Mohon tunggu...
Qotrunnada NisrinaNajifah
Qotrunnada NisrinaNajifah Mohon Tunggu... Bankir - Mahasiswi

Haiii, nama saya Qotrunnada Nisrina Najifah, panggil aja Nad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Negatif Bermain Game Online

24 Februari 2021   19:29 Diperbarui: 24 Februari 2021   19:41 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hampir seluruh populasi manusia di dunia bisa dikatakan sebagai pro-player atau ahli dalam bermain game online. Game masuk ke daftar pilihan untuk mengisi waktu luang yang dimiliki setelah beraktivitas padat seharian. 

Tentu hal ini menjadi kesempatan emas bagi para developer untuk menambah suasana menyenangkan yang dimasukkan ke dalam game. Meskipun menyenangkan, hal ini tidak luput dari perbandingan baik dan buruk terhadap suatu hal, apalagi jika dikaitkan dengan kata "berlebihan".

Selain itu, alasan orang-orang bermain game hingga menjadi ahli adalah kurangnya pekerjaan. Ditambah, banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) ditengah-tengah pandemi sekarang. Menurut mereka, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan ketika ingin memanjakan diri ketika seluruh aktivitas dilakukan #dirumahaja atau Work From Home.

Anak-anak dan remaja pun tidak luput dari sasaran para pengembang game online. Padahal, tugas terpenting mereka saat ini adalah belajar terkait pendidikan, bukan belajar menjadi pro-player. Dalam kasus anak-anak dan remaja, peran orangtua amat sangat dibutuhkan sebagai pengingat. Tidak terkecuali untuk orang-orang yang sudah mengenal tanggung jawab yang harus diemban.

Adapun beberapa dampak yang paling menonjol ketika sudah sering bermain game online hingga lupa waktu, diantaranya :

Kecanduan

Kecanduan merupakan masalah kesehatan yang ditemukan pada anak dan remaja. Hal ini dikarenakan kurangnya kontrol dari orang tua terhadap pemakaian gadget terhadap anak-anak mereka.

Didukung dengan masalah pandemi saat ini, di mana semua aktivitas yang tadinya dilakukan secara langsung kini berubah menjadi virtual, begitu juga dengan sekolah. Hal ini, dimanfaatkan sebagai alasan untuk selalu bertatap dengan layar ponsel.

Padahal, adakalanya di mana sekolah diliburkan atau tidak adanya mata pelajaran pada jam tersebut akan tetapi, anak-anak menggunakan alasan sekolah sebagai kesempatan untuk berkutat dengan ponselnya.

Kurangnya kontrol orang tua terhadap anak-anak nya dapat menambah kesehatan mental semacam ini semakin merebak. Maka dari itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk meminimalisirnya.

Gangguan penglihatan

Terlalu banyak bermain game online juga bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan pada organ mata, terutama penurunan penglihatan.

Melansir Hello Sehat, mata manusia tidak mempunyai proteksi yang cukup dari paparan sinar biru, baik yang berasal dari sinar matahari maupun peralatan elektronik.

Riset dari Harvard membuktikan bahwa sinar biru telah lama diidentifikasikan sebagai sinar yang paling berbahaya bagi retina.

Setelah menembus bagian luar mata, sinar biru akan mencapai bagian terdalam mata, yaitu retina, dan bisa menimbulkan efek jangka panjang berupa kerusakan pada retina. Selain itu, paparan sinar biru yang berlebihan juga bisa menyebabkan peningkatan risiko degenerasi makula, glaukoma, dan penyakit retina degeneratif yang berujung pada kebutaan.

Obesitas

Obesitas terjadi karena kurangnya gerak pada tubuh sehingga terjadi penumpukan lemak di dalam tubuh. Seharusnya, lemak dalam tubuh dikeluarkan melalui keringat. Akan tetapi, karena bermain game hanya memerlukan gerakan tangan dan fungsi otak, maka gerak tubuh akan semakin berkurang.

Ditambah, apabila seorang pemain sudah kecanduan dan tidak memperdulikan hal lain selain menaikkan level dan ponselnya.

Sindrom Quervain

Dilansir dari health.kompas.com sindrom quervain adalah kelainan yang disebabkan peradangan tendon.

Sindrom ini disebabkan oleh aktivitas yang berfokus pada aktivitas gerakan tangan yang dilakukan secara berulang.

Dilihat dari bagaimana cara seorang gamers memegang ponsel ketika bermain, tentu itu adalah salah satu penyebab munculnya sindrom quervain. Gerakan ibu jari yang berulang secara terus-menerus tanpa henti. Jika tidak segera dibatasi, sindrom quervain bisa menjalar ke seluruh lengan, akibatnya ibu jari dan pergelangan tangan akan merasa sakit jika digerakkan.

Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?

Kita lahir sebagai hamba dalam bentuk manusia yang mempunyai tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri, orang lain, dan Sang Maha Pencipta. Setelah membahas masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh game online, secara garis besar semua hal itu terjadi karena kita melupakan fitrah kita sebagai manusia. Padahal, sudah ada manusia terbaik yang mencontohkan gaya hidup yang baik dan patut dicontoh. Bahkan, sunnah-sunnah nya dibuktikan secara ilmiah terhadap kesehatan.

Rasulullah SAW mengatur waktunya sebaik mungkin dengan memperhatikan tidur dan sholatnya. Rasulullah tidur di awal waktu agar bisa menunaikan ibadah sholat malam, lalu bertasbih kepada Allah, bertaubat kepada Allah SWT sambil menunggu adzan subuh. Beliau selalu sholat tepat waktu dan tidak tidur kembali setelah sholat subuh, melainkan bersiap-siap untuk melakukan aktivitas duniawi sebagai seorang manusia yang membutuhkan sandang, pangan dan papan.

Masih ada hal lain yang lebih bermanfaat, daripada harus kecanduan game, membaca buku misalnya. Berolahraga untuk menghindari obesitas, mengatur pemakaian ponsel untuk mencegah gangguan penglihatan dan sindrom quervain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun