Saya sadar, saya seorang istri yang banyak kekurangannya. Saya juga bukan manusia sempurna. Saya masih harus belajar banyak agar bisa menahan sabar.
Saya juga bisa terluka, patah hati dan kecewa diperlakukan tak manusiawi. Begitu pula Orang tua saya juga tidak akan terima jika hal ini mereka tahu. Cukuplah saya yang merasakan pedih ini.
Ibu dan bapak mertua, sebesar apapun kebencian kalian pada saya bijaklah menyikapi masalah yang kami hadapi.
Kalian lebih dewasa, kalian lebih bisa memecahkan masalah dengan kepala dingin.
Anakmu juga ingin support dari kalian untuk rumah tangga ini.
Ibu mertua, sakit mata ini ketika baca chat darimu untuk suamiku dan hanya untuk sekedar doa saja engkau tak mau mendoakan untukku. Ibu mertua, meskipun engkau seperti itu memperlakukanku, saya tetap memperlakuakn suami saya sebagai kepala rumah tangga.
Belum lagi, disaat telpon, membahas kaos yang dipakai suami saya ketika bertemu denganmu, dan Ibu menyuruh suamiku meninggalkan saya.
Ibu mertua, suami saya pakai baju itu karena itu kaos yang bahannya paling adem, bukan karena tidak punya baju. Saya beliin suami saya pakai tabungan saya pribadi buat beli baju suami.
Efek kata-katamu Ibu mertua yang saya hormati, membuat hatiku hancur. Berkali-kali kau selalu menyuruh anakmu meninggalkan saya, Apa salah saya bu?
Ingin rasanya duduk berdua denganmu, ber cerita kisahku agar engkau tahu, Apa yang telah saya lalui bu.
Saya hanya ingin bahagia bu, saya hanya ingin rumah tangga kami baik-baik saja.