Tiki-taka menjadi menarik untuk dibahas sebab pola permainan tersebut berhasil membuat Barcelona meraih beragam gelar bergengsi. Filosofi tiki-taka bertumpu pada penguasaan bola secara penuh.
Bola bergulir dari pertahanan tim, melaju dari kaki ke kaki, perlahan-lahan melewati garis tengah lalu memasuki sepertiga pertahanan lawan. Bola tetap mengalir dari kaki ke kaki sembari melihat peluang masuk ke kotak penalti lawan hingga kemudian tercipta gol.
Tim lawan dipaksa bermain bertahan penuh dengan sesekali serangan balik cepat. Maka, tak heran bila Spanyol bermain hampir pasti penguasaan bola sangat besar bagi La Furia Roja.
Bagi penggemar tim Spanyol, bisa jadi kepribadiannya tergambar begitu nyata serupa permainan tiki-taka. Mungkin kamu seorang alon alon asal kelakon atau pelan-pelan asal sampai.
Kamu mungkin seseorang dengan pertimbangan matang. Tak ingin gegabah mengambil keputusan. Bahkan perlu banyak rekomendasi, riset kecil, cek dan ricek, untuk membeli sebuah produk.
Jerman Si "Mental Baja"
Pada laga melawan Swedia, Jerman harus memenangkan laga agar bisa membuka peluang lolos babak 16 besar setelah tampil buruk pada laga pembuka grup H kontra Meksiko.
Gol pemain Swedia Ola Toivonen sempat membuat supporter Jerman tercengang di babak pertama. Permainan memang berada di kuasa Jerman. Kroos dkk berhasil menekan tim Swedia hingga menumpuk banyak pemain di kotak 12 pas.
Jerman berkali-kali merangsek hingga akhirnya Marco Reus berhasil menceploskan bola ke gawang Swedia.
Petaka bagi Jerman datang ketika pemain bertahan mereka, Boateng diganjar kartu merah. Dengan sepuluh pemain, Jerman tak menurunkan serangan. Di menit akhir pertandingan peluang datang dari tandangan bebas. Kroos mengambil ancang-ancang dan sepakan keras nan melengkungnya berhasil menembus gawang Swedia. Jerman menang 2-1 atas Swedia.