Mohon tunggu...
Langit Quinn
Langit Quinn Mohon Tunggu... Freelancer - Ghost writer, Jokower, Ahoker...

Founder Fiksiana Community

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Istri Nakal: Elenna (10)

29 Mei 2015   13:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran-pikiran isengnya melanglang buana. Berdua dengan suami orang di dalam kamar hotel mewah, bisa saja ia melampiaskan libidonya dengan pria mapan dan mempesona ini. Tapi demi iblis-iblis yang menguasai kamar ini, ia masih punya kesadaran penuh bahwa ia sedang tak berhasrat!

Tapi bukan Elenna jika tak nakal. Ia menantang nalarnya, seberapa bisa ia bertahan. Ia ingin bermain-main untuk malam ini. Permainan yang mungkin bisa saja membuatnya jatuh ke dalam jurang tak berdasar, atau malah membawanya ke langit ke tujuh.

Barangkali seekor dedemit telah bercokol dalam tubuhnya hingga diam-diam kini berharap Ferian berbuat lebih. Ia ingin tau, seberapa sadis lelaki di hadapanya ini? Seberapa berani lelaki ini mengajaknya, dan seberapa ingin lelaki ini merayunya. Astaga! Elenn sendiri nyaris tak percaya dengan isi kepalanya yang tiba-tiba liar.

Tapi nampaknya Elenn sadar, Ferian bukan orang yang suka memaksa. Dengan ketampanan, kesuksesan, kemapaman, dan segala yang ada pada diri Ferian, ia tak akan menggunakan cara-cara paksaan untuk mendapatkan apa yang ia mau. Ia bukanlah pria ketengan yang sembarangan memaksa perempuan. Sepertinya ia paham betul, perempuan akan muak dengan cara-cara kampungan!

“Come on, Ferian… Lakukan apa yang kini mendorong pikiranmu..” Setan di hatinya berbisik.

Sementara reaksi hati dan tubuhnya bertolak belakang. Bukankah memang ini salah satu trik? Ketika seseorang jual mahal, kadang mulut dan hati memberikan reaksi yang terbalik. Dengan malas Elenna mendorong pelan tubuh Ferian ke belakang. Mengendurkan pelukannya.

“Aku harus pulang…,” ucap Elenna. Ia sendiri sadar ada bobot kepura-puraan dalan suara yang barusan ia keluarkan. Ia berbalik dan berjalan menuju pintu kamar, setelah sebelumnya meraih tas tanganya yang berada di atas meja rias. Meninggalkan Ferian yang memandanginya dengan tatapan berharap.

Elenna masih bermain, ia berhitung dalam hati “Satu… Dua… Tiga” Kalimat terkahir terhenti, tepat saat ia hendak mengulurkan tangan membuka pintu, saat itu pula Ferian menarik lengannya dan membalikan badannya, dengan kasar mendorong tubuh Elenn ke dinding. Mata mereka kini beradu. Elenna dengan tatapan kemenangan, dan Ferian dengan tatapan seribu hasrat menggelora.

—-to be cont——

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun