Ini adalah sekelumit kisah dari perjalanan saya dan teman-teman di Tokyo.  Setiap perjalanan akan menemukan ceritanya sendiri. Memulai perjalanan dari  Jakarta menuju bandara Narita yang digadang-gadang sebagai bandara tersibuk di Jepang. Delapan jam penerbangan dengan pesawat Jepang Air Lines (JAL).
Kami melanjutkan perjalanan dari bandara menuju pusat Kota Tokyo dengan kereta cepat, bisa dibilang ini adalah kereta dengan penumpang yang sangat sedikit, hanya ada enam orang termasuk kami empat orang di satu gerbong. Sesampainya di stasiun Tokyo kami melanjutkan perjalanan dengan kereta biasa menuju stasiun Uguisudani, dimana kami akan menginap selama seminggu lamanya.
Kawasan Uguisudani bisa dibilang kawasan dengan banyak hotel, tapi kami memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen saja, agar bisa berkumpul dan memasak. Â Apartemen disini tidak terlalu besar dan juga tidak tinggi, mungkin karena tidak banyaknya lahan di jepang. Fasilitasnya pun cukup minimalis, bahkan liftnya hanya muat untuk 3 orang saja, sesuatu sekali. Sampai kami harus naik lift bergantian karena tidak cukup. Kami sempat meragu tapi sudah kami bayar.
Apartemen yang kami sewa semi tradisional terdiri satu kamar utama, dapur, kamar mandi dan satu ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu dan kamar, di ruangan ini ada meja dan kursi lesehan yang bisa dilipat, terdapat satu lemari yang cukup besar tempat menyimpan futon, ruangan ini di alasi tatami. Jadi pada siang hari berfungsi sebagai tempat untuk kami ngobrol dan duduk-duduk, malam harinya sebagai kamar untuk tidur dengan menggelar futon.
Pemilik apartemen membuat catatan untuk kami, mengingatkan kalau apartemen harus di bersihkan setiap hari, sampah di buang berdasarkan jenisnya, terdapat  tiga tempat sampah dengan warna yang berbeda dan sampah harus di buang setiap hari di ruangan pembuangan sampah di lantai dasar apartemen, kami cukup paham dan melaksanakan apa yang ada di catatan itu.
Selama dua hari kami menginap semua baik-baik saja, tidak ada yang aneh, walaupun saya kadang merasa cukup senyap dan dingin ketika menjelang tidur di ruangan yang saya tempati, mungkin karena saya harus tidur hanya beralaskan futon jadi merasa kedinginan apalagi saat itu jepang sedang musim semi dan suhu udara cukup rendah.
Di hari kedua kami sampai apartemen cukup malam, menjelang jam 12 malam. Kami merasa sangat lelah, kami harus cepat tidur karena besok kami harus ikut tour ke Gunung Fuji  dan harus mengejar grup dari travel di Hotel Shinjuku jam 07 pagi.
Karena rasa lelah, kami tidur terlalu pulas, baru terbangun jam 05 pagi, dan harus bersiap dengan terburu-buru, kami harus mengejar kereta jam 06 karena belum tahu dimana tepatnya letak hotel Shinjuku yang menjadi tempat berkumpul untuk tour ke Gunung Fuji.
Pagi itu bisa dipastikan kami tidak bisa membersihkan apartemen seperti biasanya meskipun kami menyempatkan membuang sampah sambil turun dari apartemen. Bahkan futon tempat saya tidur tidak sempat dilipat dan dibereskan ke dalam lemari, dibiarkan tergelar begitu saja.
Hari itu kami pulang lebih awal dari biasanya,sekitar  jam 09 malam kami sudah sampai di apartemen. Sesampainya di apartemen seperti biasa kami melepas lelah dan memanaskan makanan yang kami simpan di kulkas, dan tentu saja langsung mengisi ulang baterai telepon genggam kami, biasanya kami sudah tidak main telepon lagi. Selama makan malam tidak ada hal yang aneh, sampai salah satu dari kami memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, dan dia cukup terkejut ketika melihat kamar mandi penuh karat bercucuran di dinding dan mengotori semua alat mandi kami.
Dengan was-was kami memeriksa isi kamar mandi, tapi kami tidak mengerti mengapa bisa ada karat yang bercucuran di dinding, bulu kuduk kami pun sedikit merinding, sambil kami mengira-ngira mungkin karena kami meninggalkan apartemen tanpa dibersihkan membuat penghuni tak tampak disini marah.
Kami pun bergegas mengambil penyedot debu dan membersihkan ruangan ini segera, setelah itu kami membuang semua alat mandi dan membersihkan kamar mandi, karena tidak ada yang mau tinggal di apartmen kami akhirnya turun semua menuju mini market untuk membeli alat mandi yang baru. Malam ini kami mandi dengan buru-buru dan tidak berani mengunci kamar mandi dari dalam.
Malam ini bisa dipastikan terasa panjang, meski lelah kami benar-benar tidak bisa tidur, bahkan saya harus berkali-kali ke toilet pada malam hari. Dan pada saat keluar selalu terasa ada sekelebat bayangan yang lewat.
Tepat pukul 02 dini hari saat saya keluar dari toilet saya melihat ada satu telepon genggam yang sedang di isi baterainya menyala, tapi saya tidak mengindahkannya  karena kadung suasana malam ini tidak enak, saya pikir mungkin itu telepon masuk dari Indonesia, saya buru-buru kembali ke kamar.
Pagi hari saya terbangun dengan wajah kusut, begitupun dua teman yang tidur di kamar sebelah, sesaat mereka diam saja saat sarapan, sampai akhirnya salah satu dari mereka bercerita kalau dia mendapat panggilan video jam 02 tadi tapi tidak diangkat, karena panggilan itu berasal dari salah satu telepon kami  yang sedang di isi baterainya di ruang makan, otomatis saya teringat apa yang saya lihat semalam. Bisa dipastikan itu pembalasan dari hantu jepang kepada kami karena membuat tempat mereka kotor.
Ini adalah pengalaman yang cukup horor bagi kami, dan dipastikan kami tidak akan pernah menyewa apartemen ini lagi jika berkunjung lagi ke Tokyo, dan akan lebih berhati-hati lagi jika mencari penginapan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI