Mohon tunggu...
Langit Quinn
Langit Quinn Mohon Tunggu... Freelancer - Ghost writer, Jokower, Ahoker...

Founder Fiksiana Community

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kanaya, Artis Ternama

25 November 2011   02:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kanaya membereskan beberapa baju sang Ayah ke dalam tas. Membawanya ke dalam mobil. Sang ayah berjalan perlahan dengan tongkat di tangannya. Menuju mobil milik Kanaya. Anak satu-satunya yang kini telah sukses jadi artis ternama.

Tak berapa lama sampailah mereka ke sebuah panti jompo. Kanaya membawa ayahnya ke sana. KEJAM. Beginikah kelakuan seorang anak yang telah di besarkan dengan susah payah? Saat kesuksesan menghampirinya ia buang sang ayah demi suatu alasan.

"Aku tak mau repot. Bolak balik ke rumah kumuh itu. Aku juga malu dengan teman-temanku memiliki ayah tua renta yang berjalanpun sudah tak bisa. Apalagi aku akan dilamar pangeran cinta yang kaya raya. Lebih baik ku asingkan dia. Aku tak mau mengurusnya. Rumah mewahku akan ternoda kalau ku bawa ia serta".

***

Enam bulan berlalu, Kanaya tetap dengan kesuksesannya. Tak pernah ia datangi tempat ayahnya berada. Hampir di setiap infotaimen ia berkata : "Ayah ibuku sudah meninggal. Waktu aku kecil". Ah Kanaya, demi uang kau berdusta. Gayamu bak peri. Tanpa dosa. Menjadi duta anak-anak terlantar. Tanpa mereka tau ayahmu telah kau telantarkan. Wajahmu ibarat malaikat. Pandai berpura-pura di depan mereka semua.

"Bulan depan aku menikah. Pesta telah di persiapkan di gedung yang mewah. Aku Kanaya akan menjadi istri salah seorang putra yang berpengaruh di negeri ini. Hidupku akan sempurna. Tak perlu lagi nantinya aku bekerja".

Kanaya mematut dirinya di cermin. Mengagumi wajahnya yang cantik. Mengagumi tubuhnya yang aduhai.

"Hidupku nyaris sempurna...." Pekiknya.

***

Hari ini adalah hari pernikahan Kanaya. Ia sedang di dandani dengan busana yang wah. Senyum terus mengembang di bibirnya. Ingatkah ia akan ayahnya di hari bahagianya? Ataukah ia berpikir memusnahkan ayahnya saja?  Sesekali ia melihat HP.  Seperti gelisah menunggu sesuatu. Pergulatan batin beberapa minggu terakhir membuatnya gelisah hingga detik ini.

Di panti jompo, ayah Kanaya duduk melamun. Sesekali ia menerawang. Mengingat masa silam. Di mana Kanaya kecil sangat lucu. Terngiang di telinganya Kanaya kecil berceloteh : "Bapak, Kanaya ingin jadi artis. Kanaya ingin cari uang. Kanaya ingin bahagiakan bapak. Kanaya ingin ajak bapak jalan-jalan naik pesawat". Tanpa terasa air mata menitik di kedua pipi tirusnya. Mengingat kenangan indah bersama Kanaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun