.
"Aku memohon kepadamu, lepaskan ayahku. Kembalikan dia pada kami, kami membutuhkanya..."
Suara permohonan seorang gadis 25 tahunan di ujung telepon. Namun Sinta tak menggubris. Ia menjauhkan gagang telepon dari telinganya, dan tersungging sebuah senyum sinis dari bibirnya. Kemudian menutupnya.
"Bukan aku yang merebutnya dari kalian. Tapi dia yang datang kepadaku. Bertekuk lutut dan memohon cinta kepadaku. Apakah saat ini aku yang salah? Ia haus akan cinta. Cinta yang tak ia dapatkan dari kalian. Dan ia mendapatkanya dariku."
Sinta adalah penyanyi ternama. Telah lama dirinya menjadi simpanan seorang pengusaha. Pengusaha yang pantas menjadi ayahnya. Dan telah memiliki satu orang anak yang hampir sebaya dengannya. Baru-baru ini hubunganya telah tercium oleh media. Namun Sinta tetaplah Sinta. Bagimanapun media memberitakan hubunganya, ia tak pernah memperdulikanya. Semakin bagus untuk menanjakan karirnya. Begitu pikirnya.
Akhir-akhir ini anak dari sang pengusaha rajin sekali menghubunginya. Memohon dengan sangat untuk mengembalikan ayahnya. Dan Sinta tak pernah mau mendengarnya. Sang pengusahapun tetap datang ke rumah mewahnya. Yang di belikanya baru beberapa bulan lamanya.
***
Di rumah mewah lainnya.
"Bu. Aku telah membujuk perempuan itu. Untuk kembalikan ayah kepada kami. Aku tau ibu mencintainya. Sangat mencintainya. Tunggulah Bu..."
Alia si anak tunggal berbicara kepada ibunya. Yang hanya di sambut dengan senyum seorang ibu. Bukanah selalu ada jalan? Ia percaya. Doa orang benar akan di dengar. Setiap hari ia berdoa. Meski ia hanya berbaring di ranjang. Lima bulan lamanya sang ibu hanya berbaring dan berbaring. Setelah kepergian sang suami setahun silam. Keadaan sakit ibunya, media tak mampu menciumnya.