Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Menulis kata, merangkai aksi, dan menumbuhkan harapan untuk dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Pramuka: Dari Masa Kini Menuju Indonesia Emas 2045

12 Januari 2025   20:50 Diperbarui: 13 Januari 2025   05:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hiruk-pikuk tantangan zaman, Pramuka seperti cahaya api unggun yang terus menyala di tengah arus globalisasi dan krisis identitas. Pada pembukaan Rapat Paripurna Andalan Tahun 2025 di Cibubur, Minggu 12 Januari 2025, Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Kakak Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Budi Waseso, menyampaikan gagasan besar tentang peran strategis Pramuka dalam membangun generasi muda yang tangguh.

Pemaparan beliau tidak sekadar menjadi laporan tahunan, tetapi lebih dari itu, menjadi seruan moral bagi kita semua untuk kembali memahami inti dari gerakan ini: membangun karakter, membentuk generasi yang berdaya, dan menjawab tantangan zaman.

Pramuka dan Nilai yang Abadi

Di tengah derasnya perubahan, Pramuka berdiri kokoh sebagai gerakan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai iman, takwa, akhlak mulia, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini tidak lekang oleh waktu, namun tantangan masa kini memerlukan bentuk pengamalan yang lebih kontekstual.

Sebagai orang tua, pendidik, atau bahkan pemuda, pernahkah kita bertanya, sejauh mana generasi kita saat ini memahami arti penting karakter? Apakah kita telah memberi mereka bekal yang cukup untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompleks, perubahan iklim yang mengancam, dan ketergantungan pangan yang mengkhawatirkan?

Ketua Kwarnas mengingatkan bahwa Pramuka bukanlah organisasi yang hanya "bermain api unggun." Pramuka adalah agen perubahan, motor penggerak generasi yang siap beradaptasi dengan teknologi, menjawab tantangan global, dan menjaga kedaulatan pangan bangsa.

Tantangan Generasi Muda: Masalah Kita Bersama

Angka pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda---sekitar 3,6 juta generasi muda usia 15--24 tahun yang belum mendapatkan pekerjaan---seharusnya menjadi alarm bagi kita semua. Laporan lain bahkan menyebutkan bahwa 6 dari 10 perusahaan telah memutus hubungan kerja dengan lulusan baru. Alasannya bukan hanya kurangnya keterampilan teknis, tetapi juga lemahnya kemampuan kerja sama, komunikasi, dan ketahanan mental.

Ini bukan sekadar angka, melainkan wajah nyata dari generasi yang sedang bertarung untuk menemukan pijakan di tengah persaingan. Apa yang salah? Dan yang lebih penting, apa yang bisa kita lakukan?

Pramuka hadir sebagai ruang untuk membekali generasi muda tidak hanya dengan keterampilan praktis, tetapi juga mentalitas pejuang yang adaptif dan berdaya tahan. Namun, ini hanya mungkin jika kita semua, sebagai orang tua, pemimpin, dan masyarakat, turut terlibat dalam mendukung gerakan ini.

Ketahanan Pangan: Misi Kebangsaan

Ketergantungan kita pada impor pangan, seperti kedelai untuk tahu dan tempe, menunjukkan betapa rapuhnya kemandirian kita. Ketua Kwarnas bahkan menekankan bahwa 95% kedelai yang kita konsumsi berasal dari luar negeri, sebagian besar adalah hasil rekayasa genetik yang belum tentu sehat.

Bukankah ini ironi bagi negara agraris? Pramuka, yang akrab dengan alam dan tak segan bercocok tanam, dapat menjadi pionir dalam membangun kesadaran pangan lokal. Tapi, ini memerlukan langkah bersama---dari pemerintah, masyarakat, hingga keluarga---untuk mengubah pola konsumsi dan mulai memprioritaskan pangan yang sehat dan mandiri.

Kembali ke Pramuka, Kembali ke Makna Hidup

Gerakan Pramuka tidak hanya berbicara tentang masa depan generasi muda, tetapi juga masa depan bangsa. Dari pemaparan Ketua Kwarnas, saya tersadar bahwa Pramuka bukanlah urusan mereka yang memakai seragam cokelat saja. Pramuka adalah urusan kita semua.

Sebagai orang tua, apakah kita telah memberi contoh tentang kesederhanaan dan tanggung jawab? Sebagai masyarakat, sudahkah kita mendukung Pramuka di daerah kita menjadi lebih aktif dan relevan? Dan sebagai individu, apakah kita sudah cukup peduli untuk bergabung dan menyumbangkan tenaga, ide, atau sekadar waktu untuk menyukseskan gerakan ini?

Ketua Kwarnas menyebutkan pentingnya kolaborasi, komunikasi, dan inovasi dalam menjawab tantangan zaman. Maka, mari kita jadikan Pramuka sebagai ruang bersama untuk bergerak maju. Mari jadikan gerakan ini lebih dari sekadar nostalgia, tetapi sebagai panggilan untuk membangun Indonesia yang lebih kuat, sehat, dan berdaya.

Ayo Terlibat, Jangan Menunggu

Pramuka adalah milik kita semua, tidak peduli apa peran kita di masyarakat. Dengan turut mendukung dan berkontribusi, kita menjadi bagian dari solusi atas berbagai tantangan yang ada. Mulailah dari yang sederhana: dorong anak-anak untuk bergabung, dukung kegiatan Pramuka di lingkungan Anda, atau jadilah inspirasi bagi generasi muda di sekitar Anda.

Kita tidak sedang berbicara tentang sekadar organisasi, tetapi tentang warisan untuk Indonesia Emas 2045. Maka, mari bergerak bersama. Masa depan bukanlah sesuatu yang kita tunggu, tetapi sesuatu yang kita ciptakan---bersama Pramuka, untuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun