Mohon tunggu...
Qorry  Aina
Qorry Aina Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswi akuntansi

Menulis agar menjadi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tahun Politik, Cawe-Cawe, dan Negarawan

7 Agustus 2023   04:40 Diperbarui: 7 Agustus 2023   05:55 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun politik semakin seru aja. Sebentar lagi masuk masa kampanye , calon legislatif (Caleg) bakal sibuk luar biasa, calon presiden(capres) juga tidak kalah sibuk. Namanya juga kontestasi. Pasti ujungnya ada yang kalah dan ada yang menang. Biasa aja kan ?

Yang ga biasa kalau nanti ada pihak yang curang dan ada pihak lain yang dicurangi. Jangan sampai pula yang curang malah orang atau institusi yang harusnya fairply. Kayak main bola , harus menjungjung tinggi sikap  fairplay.

Sebagai warganegara saya mau urun rembug. Kan dijamin UUD 1945 bebas beependapat asal bertnggung jawab. Bener ga ?

Saya kok melihat bapak presiden Jokowi 'dekat' sama calon presiden. Dekat sama pak Ganjar , dekat sama pak  Prabowo. Dekat sama Erick thohir, dekat sama ...., sama siapa lagi ya ? . 

Pak Jokowi kan sudah diakhir jabatan , ini saran ya pak. Mbok ya fokus aja dengan agenda negara. Menyelesaikan pembangunan , mengevaluasi kerja sebelumnya, supaya bapak Jokowi menjadi negarawan yang selalu dikenang karya hebatnya.

Berdiri disemua kelompok dan golongan. Mengayomi semua pihak yang punya kepentingan terhadap masalah negara.

Coba pak Jokowi juga ngobrol dengan semua calon presiden, ngopi bareng. Bila perlu ajak ketiga calon capres. Walau belum resmi terdaftar kan sudah dicalonkan koalisi atau partainya.

Akhir Yang Bagus

Indonesia butuh pemimpin negara yang mumpuni. Kapasitasnya hebat, memiliki track record yang baik, disukai warganegaranya. Hal formal kan ya ?

Saya sendiri cuma berharap negara ini akan memiliki kepala pemerintahan, kepala negara yang mampu membangun bangsa ini. Tugas presiden saat ini lebih ringan, karena sudah desentralisasi. Pembangunan daerah sudah dilakukan para pemimpin daerah.

Yang kota ada walikota, yang kabupaten ada bupati dan yang provinsi ada gubernur. Semua ada porsinya masing masing. Jadi tugas presiden mengkoordinasikan atau kerennya meng-orkestrasikan, atau meng-harmonisasikan. Iya kan pak ?

 Nah semua orang yang sudah menjadi pejabat publik harusnya jadi negarawan. Lepas dong embel embel latar belakang politiknya,

Dan bagi si partai atau koalisi pendukung harus ikhlas kalau calonnya sudah terpilih jadi pejabat publik, Di era demokrasi dimana pemimpin dipilih rakyat secara langsung, akan timbul hal yang bisa menyulitkan kayak gini nih :

Presiden dan wapres dari koalisi A partainya B,C,D dan E . terus gubernurnya ada dari partai F , bupatinya dari partai G. Kalau agenda pembangunan ngotot pakai cara politik kan susah. Presdiden tidak cocok dengan gubernur XYZ karena rival politik , atau guberbur PQR tidak cocok dengan bupatinya karena dari Partai C.

Rumit kan ?  Saya juga bingung , he he he

Untuk pak Jokowi kurangilah cawe cawe politik, karena saya yakin masalah bangsa masih banyak yang belum selesai , seperti target penurunan angka stunting yang masih 21% dari target tahun 2014 di angka 14%. Angka kemiskinan absolut juga masih lumayan tinggi.

Belum lagi pemerataan tenaga guru di pelosok negeri. Bidan , dokter, faslitas kesehatan yang belum merata.

Jangan sampai IKN terbangun dengan megah dan keren tapi masih banyak wilayah dipelosok, di perbatasan, di pulau terluar yang abai untuk diperhatikan. Di lingkungan rumah saya saja jalan masih banyak yang rusak, dan transportasi publiknya sangat terbatas. Padahal rumah saya ga terlalu jauh dari ibukota negara. Pasti ada yang bilang itukan urusan pemerintah daerah masing masing. Lha iya...

Itu saja yang ada dikepala saya pagi ini, semoga urun rembug dari saya warga negara blog akar rumput yang ingin merasa peduli sama negaranya. Semoga ada hal konstruktif bisa jadi perhatian.

Yuk ah ngopi lagi....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun