Mohon tunggu...
Yulita Maryadi
Yulita Maryadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Ita di Kota Lama

9 Agustus 2016   19:58 Diperbarui: 9 Agustus 2016   20:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa…???

78.000 ribu!!!

Iya nanti kalau ayah sudah gajian ya….

Ok!! Siappp!!

Mereka bergegas menuju ke meja kasir untuk membayar dua buku yang mereka beli, tapi Ita terkejut ketika didepan meja kasir Yadi malah berbalik kanan dan berjalan menuju bagian ujung toko. Ita tersenyum pada mbak kasir, diapun menatap Ita heran. Sambil menunggu cemas Ita pun menjadi gugup menoleh kesana kesini gak jelas. Untunglah Yadi cepat datang sambil membawa bungkusan kecil, saat Yadi membayar buku dikasir Ita mengintip isi bungkusan yang di serahkan padanya dan Ita benar – benar terharu matanya mulai berkaca – kaca. Seandainya cerita sinetron mungkin ita langsung memeluk dan mencium Yadi sambil menangis dan mengatakan “ayah baik sekali nduke cinta ayah”. Tapi ini dunia nyata jadi Ita menahan air matanya dengan dada yang menyesak leher seperti tercekik. Yadi membelikan Ita sebuah pizza mini, itu karena Ita pernah bilang kalau dia gak pernah makan pizza dan Ita sangat pingin tau rasanya pizza. Maklum Ita adalah anak yang kolot dan agak jadul kurang mengenal dunia luar alias kuper, walau sebenarnya Ita itu pinter, cerdas dan bawel. Sedangkan Yadi orang yang sangat supel, jenius. Selain menjadi suami Yadi juga menjadi guru buat Ita sampai dia mampu mengantarkan Ita ke perguruan tinggi.

Maaf ya nduk…..

Ayah cuma bisa belikan pizza mini buat nduke, nanti kalau ayah sudah punya uang ayah belikan pizza yang besarrrrrr……… ya….

Iya… makasih ya ayah

Makan pizzanya sambil minum es ya… kita ke warung es gempol pleret oke….!!!!!!!

Oke…!!!

Di pojok taman kota Semarang yang sangat romantis, dengan pohon – pohon besar dan angin yang silih berganti menyapu halus wajah mereka berdua, mereka menikmati semangkuk es gempol pleret yang rasa dan teksturnya sangat menggoda dan tentunya di temani sebuah hadiah yang takkan terlupakan, hadiah yang romantis di kota romantis pula, pizza mini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun