Abstraksi: Didunia ini banyak macam pemikiran atau perspektif yang diperoleh dari beberapa banyaknya mindset orang. Pemikiran atau perspektif itupun tidak bisa tiba-tiba dikatakan salah akan tetapi tergantung bagaimana kita meyakini dan menaggapinya. Karena kita sudah memiliki porsinya sendiri untuk berfikir dengan bebas dan berperspektif ala kadarnya terhadap sesuatu oleh karena itu marilah kita saling membangun dengan sesama.
Tak lepas dari itu semua, pemikiran bukan hanya perihal yang umum saja tapi juga perihal keagamaan. Membahas keagamaan mengingatkan kepada putra dari sang iKyai iAsy’ari dan Halimah yaitu KH. Hasyim Asyari. KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama besar yang terkenal akan ilmunya yang sangat luar biasa, terutama dalam hal keagamaan.
Beliau sangat menyukai sebuah ilmu pendidikan, sehingga di usia muda beliau menghabiskan waktu hanya dengan meninbah ilmu. Beliau melanjutkan karir kehidupannya dalam dunia pesantren. Hingga beliau menciptakan pemikiran Pendidikan Islam dan karya-karyanya yang luar biasa, tidak heran jika sampai saat ini beliau dikenang dan sering di sanjung akan luasnya ilmu, wawasan dan akhlaqul karimah yang dimana beliau dilahirkan di lingkungan pesantren yang memengaruhi dan membentuk jati diri beliau dengan baik.
Kata kunci: Biografi, Karya-Karya, Pemikiran pendidikan Islam.
Membahas tentang kehidupan KH. Hasyim Asy’ri bisa didiskripsikan sebagai frasa yang sederhana yaitu “Dari Pesantren kembali untuk Pesantren”. Tentunya kita sudah mengetahui bahwa beliau dibesarkan dipesantren, menghabiskan sebagian besar waktunya dalam mengakuisi pengetahuan keagamaan di berbagai pesantren. Dari latar belakang hidup dilingkungan kelurga pesantren KH. Hasyim Asy’ari lahir di desa Gedang Jombang, Jawa Timur.
Tepatnya pada hari selasa Kliwon tanggal 24 Dzulhijjah 1287 atau bertepatan pada tanggaal 14 Februari 1871 M. Beliau adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama’ organisasi yang berdiri pada massa Islam terbesar di Indonesia dikalangan para Nahdliyin dan Ulama’-Ulama’ pesantren sehingga beliau dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti Maha Guru. Nama lengkap beliau adalah Muhammad Hasyim bn Abd. Al Wahid bin Abd Halimiyang memiliki gelar Pangeran Boma ibn Abd. Ar-Rahman ibn Abd. Al Aziz Abd.
Al Fatahiibn Maulana Ushak dari Raden Ainil Yakin yang disebut dengan Sunan Giri. Berlatar belakang seorang putra dari keluarga pesantren perjalanan pendidikan KH. iHasyim Asy’ari tidak berbeda jauh dengan kebanyakan muslim lainnya. Sejak masa dini KH. Hasyim Asy’ari belajar senidiri kepada ayahnya dan kakeknya Kyai Ustman. Bakat dan kecerdasannya pun sudah dapat dilihat sejak beliau diasuh oleh ayah dan kakeknya.
Dari kecerdasannya itu KH. Hasyim Asy’ari sudah mampu mempelajari dasar-dasar tauhid, fiqh, tafsir dan hadits semenjak beliau berumur 13 tahun dibawah bimbingan dan arahan ayahnya. Dari kalimat “Dari pesantren untuk pesantren” sejak umur beliau 15 tahun perjalannanya tidak hanya berhenti disitu saja akan tetapi beliau tetap giat dan gigih dalam mencari ilmu seperti halnya kurang lebih lima pesantren di Jawa Timur sudah beliau singgahi.
Dengan rasa semangat yang bergejolak akan hausnya ilmu kemudia Kh. Hasyim Asyari pergi kemadura untuk bertemu dengan guru-gurunya yang kelak bisan memengaruhi pemikiran, beliau adalah Syeikh Kholil Bangkalan Madura beliau belajar tentang tata bahasa, sastra Arab, fiqh dan sufisme selama 3 bulan. Sedangkan saat berada di pesantren Siwalan, KH. Hasyim Asy’ari fokus ibelajar fiqh selama 2 tahun yang berguru kepada Kyai Ya’qub. Bahkan, beliau juga pernah berguru atau belajar di Semarang bersama Kyai Ahmad Dahlan (Muhammadiyyah).
Dari semua sejarah keluarga dan pendidikan KH. Hasyim Asyari yang sangat dikenang oleh Negara Indonesia dan masyarakatnya beliau wafat tepat pada tangga 7 Ramadhan 1366 atau 25 Juli 1947. Dikarenakan tekanan darah tinggi yang disebabkan ketika setelah ibeliau mendengar berita dari Jenderal Sudirman dan Bung Tomo. Bahwa pasukan Belanda yang kepemimpinan Jenderal Spoor telah kembali ke Indonesia dan memenangkan pertempuran di Singosari (Malang) dengan meminta korban yang banyak dari rakyak biasa. KH. Hasyim Asy’ari sangatlah terkejut dengan peristiwa tersebut sehingga beliau terkena serangan stroke yang menyebabkannya meninggal dunia.
Selain menjadi pendiri Nahdlatul Ulama’ (NU) dengan kecerdasan, luasnya wawasan dan dalamnya ilmu yang dimiliki beliau. KH. Hasyim Asyari banyak sekali menulis karya-karyanya yang bermanfaat untuk ikemaslahatan ibersama idan dengan karya-karyanya beliau dikenang sepanjang masa, diiantaranya:
1. Al-Tibyan ifi ial-Nahy i‘an iMuqatha’ah ial-Arham iwa ial-Aqarib iwa ial-Ikhwan.
menjelaskan tentang perihal pentingnya memperkuat ikatan atau hubungan silaturrahmi dan bahaya konsekuensi memutus ikatan tersebut dan pentingnya interaksi sosial (1360 H).
2. Mukaddimah al-Qanun al-Asasy Li Jam’iyyah Nahdhatul Ulama. Pembukaan undang-undang dasar (landasan pokok) organisasi Nahdhatul Ulama’ (1971 M).
3. Risalah fi Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab al-A’immah al-Arba’ah. Risalah untuk memperkuat pegangan atas madzab yang empat.
4. Mawaidz (Beberapa Nasihat). Berisi tentang fatwa dan peringatan bagi umat (1935).
5. Arba’in Haditsan Tata’allaq bi Mabadi’ Jam’lyah Nahdhatul Ulama’. Berisi 40 hadis Nabi yang terkait dengan dasar-dasar pembentukan Nahdhatul Ulama’.
6. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin (Cahaya pada Rasul), kitab ini menjelaskan tentang kecintaannya terhadap baginda kita Nabi Muhammad SAW, imam, taat dan mengharapkan syafaat dari beliau serta menghidupkan kembali tradisi-tradisinya. Dan juga membahas tentang pahala orang-orang yang mencintai rosulnya dan tanda-tandanya serta terdapat sejarah kehidupan Rosul dan para keluarganya, 1346 H.
7. At-Tanbihat al-Wajibatiliman Yashna’al-Maulidibi al-Munkarat. Kitab ini menjelaskan tentang Orang-orang yang memperingati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan kemungkaran. Disisi lain kitab ini di tuliskan sebagai reaksi keras KH. Hasyim Asy’ari atas praktek-praktek peringatan Maulid iNabi Muhammad yang menyimpang dari tuntunan syari’ah, 1355 H.
8. Risalah Ahli Sunah Wal jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Syarat as-Sa’ah wa Bayan Mafhum al-Sunah wa al-Bid’ah. Risalah Ahl Sunah Wal Jama’ah tentang hadis-hadis yang menjelaskan kematian, tanda-tanda hari kiamat, serta ulasan tentang Sunah dan bid’ah.
Dari judulnya, buku ini tanmpaknya mengelaborasi perihal persoalan kematian yang merupakan sesuatu yang pasti akan diperoleh semua orang. Tanda-tanda kiamat sebagai hari dimana dunia akan hancur dan sebagai hari akhir dari kehidupan didunia dan itentang sebuah penjelasan sunnah bid’ah, sebuah terminologi yang saling bertolak belakang dalam hal kebiasaan Nabi idan yang tidak.
9. Ziyadat Ta’liqat a’la Mandzumah as-Syekh ‘Abdullah bin Yasin al-Fasuruani. Buku ini adalah sebuah tanggapan atas pendapat (Nadzari) Syaikh Abdullah bin Yasini, Pasuruan yang memiliki perbedaan pendapat dengan Nadlatul Ulama’. Buku ini juga berisi tentang bantahan-bantahan KH. Hasyim Asy’ari terhadap Kritikan Syaikh Abdullah bin Yasin tentang organisasi Nadlatul Ulama’ yang merupakan wadah dari cendikiawan muslim dalam menanggapi persoalan-persoalan agama.
10. Dhau’ul Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah. Cahayanya lampu yang benderang menerangkan hukum-hukum nikah. Berisi tata cara nikah secara syar’i; hukum-hukum, syarat, rukun, dan hak-hak dalam perkawinan.
11. Ad Durroh al Muntasiroh fi al Masail at Tis’a Asyarata. Membahas tentang persoalan tarekat, wali idan ihal-hal ipenting ilainnya iyang iterkait idengan keduanya ataupun pengikut tarekat.
12. Miftahul Falah ialah kitab yang menerangkat tentang hadist-hadist nikah.
13. Adab al-Alim wa al-Muta’allim, yang imenjelaskan tentang berbagai macam hal-hal yang berkaitan dengan etika, perilaku orang yang menuntut ilmu (Muta’allim) dan seorang guru (A’lim). Disisi lain juga dituturkan dalam membukaan kitab ini dengan penjelasan mengenai beberapa pentingnya ilmu pengetahuan, terhormatnya atau tingginya kedudukan seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan juga beretikanya orang-orang yang pintar juga benar.
Membahas tentang pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim Asyari sendiri memiliki Tujuan. KH. Hasyim menyebutkan bahwa tujuan utama daripada ilmu pengetahuan dari belajar adalah dengan mengamalkannya dengan tujuan ilmu yang sudah kita miliki bermanfaat untuk orang lain dan sebagai bekal untuk kehidupan diakhirat kelak dan juga merupakan ibadah dengan semata mencari ridho Allah SWT.
Tujuan pendidikan islam bukan hanya perihal pemahamam terhadap pengetahuan akan tetapi juga dalam pembentukan Islam yang kamil yang mana peserta didik mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat merealisasikan agar peserta didik mampu mendekatkan diri kepada sang Maha kuasa yaitu Allah SWT. Dari isemua ipenjelasan tujuan pendidikan islam diatas bukan berarti pendidikan ini tidak memerhatikan terhadap pendidikan jasmani, akal dan ilmu pengetahuan umum (Science) akan tetapi pendidikan islam ini lebih memfokuskan dan memerhatikan segi pendidikan akhlaq , budi pekerti seperti memerhatikan isegi-segi lainnya.
Disamping itu pula perlu mengetahui Perihal materi yang akan diajarkan dalam pendidikan islam adalah materi-materi yang dapat mendekatkan diri kita kepada sang pencipta, Allah SWT yang terangkum dalam ilmu-ilmu fardhu a’in. Hal ini sebagaimana yang sudah diterangkan dalam risalah beliau yang berbunyi “Materi-materi yang mencangkup seperti dalam kajian fardhu a’in tentang teologi (Zat-zat dan sifat-sifat Allah SWT), fiqh (Memahami syarat dan rukun, mengenal halam dan haram, hal-hal yang dapat mengesahkan suatu ibadah), tasawuf, ( yang berhubungan dengan ketenangan hati).
Metode Pembelajaran pemikiran KH. Hasyim Asy’ari ialah dengan menggunkan berbagai metode-metode yang menyesuaikan dengan kondisi pendidik, peserta didik dan materi yang akan disampaikan. Seperti menggunakan metode hafalan, metode ceramah, metode diskusi, Tanya jawab serta pemberian tugas. Metode hafalan dengan mentashbihkan terlebih dahulu didepan sang pendidik atau dihadapan temannya yang diyakini kepintarannya.
Tak luput dari itu semua KH. Hasyim Asyari juga menjelaskan pemikirannya perihal pendidikan didalam disebuah kitab yang berjudul Adab al Alim wa al-Muta’alim. Dalam ikitab ini, akhlaq, etika, dan moral menjadi sumber acuan pertama dalam berjalannya suatu pendidikan dengan apa yang sudah dijelaskan didalam tujuan pendidikan islam itu sendiri, dimana pendidikan tidak hanya ilmu pengetahuan yang bersifat umum akan tetapi juga memperkenalkan budaya keislaman, dan nilai-nilai agama terhadap penerapan didalam kehidupan. Seperti, etika seorang pelajar, etika seorang pendidik atau guru dan etika terhadap ilmu yang akan dipelajari.
Daftar Pusaka:
Asy’ary, Hasyim. 1425 H. Adab al-Alim wa al-Mat’allim, Maktabah al-Turats al-Islami, Jombang.
K.H Muhammad Isholuddin Hadzyi, kumpulan kitab karya hadratus syaikh K.H Muhammad Hasyim Asy’ari, PP. Tebu Ireng, Jombang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H