Mohon tunggu...
Qory Firdan Kurniawan
Qory Firdan Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN, Content Creator

Belajar, berbagi dan memberi manfaat!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wayang Haram, Jangan Geram Cek Faktanya

15 Februari 2022   16:48 Diperbarui: 15 Februari 2022   22:31 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesenian wayang di Jawa Tengah. Sumber: Detik.com via opsiplus.wordpress.com

Bogor (15/2) - Ustaz Khalid Basalamah tengah menjadi banyak perbincangan usai video ceramah lawasnya viral. Menurut sebuah sumber (SerangNews.com ), video ceramah Ustaz Basalamah tersebut diunggah pada kanal Youtube YarifTV setahun lalu, tepatnya ceramah yang dilakukan pada 11 April 2020 di Blok M, Jakarta (namun saat ini penulis tidak dapat menemukan kanal tersebut). Sebelum memberikan komentar maupun tindakan, sebaiknya kita mengetahui fakta-fakta berikut.

Ceramah Yang Membahas Wayang

Seperti dikutip sebelumnya, pada sebuah ceramah yang dilakukan setahun yang lalu, Ustaz Basalamah menjawab sebuah pertanyaan dari seorang jamaah. "Saya orang Jawa dan saya suka pewayangan, apakah wayang dilarang? 

Bagaimana taubat profesi dalang?," demikian kata Ustaz Basalamah saat membacakan pertanyaan dari jamaah yang ditulis di sebuah kertas, seperti yang ditayangkan dalam kanal Youtube Foto Dakwah yang mengunggah ulang video tersebut pada 14 Februari 2022 (link video).

Ustaz Basalamah menanggapi pertanyaan jamaah tersebut, yang menyebut bahwa seharusnya kita (umat muslim) menjadikan islam sebagai tradisi dan budaya,dan tidak sebaliknya yaitu budaya dan tradisi yang di islamkan, karena hal tersebut akan susah dilakukan. 

Karena budaya dan tradisi sangat banyak sehingga tidak dapat dijadikan standar. Sehingga bisa mengakibatkan munculnya islam Amerika, Islam Indonesia dan lainnya. Berikut petikan lengkap jawaban Ustaz Basalamah.

Tentu saja saya sudah pernah bilang teman-teman sekalian, tanpa mengurangi penghormatan tradisi dan budaya semua suku di Indonesia. Suku Bugis, suku Makassar, Suku Jawa semua ini, kita nggak akan berbicara dalam ceramah seperti ini, kita bukan menjatuhkan sama sekali.

Tapi kita harus tau dan sadar bahwa kita muslim, dan muslim ini dipandu oleh agama. Makanya, saya bilang caranya adalah harusnya islam dijadikan tradisi dan budaya, jangan kita balik, jangan budaya diislamkan, susah. Mengislamkan budaya ini repot, karena budaya banyak sekali, standar yang mana yang harus dipegangi. Berarti nanti akan ada cirikhasnya sendiri, di Indonesia ada Islamnya sendiri, di Amerika ada sendiri, ini jadi masalah. 

Padahal Alloh tidak menginginkan itu, Alloh SWT menginginkan kita punya standarisasi. Jadi Allohhua'lam yang saya tau lebih baik yang seperti ini. Kalau itu memang peninggalan nenek moyang kita, mungkin kita bisa kenang dulu, o.. tradisinya orang dulu seperti ini, tapi kan bukan berarti harus itu dilakukan. Sementara dalam Islam dilarang, kita sudah muslim, harusnya kita tinggalkan.

Kalau masalah taubat, ya taubat nasuha kepada Alloh SWT dengan 3 syarat yang kita sudah tau, meninggalkan dosa-dosa, menyesal, dan berjanji pada Alloh tidak mengulanginya dan kalau dia punya lebih baik dimusnahkan, dalam arti kata lebih baik dihilangkan.

Klarifikasi dan Permohonan Maaf Ustaz Khalid Basalamah

Menanggapi viralnya video tersebut dan tanggapan negatif publik perihal tersebut, melalui kanal yutub resminya Khalid Basalamah Official memberikan klarifikasi dan permohonan maaf. Pertama Ustaz Basalamah mengklarifikasi bahwa lingkup bahasan dan pengajian atau ceramah yang dilakukaan saat itu adalah jawaban seorang da'i kepada jamaahnya. 

Dan ia juga menegaskan bahwa jawabannya mengarahkan agar menjadikan islam sebagai tradisi, jangan menjadikan tradisi sebagai islam. Ia juga menegaskan bahwa dalam jawabannya tersebut tidak ada kata-kata "mengharamkan", ia hanya mengajak menjadikan islam sebagai tradisi. Yang artinya, ia menyarankan bahwa jika ada tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran islam sebaiknya ditinggalkan.

Yang kedua, Ustaz Basalamah menjelaskan tentang bagaimana taubatnya dalang, Ustaz Basalamah menyampaikan bahwa pertanyaan tersebut mirip dengan pertanyaan bagaimana taubatnya seorang pedagang, seorang guru, bahwa taubat yang baik adalah taubat nasuha. "Kembali kepada Alloh dengan taubat yang benar," ucapnya dalam video tersebut.

Pada bagian ketiga ia menjelaskan perihal tentang kalimat "dimusnahkan".  Ustaz Basalamah menjelaskan bahwa, jika seorang dalang sudah bertaubat, maka wayang-wayang tersebut bagaimana?, menurutnya maksud jawabannya adalah secara indifidu untuk dimusnahkan. Ia menekankan bahwa jawabannya hanya sebatas itu, dan tidak pernah berfikir dan berniat untuk menghapuskan ini dari sejarah nenek moyang Indonesia atau meminta seluruh dalang-dalang agar bertaubat, atau meminta agar semua wayang harus dimusnahkan.

Menurutnya jika ada yang ingin melakukannya, maka itu adalah hak bagi setiap individu. Namun ia menegaskan kembali bahwa video klarifikasi tersebut bukan merupakan pembenaran sikap, namun hanya untuk menjelaskan saja. Dan menurutnya, sebagai seorang muslim yang baik ia juga memohon maaf. 

"Jika ada sesuatu yang kita lakukan menyinggung orang lain, maka saya Khalid Basalamah mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dari hati nurani kami kepada seluruh pihak tidak terkecuali yang merasa terganggu atau tersinggung dengan jawaban kami tersebut." 

Ia berharap klarifikasi dan permohonan maaf tersebut dapat menjadi jalan Alloh memberikan dan menjaga kesatuan dan persatuan di negara Republik Indonesia. 

Gus Baha Menilai Budaya dan Islam

Dalam sebuah video dalam kanal Youtube Hidayah Robbi, penceramah K.H. Ahmad Bahauddin, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha juga pernah menjelaskan perihal wayang tersebut. 

Dalam ceramahnya tersebut ia menceritakan bahwa pada zaman dahulu ketika zaman Sunan Ampel maupun Kali Jaga hingga membuat wayang, gong dalam usahanya menyebarkan ajaran islam di nusantara. Hingga pada suatu saat Sunan Kali Jaga berdakwah di daerah Pajang dan membuat Wayang Thengul, yaitu wayang yang berbentuk orang.

Pada saat itu Sunan Giri menolak ide Sunan Kali Jaga tersebut, karena menurutnya haram membuat patung. Menurut Sunan Giri, jika seseorang membuat patung maka nanti diakhirat akan dimintai pertanggung jawabannya, yaitu diminta untuk memberi nyawa. 

Sehingga pada waktu itu ditengahi oleh Sunan Kudus, ia meminta Sunan Kali Jaga merubah bentuk wayang tersebut menjadi lebih tipis (penyet) yaitu menjadi wayang kulit, karena jika wayang thengul yang semula dibuat Sunan Kali Jaga berbentuk patung.

Gus Baha juga mengisahkan seorang kyai yang mendapat hadiah meubel lemari dari Jepara yang terdapat patung burung bangau. Ukirannya sangat bagus, namun sang kyai tersebut memotong sedikit leher patung tersebut, hanya pas lehernya saja. 

Saat Gus Baha bertanya lebih lanjut mengapa demikian, menurut sangkyai tersebut menjawab agar burung tersebut tidak bisa hidup (tidak dimintai pertanggung jawaban untuk menghidupkan di akhirat kelak). 

Menurut Gus Baha, sesuatu yang maksiat akan tetap menjadi maksiat hingga kiamat. Namun, jika ada proses ceramah yang bertujuan menaubatkan umat nabi Muhammad SAW dengan berbagai cara sebaiknya jangan cepat diberi banyak komentar. Ia kembali mengisahkan sahabat nabi yang pada waktu itu masih memiliki kebiasaan mencuri. 

Saat itu berpamitan dengan Nabi Muhammad SAW dan berkata bahwa ia akan masuk islam, namun ia meminta nabi agar tidak melarangnya untuk mencuri. Kemudian Nabi Muhammada SAW hanya menjawab "yang penting kamu shalat rajin."

Mendengar jawaban tersebut, setelah orang tersebut pergi seorang sahabat bertanya kepada Rasululloh "Ya Rasululloh mengapa engkau tidak tegas melarang dia mencuri?". Jawab Nabi Muhammad SAW "Nanti jika sering shalat, lama-lama kebiasaan mencurinya akan hilang sendiri."

Gus Baha menjelaskan bahwa proses beriman itu bertahap dan kebaikan juga bertahap. Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengatakan mencuri itu halal, hanya tidak melarang saat itu, menurutnya ini berbeda. Menurut Gus Baha, yang haram akan tetap haram hingga akhir kiamat, namun tidak mendesak untuk dikatakan saat itu. 

Jadi menurutnya tidak perlu ekstrim saat menyampaikan redaksi dakwah. Menurutnya Rasululloh dalam menyampaikan dakwahnya tidak pernah menyemtak/ membentak apalagi dengan memaki-maki, namun dengan perkataan yang baik dan enak.

Dari uraian diatas semoga kita sekalian, terutama umat muslim dapat mengambil pelajaran dan hikmahnya. Serta tidak cepat tersulut emosi dan tindakan yang akan merugikan persatuan dan kesatuan bangsa. Aamiin. qfk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun