Mohon tunggu...
Athifatul Khusniyyati Qonitah
Athifatul Khusniyyati Qonitah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Mengulik Keseharian Canda dan Rindu dalam Kaleng Merah Khong Guan Joko Pinurbo

31 Desember 2023   17:16 Diperbarui: 7 Januari 2024   00:15 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minnah muncul sebagai orang yang sangat mencintai buku dan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan buku. Mungkin ada beberapa orang yang juga menyukai buku seperti saya, kita dapat melihat diri kita sendiri dalam karakter Minnah. Misalnya dapat dilihat dalam penggalan puisi berikut;

Tangis Minnah

Guru Minnah heran melihat
ada yang janggal di wajah Minnah.

"Mengapa matamu sembab, Minnah?"
"Tadi ada yang numpang nangis
di mata saya, Guru.
"Siapa, Minnah?"
"Tokoh cerita yang saya baca, Guru."

Guru Minnah yang sabar dan lugu
hanya bisa diam termangu.

(2019)

Dari puisi diatas kita dapat melihat betapa Minnah adalah seorang gadis yang amat lugu. Saking besar rasa cinta dan ketertarikannya terhadap buku, ia terbawa arus emosi yang ia rasakan dari tokoh dalam buku yang sedang ia baca. 

Sekali lagi Jokpin merangkul keseharian kita di masa kini yang tentunya beberapa orang pasti merasa relevan, atau malah mungkin ada yang tersenyum sendiri, sangat mengerti dengan apa yang Minnah lakukan dalam puisi di atas. 

Pada awalnya penulis tidak mengerti mengapa kumpulan puisi Jokpin ini beliau beri judul  dengan "Perjamuan Khong Guan', namun, lantas, penulis menarik kesimpulan dari pembacaan kumpulan puisi ini secara keseluruhan. 

Perjamuan ini bukanlah hanya tentang sekaleng penuh kue kering yang ditunggu-tunggu ketika hari raya, yang kehadiran wafernya selalu dinanti, perjamuan sekaleng penuh puisi ini ingin membawa para pembacanya untuk menertawakan hidup yang penuh akan berbagai jenis masalah, seperti halnya kaleng Khong Guan dengan berbagai kue keringnya. 

Bukan hanya sekadar bergurau, dengan kebahasaan puisi-puisi dalam perjamuan ini yang dekat dengan tutur kata sehari-hari, pembaca juga sesekali akan menemukan rasa nostalgia dan rindu ketika membaca sajak yang menyentuh memori mereka dalam antologi puisi ini, seperti menemukan wafer dalam sekaleng kue kering Khong Guan.

Dalam pembacaan puisi dalam 'Perjamuan Khong Guan' ini, akan lebih baik jika pembaca menanamkan mindset untuk tidak perlu berpikir muluk-muluk, serta nikmati saja sajian puisi Jokpin dalam antologi puisi ini. 

Puisi-puisi Joko Pinurbo membutuhkan pikiran lapang dapat dipahami, bisa saja jika pembaca hanya ingin membaca secara sekilas, namun jika kondisi pikiran sedang ruwet, pesan-pesan dalam antologi 'Perjamuan Khong Guan' tidak akan tersampaikan secara keseluruhan, oleh karena itu dibutuhkan kondisi perasaan dan pikiran yang lapang. 

Pengalaman pembacaan tersebut juga menjadi hal yang penting bagi pembaca untuk memudahkan dalam melakukan pembacaan puisi-puisi dalam Perjamuan Khong Guan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun