Lorong-lorong kelas sudah terlihat sepi. Lagi-lagi Kinan turun lebih dahulu meninggalkanku dengan sengaja. Sepertinya ibu pengawas ruang belum ada niatan unuk mengakhiri perakapan kami sedangkan Kinan dan yang lain memilih meninggalkan kelas lebih dulu.Â
Sepuluh menit berlalu, aku beranjak kembali ke bangku, membereskan buku-buku yang kupinjam dari perpus fakultas dan memasukkannya sebagian ke dalam tas, sebagiannya lagi ku tenteng dengan tangan kiri sementara tangan kananku sibuk menghubungi seseorang.
"Apa? Kamu dimana, Nan? Aku sendirian ini!" Semprotku begitu Kinan mengangkat teleponku. Yang ku cerocosi hanya tertawa terbahak-bahak dengan suara bising di sekitarnya.
"Aku di kantin bawah, Han. Kamu nyusul saja ya. Sudah ku pesankan jamur krispi kesukaanmu. Jangan lama-lama. Byeee."
Tut.
Sambungan telepon diputuskan sepihak olehnya. Aku mendengus kesal. Kantin bawah letaknya cukup jauh dari gedung ini sedangkan aku juga perlu mengunci kelas dan mengembalikannya pada resepsionis fakultas.Â
Memang ya, Kinan benar-benar mengerjaiku. Tahu saja ia kalau aku suka tidak percaya diri untuk berjalan sendirian menuju kantin bawah yang sialnya arah kantin bawah juga harus melewati perpustakaan universitas yang cukup ramai di jam-jam ini.
Tanpa berpikir panjang, segera ku sambar kunci yang terletak di meja ruang pengawas dan beranjak keluar.
Huft.
Panasnya kota ini memang juara. Berasal dari kampung halaman dengan suasana yang cukup sejuk membuat kota dengan cuaca terik hingga 36 ini memaksaku harus selalu berkutat dengan sunscreen demi menyelamatkan wajah dari rasa panas setengah terbakar ini.
Baru sampai pada pijakan pertama, terdengar derap langkah yang begitu terburu-buru dari belakangku.