“Huaaaahhhh”
Aruna terbangun dari tidurnya, kemudian ia menyalakan TV.
BREAKING NEWS!
“Atlit Badminton Tunggal Putra asal Jepang - Kento Momota terjangkit virus COVID-19. Akibatnya ia gagal mengikuti tiga rangkaian turnamen Asia di Bangkok, Thailand pada 12 Januari 2021 nanti. Seluruh pemain Jepang menyatakan pengunduran dirinya. Sekian berita hari ini.”
Dengan mata yang masih setengah tertutup ia meyakinkan diri bahwa ia masih di alam mimpi. Ternyata ini bukan mimpi. Momota benar-benar tertular virus tersebut. Aruna kaget bukan main. Momota baru saja berpamitan dengannya 3 jam yang lalu, tetapi malah muncul berita yang tidak menyenangkan ini. Aruna ketakutan sendiri. Bukan karena ia takut terkena virus juga melainkan takut kondisi mental Momota terganggu.
Buru-buru ia mengetik sesuatu untuk dikirim kepada Momota.
09.45
Aruna: Mo? Are u okay?
09.55
Aruna: Keep strong, i know its hard but everything will be okay. I”ll be there for u.
10.30
Aruna: You know, i love you. Ganbatte!
11.21
Aruna: Cepet sembuh ya Mo, jangan telat makan obatnya.
Dia sedang apa ya?
Apa dia sudah makan?
Kenapa Momota tidak membalas pesanku ya? Jangan-jangan...
Berbagai pertanyaan muncul dibenak Aruna. Bahkan ia menjadi memikirkan yang tidak masuk akal. Tapi pikiran itu buru-buru ia tepis. Aruna semakin bingung. Ia harus menanyakan terkait hal ini pada orang lain. Dan yang terpikirkan oleh Aruna adalah sahabatnya, Kamura.
12.12
Kamura: Momota baik-baik aja kok, tadi dia langsung disuruh karantina mandiri.
12.15
Aruna: Syukurlah kalo begitu. Terima kasih ya
Akhirnya Aruna bisa bernapas lega. Aruna terlalu mengkhawatirkan keadaan Momota. Pasalnya sebelum tadi pergi ke bandara, Momota sangat girang akan mengikuti turnamen lagi. Ia sudah puasa turnamen internasional selama satu tahun. Makanya Momota sangat bahagia. Tapi kebahagiaan itu telah sirna. Momota dinyatakan positif COVID-19 dan ia harus merelakan turnamen yang ia nanti-nanti itu.
3 jam yang lalu...
*flashback start*
"Na, aku sangat bersemangat mengikuti turnamen nanti. Aku merindukan suasana pertandingan.” ucap Momota super excited. “Doakan aku ya, Na.”
“Pasti dong” jawab Aruna sambil tersenyum.
Momota terus membicarakan perihal apa yang ia bawa. Katanya ia membawa segala jenis makanan untuk dibawa ke Thailand nanti. Isi kopernya sudah seperti warung. Pemain yang lain pun sama, mereka membawa satu koper khusus makanan untuk stock selama sebulan.
Keduanya tertawa sangat lepas.
Momota menggenggam tangan Aruna. “Na, aku janji akan menjadi yang terbaik di turnamen nanti.”
Aruna membalas genggaman tersebut. “Aku ga berharap apa-apa, Mo. Satu hal yang penting buat aku, kamu sehat dan bahagia itu udah cukup.”
*flashback end*
Tak terasa air mata membasahi pipi Aruna.
Tringg!!
Handphone Aruna berdering membuat Aruna tersadar.
Kamura is calling...
Meski sedikit ragu tetapi ia tetap menjawabnya.
Iya? Ada apa?
“Aruna?”
Kenapa?
“Kamu baik-baik saja?” Suara Kamura terdengar khawatir
Ditanya begitu Aruna malah menangis.
“Aruna?”
Ya, aku baik-baik saja, jawab Aruna berbohong.
“Bolehkah aku pergi ke apartemenmu?”
Untuk apa?
“Menenangkanmu”
Ya, Aruna hanya butuh penenang saat ini.
Tidak usah. Aku tidak apa-apa
“Maafkan aku Aruna, aku akan tetap pergi menuju apartemenmu. Bye”
Mengapa Kamura selalu seperti itu, ucap Aruna dalam hati.
Buru-buru ia mengganti pakaiannya dengan yang baru. Kemudian ia berdandan seadanya. Setengah jam kemudian Kamura datang dan langsung memeluk Aruna.
Kamura seolah mengerti apa yang Aruna rasakan. Ia berusaha menenangkan Aruna dengan lembut.
“Kento baik-baik saja, Na. Kamu tidak usah khawatir.”
Aruna terus menangis dipelukan Kamura. Kamura pun sedih karena sahabatnya tertular virus tersebut. Setengah jam berlalu ternyata Aruna tertidur di pelukan Kamura. Kemudian Kamura memindahkan Aruna ke kursi yang berada di ruang TV.
Tringg!!
Momota is calling...
Aruna terbangun. Buru-buru ia menjawab panggilan telepon dari Momota.
“Na” terdengar suara Momota dari kejauhan.
Mo? Are u okay?
“Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?”
Baik juga. Aku sangat mengkhawatirkanmu
“Aku tau.”
Kamu di mana?
“Sudah di rumah”
Syukurlah kalo begitu
“Jangan khawatir, aku sehat dan bahagia.” ujar Momota menenangkan
K-kamu.. tidak kecewa?
“Tidak." Momota menghela napasnya. “Untuk apa? Nikmati saja hidup ini. Mungkin Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih indah untukku”
Aruna tersenyum mendengarnya. Momota-nya memang baik-baik saja.
“Aruna”
Ya?
“Aku sudah membaca pesanmu, maukah kamu mengatakannya lagi?”
Aruna terdiam sejenak. Ia baru sadar bahwa ia mengirimkan kata sakral tersebut. Semburat merah muncul di pipi Aruna.
Tidak mau. Tidak ada pengulangan kalimat sakral itu.
Momota tertawa.
“Aruna”
Tidak mau.
“Kamu harus melakukan swab, wajib. Tidak boleh membantah”
Aruna menghembuskan napasnya. Seperti biasa Momota mengerjainya.
“Aruna”
Apalagi, Mo?
“Jawab pertanyaanku”
Iya, nanti malam aku akan melakukan swab.
“Bukan yang itu”
Ah sudahlah, Mo jangan mengerjaiku. Kamu harus istirahat.
“Hahaha. Yasudah kalau begitu. Jaga dirimu baik-baik”
Cepat sembuh
“Ya terima kasih." Momota terdiam sesaat. "Na... I love you too.”
Klik, telepon dimatikan.
***
Cerita ini aku persembahkan kepada kedua atlit favoritku, Kento Momota dan Takeshi Kamura. Terkadang rencana tuhan memang tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Tetapi, jika kita yakin kepadanya, tuhan akan memberikan hal yang indah dan tak terduga. Tetap semangat, tetap sehat dan tetap bahagia. Comeback very stronger my king.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H