Mohon tunggu...
Qonita Nabila
Qonita Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Angkatan III KPI STIBA Ar Raayah Sukabumi

Mahasiswa yang masih belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hindun Binti Utbah (Parenting dari Sang Kanibal yang Menemukan Cahaya)

30 Mei 2022   15:05 Diperbarui: 30 Mei 2022   15:11 4492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mari kita merenung sejenak, kisah sosok yang Allah pilih memeluk Islam tidak sedari awal. Selama lebih dari 20 tahun beliau memusuhi Islam dan kaum muslimin. Sampai hidayah itu masuk kedalam jiwanya. Meski beliau banyak tertinggal, namun tidak mengurangi kemuliaannya. Beliau  menjadi bagian dari pujian yang terbaik pada masa islam.

Seorang wanita yang memiliki nama lengkap Hindun binti Uthbah bin Robi'ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al-Umawiyah al-Qurasyiyah, beliau dilahirkan di Mekah sebagai anak salah seorang pemimpin Quraisy bernama Utbah ibn Rabi'ah dan Shafiyyah binti Umayyah bin Haritsah bin al-Auqashi bin Murah bin Hilal bin Falih bin Dzikwan bin Tsa'labah bin Bahtah bin Salim.

Kisah penuh dengan kegelapan yang menyelimuti perjalanan beliau sebelum masuk agama Islam. Namanya begitu terkenal sebagai anak salah seorang pemimpin Quraisy. 

Beliau adalah perempuan baik, cantik, cerdas, fasih berbahasa, dan memahami ilmu sastra. Selain itu, beliau radiyallahu 'anha juga sangat handal dalam menunggang kuda. 

Sifatnya ini yang bisa kita contoh untuk melanjutkan dakwah di zaman sekarang,butuh ketegasan dan kecerdasan dalam berdakwah pada zaman ini. Karena pada saat ini sebelum berdakwah harus memiliki ilmu atau dalil-dalil untuk menyampaikan kebenaran.

Sebelum Islam menyinari kehidupannya, pada zaman Jahiliyah, Hindun terkenal sebagai wanita yang ambisius yang sombong. Beliau jugalah wanita yang dikenal dengan julukan Akilatul Kidbah atau si pemakan hati. Kenapa? Karena, dia telah merobek perut dan dada Hamzah bin Abdul Muthalib, dengan julukan singa Allah, yang merupakan paman Nabi Muhammad .

Dikisahkan, Hindun binti Uthbah memiliki dendam kepada Hamzah bin Abdul Muthalib radiyallahu'anhu karena telah membunuh ayah dan sanak saudaranya saat Perang Badar. Dendam yang begitu dalam yang mengubah Hindun radiyallahu 'anha   menjadi perempuan yang jahat.Hindun radiyallahu 'anha yang telah dikuasai oleh amarah, bersama dengan suaminya, tepat pada Perang Uhud niatnya untuk membunuh Hamzah pun terlaksana. Beliau memerintahkan budak yang bernama Wahsyi untuk membunuh Hamzah dengan dijanjikan kebebasan jika berhasil. Hindun didampingi suaminya memimpin barisan kaum musyirikin untuk menghadapi kaum Muslimim.

Ketika Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, datanglah Hindun radiyallahu 'anha dan dirobeknya lah perut Hamzah yang sudah tak bernyawa. Ia bahkan hampir memakan jantung hamzah. Bahkan Hindun mengambil hidung dan telinganya dan dijadikan sebagai kalung.

Ketika Rasulullah melihat perut pamannya,beliau berjanji akan membalas dengan pembalasan yang sepadan.Sampai Allah   berfirman:

"Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar." (Quran Surah: An-Nahl: 126)

Namun, setelah Hindun memeluk Islam, namanya tercatat dalam sejarah karena memiliki peran besar dalam perkembangan Islam. Hindun bersama dengan Abu Sufyan, suaminya, telah memilih bersama-sama untuk masuk Islam saat tentara Islam dipimpin oleh Nabi Muhammad berhasil menguasai Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah.

Anaknya, Muawiyah bin Abu Sufyan, yang sangat dikenal dalam sejarah Islam sebagai penggagas Dinasti Umayyah. Dia juga pernah berkata, "Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di zaman Jahiliyah, tetapi di dalam Islam, beliau menjadi seorang wanita yang mulia dan baik."

Sebagai seorang ibu hindun adalah motivator yang mampu menjadi teladan. Abban bin utsman meriwayatkan, "suatu Ketika muawwiyah sedang berjalan bersama ibunya, Hindun. Ketika beliau terpeleset, kontan Hindun berkata, "berdirilah!semoga Allah mengangkat derajatmu."  Ada orang badui melihat lalu ia berkata, " mengapakan engkau mengatakan hal tersebut kepadanya? Demi allah, sungguh saya menduga bahwa ia akan memimpin kaumnya." Hindun berkata, "semoga allah tidak mengangkat derajatnya jika ia tidak memimpin kaumnya."

 Lihatlah apa yang diucapkan hindun tanpa keraguan itu. Dengan tegas ia menyatakan bahwa anaknya akan menjadi pemimpin umat. Keyakinan yang menjadi doa. Allah mengabulkan ucapannya. Putranya, Muawwiyah bin Abi Sufyan adalah juru tulis nabi. Termasuk  golongan yang allah berikan ketenangan dalam perang Hunain yang terdapat pada Quran Surah At Taubah:26

"Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir."

 Dan seperti yang telah disabdakan nabi menjadi orang yang pertama kali berperang dilaut, ia pun pernah di doakan nabi sebagi petunjuk.

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab Al Faruq memberikan amanah kepada Muawwiyah sebagai pembebas kaisaria dan mengangkatnya sebagai pemimpin wilayah yordania. Pada masa Usman bin Affan dia diangkat menjadi gubernur yang paling kuat dan berpengaruh di syam dan di al fatawa Muawwiyah disebut sebagai sebaik baiknya raja bagi umat ini.

Masa lalu yang mungkin kelam jauh dari ideal merenggut optimisme masa depan. Maka, mari kita ambil pelajaran dari kisah Hindun. Hal ini tidak berlaku baginya. Kejahiliyyahannya dahulu tidak menyurutkan keyakinan bahwa anaknya akan menjadi sosok hebat pemimpin umat. Itu terbukti.

Keberhasilan islam dalam membentuk kepribadian anak tidak akan pernah  lepas dari bagaimana perempuan dalam mendidik dan mengurus anak anaknya. Pepatah mengatakan perempuan adalah tiang negara, jika rusak perempuannya maka tunggulah ambruk negara tersebut. Dah harusnya para Muslimah zaman now mengembalikan peran mulia tersebut. Begitu strategisnya peran perempuan sehingga tidak bisa kita tunda lagi, karena perempuanlah yang akan mencetak generasi cemerlang.

Referensi:

https://bincangsyariah.com/khazanah/kisah-hindun-binti-uthbah-pemakan-hati-paman-nabi-yang-jadi-sahabat-rasulullah/, diakses pada tanggal 1 Maret 2022 pukul 19:45 WIB

https://kalam.sindonews.com/read/117114/72/belajar-kehidupan-dari-sosok-hindun-binti-utbah-1596013674, diakses pada tanggal 1 Maret 2022 pukul 14:20 WIB

*Mahasiswi Angkatan III Prodi KPI STIBA Ar Raayah Sukabumi

**Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Dakwah pada Semester IV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun