Mohon tunggu...
Quin Dian
Quin Dian Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - I'm only human

I love my hobby

Selanjutnya

Tutup

Diary

Untuk Ibu dan Bapak Mertua

14 Mei 2021   01:52 Diperbarui: 14 Mei 2021   01:56 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Teruntuk ibu dan bapak mertua yang saya hormati, saya ucapkan minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir bathin.

Dalam benak saya, ingin rasanya berucap langsung denganmu ibu dan bapak mertua tapi saya tahu itu takkan mungkin terjadi karena kalian begitu membenciku.

Mohon maaf saya menulis di sini semoga kalian membaca dan tahu Apa yang saya alami dan rasakan. Apa yang tak pernah anak kesayanganmu (yang tak lain adalah suamiku) ceritakan dan hanya mendengar isi pikiran kalian sendiri. 

Ibu dan bapak mertua, mohon maaf ketika kami bertengkar tadi anakmu menelponmu mencari bantuanmu seperti biasanya dan mengancam saya dengan menghadirkan kalian di sini. 

Tahukah kalian ada trauma yang coba saya hilangkan sendiri ketika saya mendengar suara tlp dari kalian?  Ya, trauma itu ada karena setiap kita bertengkar anakmu selalu membawa namamu sebagai tameng pertahanan diri, agar terlihat kuat di depan saya, dan bisa menindas saya sewaktu-waktu. Kenapa saya bilang "Tameng"  karena kebencian kalian  digunakan suamiku untuk menakuti saya menggunakan kebencian kalian kepada saya agar kalian semakin membenciku. Selama ini kalian  tak pernah mendengar pembelaan saya.

Hampir satu jam kalian mendengar pertengkaran kami, apa yang kalian tangkap?

Dan disaat kalian telpon suamiku yang kau tanya muka dan mata suamiku kenapa merah? Itu yang dipukul?

Ibuk mertua yang saya hormati, ini saya jelaskan kronologinya. Kami pagi tadi setelah sholat ied, kami sungkem berdua. Setelah itu tiduran karena mau makan masih males, dan bahas mau makan Apa enaknya. Sampai suami tertidur. Dan jam 9lebih suamiku bangun langsung ganti baju dan celana pendek untuk bertamu ke atasannya sekalian ambil THR dan Kunci kantor. 

Saya diajak tapi saya tolak karena saya pusing, mungkin efek keramas pagi, dan karena ada cucian baju yang harus saya beresin. Sebelum berangkat, suami saya kasih tahu untuk pakai celana panjang dan cuci muka biar mukanya tidak berminyak. Namun suami malah marah-marah dan bilang saya istri yang tidak berguna.

Apa saya Salah mengingatkan suami berpakaian rapi? Apalagi lebaran, ke tempat atasan. Masih teringat kemarin suami saya bertemu ibu mertua di tempat kerja, dan ibu bilang kayak gembel, dan ada kata-kata lain yang tidak ingin saya ingat dan Sudah saya lupakan. Tidak mudah untuk melupakannya tapi saya berusaha.

Namun yang saya terima saya di hina, tidak berguna, muka saya diludahi beberapa kali, bahkan saya tidak boleh membantah karena saya seorang anak kepala sekolah.

Seandainya anakmu ada yang perempuan dan di perlakukan seperti ini, apa yang kalian lakukan?

Dipanggil "asu", lonthe, diludahi dimuka setiap kali bertengkar Apa kalian sanggup mendengarnya?

Apa kalian masih membela anak kesayangan kalian? Tidak kah kalian terketuk untuk bertanya kenapa kalian mendengar saya berteriak-teriak?

Itu luapan emosi yang selama ini saya terima dan saya tahan. Saya berkorban untuk rumah tangga ini lahir dan bathin, materi dan pikiran. Tapi saya diperlakukan lebih hina dibanding binatang. Saya muak, suami yang saya hormati, saya sayangi, sakit saya rawat, makan saya suap tiap hari memperlakukan saya serendah ini. Saya cuma bisa teriak agar terlepas beban dihatiku. Apa kalian tahu ini?

Apa kalian tahu rasanya di perlakukan serendah binatang ketika kalian telah memberikan perjuangan yang terbaik?

Ketika kalian mendengar suami berteriak-teriak saya memukul suami Yang dipikiran kalian saya sekuat tenaga buat memukul wajah suami saya, kalian salah besar. Saya masih bisa berfikir normal, disaat saya diludahi muka saya beberpa kali, reflek tangan ini memukul wajah tapi tidak keras. Aku tak akan setega itu memukul wajah suami saya. Pukulan hanya untuk menghentikan muka saya diludahi.

Ibu mertua, saya juga seorang anak yang ingin diperlakukan sebagaimana mestinya. Saya menyayangi suami saya, saya dampingi disaat susah dan sedihnya, meskipun kalian membenciku tapi saya selalu mengingatkan suami saya untuk menelpon kalian. Tapi anakmu tak pernah mau, selalu menyuruh saya untuk chat kalian, maaf saya tidak punya keberanian buat chat kalian. Apa kalian pernah bertanya pada suamiku sepeduli Apa saya pada kalian?

Saya suap tiap hari anak kesayanganmu pernahkah suamiku bercerita pada kalian suamiku tak mau makan jika tidak disuap tangan ini?

Ibu dan bapak mertua, apakah kalian akan memperlakukan pasangan kalian seperti itu jika pasangan kalian mengingatkan hal baik?

Apa pantas seorang suami memperlakuan istri seperti itu?

Saya yang tidak hanya hari ini saja dihina, dimaki, diludahi, orang tua saya dibawa-bawa dan di lecehkan serta di rendahkan. Bahkan saya tidak meminjami uang buat beli motor saya di panggil "asu". Saya yang punya uang tapi saya yang dipanggil "asu".

Saya sadar, saya seorang istri yang banyak kekurangannya. Saya juga bukan manusia sempurna. Saya masih harus belajar banyak agar bisa menahan sabar.

Saya juga bisa terluka, patah hati dan kecewa diperlakukan tak manusiawi. Begitu pula Orang tua saya juga tidak akan terima jika hal ini mereka tahu. Cukuplah saya yang merasakan pedih ini.

Ibu dan bapak mertua, sebesar apapun kebencian kalian pada saya bijaklah menyikapi masalah yang kami hadapi.

Kalian lebih dewasa, kalian lebih bisa memecahkan masalah dengan kepala dingin.

Anakmu juga ingin support dari kalian untuk rumah tangga ini.

Ibu mertua, sakit mata ini ketika baca chat darimu untuk suamiku dan hanya untuk sekedar doa saja engkau tak mau mendoakan untukku. Ibu mertua, meskipun engkau seperti itu memperlakukanku, saya tetap memperlakuakn suami saya sebagai kepala rumah tangga.

Belum lagi, disaat telpon, membahas kaos yang dipakai suami saya ketika bertemu denganmu, dan Ibu menyuruh suamiku meninggalkan saya.

Ibu mertua, suami saya pakai baju itu karena itu kaos yang bahannya paling adem, bukan karena tidak punya baju. Saya beliin suami saya pakai tabungan saya pribadi buat beli baju suami.

Efek kata-katamu Ibu mertua yang saya hormati, membuat hatiku hancur. Berkali-kali kau selalu menyuruh anakmu meninggalkan saya, Apa salah saya bu?

Ingin rasanya duduk berdua denganmu, ber cerita kisahku agar engkau tahu, Apa yang telah saya lalui bu.

Saya hanya ingin bahagia bu, saya hanya ingin rumah tangga kami baik-baik saja.

Tolong jadilah orang tua yang bijak meskipun saya engkau perlakukan sebagai orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun