Mohon tunggu...
Queen Rahmah Rizqi Zaidah
Queen Rahmah Rizqi Zaidah Mohon Tunggu... Musisi - Bu guru

Alumni Psikologi UIN Maliki Malang. Alumni The University of York, UK. Kelahiran tahun 1991. Hobi bermusik. Pernah jadi reporter dan jurnalis kampus. Bercita-cita menjadi pendidik, penulis, dan inspirator anak bangsa. Pengabdi di pondok pesantren Baitul Arqom Balung Jember. Contact: queenzaidah121@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerita Halal Bihalal di Pondok Saat New Normal

28 Juni 2020   21:23 Diperbarui: 28 Juni 2020   21:26 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini seluruh asatidz dan ustadzat Pondok Pesantren Baitul Arqom Balung Jember berkumpul di auditorium untuk mengikuti agenda halal bihalal dan pengarahan tahun ajaran baru 2020 semenjak protokol #dirumahaja dianjurkan (28/06).

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya acara ini dihelat dengan beberapa keterbatasan gerak sosial.  Sejak pagi, kursi-kursi sudah ditata rapi berjarak satu meter, seluruh audiens pun dihimbau untuk mengenakan masker.

Acara dibuka dengan sambutan KH. Masjkur Abdul Muid, LML selaku pimpinan pondok dengan membaca surat al-Fatihah sembari berharap kegiatan belajar mengajar tahun ajaran baru di saat new normal berjalan dengan lancar dan tanpa kendala yang berarti.

Beliau memberikan ceramah sambil diselingi beberapa humor sehingga membuat suasana halal bihalal semakin hangat. Inti dari pesan beliau, kami diharapkan untuk terus menjaga kebersihan dan kesehatan diri, sering mencuci tangan dan membawa hand sanitizer pribadi ketika bepergian ke luar rumah sebagai tindakan preventif terhindar dari virus corona yang sampai detik ini masih bertebaran.

Diketahui bahwa di Jember sendiri ada sekitar 100 orang positif terjangkit virus tersebut. Berlakunya new normal sempat menjadi kekhawatiran tersendiri bagi beliau selaku pendidik dan pengajar di sebuah lembaga pendidikan berasrama. 

Kiai Masjkur juga bersyukur karena Pemerintah Kabupaten Jember sangat membantu dalam hal penanganan pencegahan bagi seluruh civitas akademika pondok pesantren. dr Hj. Faida, MMR, Bupati jember menyediakan rapid test gratis untuk 50.000 santri termasuk yang dilakukan di pesantren tempat saya mengajar sekarang.

Dari hasil rapid test tersebut, santri dengan hasil negatif diperbolehkan masuk pondok dengan tetap mengikuti peraturan kesehatan yang berlaku, sedangkan yang dinyatakan reaktif, dengan berat hati dipulangkan terlebih dahulu baik untuk dilakukan swab test sebagai tes lanjutan maupun untuk sekedar melakukan isolasi mandiri hingga dinyatakan sebelum masuk pondok.

Acara berjalan sebagaimana biasanya, ditutup dengan doa, dan diakhiri dengan ramah tamah atau makan-makan tanpa bersalaman. Tapi pun tak lupa saling sapa dan saling berpamitan.

dokpri
dokpri
Ada hal menarik yang saya temukan ketika acara berlangsung, yaitu pembagian hand sanitizer secara gratis yang diproduksi oleh PT. BH Skin, sebuah perusahaan yang berkecimpung di dunia industri kecantikan dan kesehatan. Ternyata, perusahaan tersebut dimotori oleh alumni pesantren sendiri, sepasang suami istri.

Dulu suami saya sepulang dari luar kota sempat memberi saya oleh-oleh berupa seperangkat make up dan minuman kesehatan yang ternyata suami dapatkan dari beliau, pemilik PT tersebut. Suami bercerita panjang lebar tentang bagaimana serunya pengalaman jatuh bangunnya beliau hingga bisa sukses dengan produk karyanya yang dalam sehari sudah bisa terjual hingga ribuan produk ke seluruh customer di nusantara.

MaasyaaAllaah. Saya mendapatkan hadiah tersebut secara gratis, suami saya tidak membayar sepeser pun atas produk yang beliau berikan itu, padahal jika diuangkan, harganya jangan ditanya lagi. 

dokpri
dokpri
Saya kagum dan turut bersyukur, ternyata sekalipun jadi alumni, beliau masih mengingat almamaternya. Mungkin bisa dikatakan, tidak terlepas dari tujuan promosi mengenai perusahaan dan produknya, saya tetap berasumsi positif bahwa beliau murni berniat menyedekahkan produknya untuk guru-guru di pondok. Karena di luar sana masih banyak oknum yang memanfaatkan situasi pandemik yang entah akan berlangsung sampai kapan, demi kepentingan pribadinya, demi menggendutnya dompetnya dan kantongnya sendiri.

Padahal, dalam kondisi sekarang, semua orang pasti terkena imbas oleh Covid-19, dari orang tua santri yang pedagang sayuran atau pedagang cilok, pengusaha, hingga guru pesantren. Saya jadi teringat tulisan mas Ahmad Rifai Rif'an dalam bukunya yang berjudul "Tuhan Maaf Kami Sedang Sibuk", dimana beliau menceritakan bahwa jika ingin jadi orang pertama yang masuk surga, jadilah seorang pengusaha yang berjiwa sosial.

Dengan demikian, hasil jerih payah yang dikumpulkan digunakan untuk bersedekah sebanyak mungkin di berbagai lini kehidupan. Sebagian ada yang diinfakkan untuk membangun rumah sakit tempat para dokter bekerja, ada yang digunakan untuk membangun pesantren agar para muballigh bisa belajar dan mengajar, ada yang digunakan untuk membangun penerbitan agar para penulis bisa menerbitkan karyanya.

Mungkin kita tak mampu berpikir semuluk itu, tapi sekedar contoh minimal, ya, seperti sesimpel membagikan sanitizer secara gratis untuk masyarakat sekitar sebagai ikhtiar tindakan preventif untuk melindungi diri dari penyebaran virus Corona. Semoga hal kecil ini bisa menjadi inspirasi kita untuk terus beramal jariyah, membantu sahabat dan rekan yang membutuhkan bantuan.

Maaf kalau tulisan ini agak ngalor ngidul karena memang niatnya cuma basa basi dan cerita saja.

Semoga pandemi segera berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun