman 30 pdf)
"PR-ku adalah merindukanmu. Lebih kuat dari matematika. Lebih luas dari fisika. Lebih kerasa dari Biologi" (Halaman 30 pdf)
"Lia mah gak bisa diramal. Harus dilamar" (Halaman 57 pdf)
"Neil Armstrong pasti kecewa, udah capek-capek jadi Neil Armstrong, eh, gak pacaran sama kamu. Ngapain jauh-jauh ke bulan?" (Halaman 73 pdf)
"Masa bilang dulu: Punten-ya,Dilan. Aku mau mukul kamu. Boleh?" (Halaman 25 pdf)
"Kau tau, Bunda sebetulnya bangga ke Dilan? Di SD, di SMP, dia selalu mendapat ranking pertama, kadang-kadang kedua, tapi nakalnya itu..." (Halaman 314 pdf)
Ibu Dilan, atau yang kerap disapa Bunda memiliki karakter yang humoris dan baik hati. Bunda adalah penenang hati Milea ketika ia mendapat masalah dengan Dilan. Bunda juga tak segan-segan untuk melawan seseorang yang menyakiti hati Milea.
"Tau kemaren kamu ditampar si Anhar, Bunda granat rumahnya!" (Halaman 210 pdf)
"Bunda yakin Dilan sangat mencintaimu, biarkan dia tenang dulu. Kamu harus juga tenang" (Halaman 313 pdf)
Bukan hanya Bunda yang bisa membuat Milea tenang dalam menyelesaikan masalahnya dengan Dilan. Ibu Milea juga mengambil bagiannya, tidak hanya masalah dengan Dilan. Ibu Milea sesosok yang penenang dan penyayang bisa membuat Milea tenang ketika menghadapi masalah dengan siapapun.
"Nanti, kamu bisa jelasin ke Dilan. Kalau ketemu. Dilan pasti maafin kamu" (Halaman 193)
Berbeda dengan Bunda dan ibu, ayah Dilan terkenal dengan sikapnya yang keras dan galak. Ia pernah menembak lampu tetangganya yag terletak disudut pagar dekat rumahnya dan menurut ayah Dilan cahaya lampu itu sangat menyilaukan. Ayah dilan juga pernah mendatangi Dilan secara diam-diam ketika Dilan sedang bermain judi remi kecil-kecilan di pos ronda dekat rumahnya.
 Ayah Dilan menodongkan pistolnya kearah pelipis Dilan dan membuat Dilan tak berkutik sedikitpun. Walaupun terkenal galak dan keras Ayah Dilan ternyata juga memiliki sisi yang humoris. Hal ini terbukti ketika dia pertama kali bertemu dengan Milea.
"Hei Bunda! Dia memanggil aku Ayah" (Halaman 219 pdf)
"Nanti saya ajak ayahmu panco dan saya harus menang" (Halaman 219 pdf)
Sama seperti remaja masa kini, Milea juga memiliki sahabat yang selalu menemani disaat dia senang maupun sedih. Salah satu sahabatnya bernama Wati. Selain menjadi teman Milea, Wati adalah sepupu Dilan yang sering meminta uang kepada Dilan. Didalam novel Wati memiliki karakter yang setia kawan, baik, dan selalu menghibur si Milea.
Aku dan Wati dikamar. Kurebahkan diriku di kasur dengan rambut yang dielus oleh Wati. Wati duduk ditepi kasur, menemaniku yang menangis. Aku merasa Wati bisa merasakan hal yang sama denganku.
Piyan adalah pacar Wati sekaligus teman Dilan dan Milea. Ia selalu membela Dilan. Selain itu, ia selalu memberitahu apapun kepada Milea tentang Dilan, termasuk ketika Dilan hendak berkelahi atau balas dendam.
"Pas tau Dilan ditangkap. Piyan langsung ke kantorpolisi. Buat mastiin" (Halaman 177 pdf)
Novel Dilan dan Milea memiliki kisah yang seru dan membuat para pembaca senyum-senyum sendiri ketika membacanya. Berawal dari Dilan dan Milea tanda tangan diatas materai sebagai bukti bahwa mereka sudah resmi jadian. Gombalan-gombalan dan lelucon receh yang keluar dari mulut Dilan yang bisa membuat Milea terbang sekaligus tertawa. Tidak hanya itu, Dilan yang harus masuk kedalam penjara karena ia telah terlibat dalam perkelahian melawan geng motor lain, sehingga Milea, sang kekasih Dilan, harus menahan rindu yang mendalam.Â
Hingga saatnya Dilan melanggar larangan Milea untuk menyerang geng yang membuat kawan Dilan yang bernama Akew meninggal. Akibatnya Dilan harus masuk kedalam penjara lagi, sekaligus ia diusir dari rumahnya. Tidak hanya sampai situ, Dilan harus pasrah ketika hubungannya berakhir dengan Milea padahal mereka masih sama-sama saling mencintai. Pada akhir cerita, diceritakan Milea bertemu untuk pertama kalinya setelah ia putus komunikasi dengan Dilan, tapi sayangnya, saat itu Milea sudah memiliki pengganti Dilan.
"Ah, gak apa-apa gak pacaran sama kamu juga juga, deh. Asal kamunya tetep ada di bumi.Udah cukup, udah bikin aku seneng" (Halaman 24 pdf)
"Aku rindu Dilan..." (Halaman 186 pdf)
"Aku sudah putus dengan Lia..." (Halaman 310 pdf)
Secara garis besar, Novel ini beralur maju-mundur. Pada awal cerita Milea, sang tokoh utama, menceritakan kisah percintaannya dengan Dilan pada jaman ia masih SMA, dan diakhiri dengan kini ia yang sudah mempunyai suami.
"Saat itu, aku masih remaja dan boleh dikatakan belum dewasa, dan belum mampu menghadapi masalah dengan benar. Sehingga harus maklum kalau kadang-kadang ketika berusaha menyelesaikan suatu masalahjustru malah menimbulkan malah menimbulkan masalah lainnya" (Halaman 14 pdf)
"Sekarang, aku sudah bersama suamiku, bersama situasi yang aku miliki sekarang. Memulai hidup baru bersama Mas Herdi, Tino, dan Abel dihatiku. Aku senang memiliki mereka dihidupku, tapi aku juga senang memiliki masa lalu bersamamu" (Halaman 341 pdf)
Didalam novel ini tempat kejadian sangat mendukung. Suasana Bandung tempo dulu yang asri, pohon-pohon hijau dipinggir jalan, jalanan yang tidak macet, angina yang sepoi-sepoi seakan-akan menambah keromatisan pasangan ini. Tidak hanya Bandung, Jakarta juga menjadi saksi bisu tentang perjalanan cinta mereka. Sekian lama setelah mereka putus, mereka dipertemukan lagi disuatu perusahaan yang terletak di Jakarta.
"Rasanya,jalan itu, jalan Buah Batu itu, dulu, masih sepi sekali. Belum begitu banyak orang, belum begitu banyak kendaraan. Belum begitu banyak spanduk dan baliho. Trotoar juga belum dipenuhi oleh pedagang kaki lima. Di tempat-tempat tertentu malahan masih bisa kulihat sawah meskipun tidak begitu banyak" (Halaman 28 pdf)
Tak hanya latar tempat, latar waktu juga mempengaruhi cerita cinta mereka. Gombalan-gombalan receh yang Dilan ucapkan pada saat itu bisa membuat pipi seorang Milea bersemu merah, mungkin jika Dilan menggombali cewek seperti itu pada masa kini, kemungkinan besar sicewek akan pergi, mungkin karena merasa jijik.
Dari halaman awal buku ini, Milea sang tokoh "aku" didalam novel menjadi tokoh utama. Milea seakan-akan menuliskan kisah ia dengan Dilan untuk dijadikan novel karyanya.
"Aku Milea, Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan. Lahir di Jakarta, 10 Oktober 1972 dan sudah mandi. Sekarang, waktu nulis buku ini, aku tinggal di Kemang, di daerah Jakarta Selatan" (Halaman 13 pdf)
Novel Pidi Baiq kali ini, banyak menggunakan Bahasa Indonesia, meskipun ada diantaranya yang memakai Bahasa Sunda. Meskipun begitu, para pembaca tidak akan merasa kebingungan karena Ayah Pidi sudah memberikan arti disamping katanya.Â
"Nugelo..." (Halaman 46 pdf)
Sama dengan novel lainnya. Meskipun novel ini berisi kisah cinta anak SMA, kita juga bisa mengambil hikmah dari ceritanya. Novel ini megajarkan banyak hal pada pembaca, salah satunya adalah kita harus menghargai waktu bersama orang yang kita sayang, karena kita tidak akan pernah tahu kapan orang tersebut meninggalkan kita. Novel ini juga mengajarkan kepada kita bahwa menjalin persahabatan itu penting. Tidak hanya ada di waktu senang, kita harus selalu ada saat kawan kita merasa sedih dan kecewa.
Novel ini ditutup dengan cerita yang menyedihkan. Sang tokoh utama, Dilan dan Milea, tidak bisa bersama. Mereka telah menemukan pasangan hidup masing-masing. Bahkan kini Milea mempunyai buah hati bersama Mas Herdi. Tetapi meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa Milea maasih meindukan sesosok Dilan disampingnya.
"Aku mencintaimu,biarlah,ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku,terserah,itu urusanmu!" (halaman 343 pdf)
"Dilan, terima kasih kau telah mau kepadaku. Dan kini biarkan aku, kalau ingin selalu tau kabarmu!" (Halaman 343 pdf)
"Aku rindu! Kau harus tau itu selalu." (Halaman 343 pdf)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H