Mohon tunggu...
Qisthon Fannani
Qisthon Fannani Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Media Digital.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kisah Buraq pada Hari Kiamat

20 Juli 2022   13:45 Diperbarui: 20 Juli 2022   20:03 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari Wikipedia, Buraq (bahasa Arab: , al-burq; cahaya atau kilat) adalah sesosok makhluk tunggangan dalam mitologi Islam, yang membawa Nabi Muhammad dari Masjid Al-Aqsa menuju Mi'raj ketika peristiwa Isra Mi'raj. Makhluk ini diciptakan Allah terbuat dari cahaya.

Buraq merupakan hewan yang dikendarai Nabi Muhammad SAW ketika melakukan perjalanan Isra' Mi'raj dari Masjidil Haram di Kota Mekkah sampai Masjidil Aqsha di Kota Yerusalem Palestina, yang ditempuh dalam waktu semalam, padahal pada masa itu belum ada kendaraan canggih seperti pesawat atau jet seperti sekarang.

Di dalam beberapa karya kitab ulama, para ulama menuliskan Buraq ke dalam golongan "Dabbah" atau hewan melata. Sebagaimana namanya diambil dari kata "Barqun" yang artinya kilat, hewan tersebut dinamakan dengan istilah "Buraq" karena kecepatan lari dan terbangnya sangat cepat seperti kilat. Kecepatan Buraq dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik, diterangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

'Didatangkan kepadaku buraq, yaitu hewan (dabbah) yang berwarna putih (abyadh), bertubuh panjang (thawil), lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dan sekali ia menjejakkan kakinya yang berkuku bergerak sejauh mata memandang". (kitab al-Jami' al-Sahih juz I, hlm 99).

Terlepas dari kecepatan dan bentuk Buraq tersebut, peristiwa Isra Mi'raj telah menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada hamba-Nya. Hal ini seperti dijelaskan dalam surah al-Isra' ayat 1 yang artinya,

"Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat".

Kisah Buraq setelah Dibangkitkan di Hari Kiamat

Buraq merupakan hewan melata pertama yang dibangkitkan setelah hari kiamat. Ia bertugas untuk melayani Nabi Muhammad SAW sebagai kendaraan pribadi kelak di akhirat, sebagaimana beberapa riwayat menyebutkan bahwa Beliau mengendarai Buraq saat memberikan syafaat kepada umatnya.

Beberapa saat setelah Nabi Muhammad SAW dibangkitkan, Buraq pun mendekat kepada Nabi SAW agar Beliau menaikinya. Namun setelah dekat, Buraq merasa gemetaran seraya berkata,

"Wahai Malaikat Jibril, demi kemuliaan Tuhanku, tidak akan ada yang bisa menaikiku kecuali Nabi dari Bani Hasyim, dari daerah Abthah (tempat yang dekat dengan Mekkah), bersuku Quraisy, yaitu Nabi Muhammad SAW, sang pemilik Al-Qur'an".

Dengan penuh kerendahan diri, Nabi SAW hanya berkata,

"Aku adalah Muhammad bin Abdullah". Nabi Muhammad SAW pun segera menaikinya lalu pergi menuju surga. Setelah Nabi Muhammad SAW sampai di sana, Beliau pun bersungkur dan bersujud.

Saat itu pula terdengarlah suara seruan,

"Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad, ini bukanlah hari ruku' dan bersujud tetapi ini adalah hari perhitungan amal dan hari pembalasan. Angkatlah kepalamu, dan mintalah maka kamu akan diberikan".

Lalu Nabi SAW menjawab,

"Wahai Tuhanku, aku meminta apa yang telah Engkau janjikan kepada umatku".

Allah SWT menjawab, 

"Aku akan memberimu apa yang bisa membuatmu ridlo (puas)", sebagaimana di dalam Firman Allah SWT:

"Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas" (QS. Ad-Dhuha : 5)

Setelah itu, Allah SWT memerintahkan langit agar menurunkan hujan yang berbentuk seperti air sperma pria selama 40 hari. Pada saat itu, air berada di atas setiap apapun mencapai ketinggian 12 zira' (1 dhira' sepanjang lengan orang Arab, 2 zira' panjangnya sekitar 1 meter).

Air itu pun membangkitkan para makhluk hingga badan-badan mereka menjadi sempurna sebagaimana mereka ada di dunia seperti tanaman sayur-sayuran yang tumbuh saat tersirami air hujan.

Kemudian Allah SWT mengganti bumi yang telah dirusak oleh orang-orang yang maksiat dengan bumi yang baru. Dia menyiram bumi itu dengan hamim (air panas) dari neraka Jahannam dan mendatangkan bumi baru yang terbuat dari perak putih lalu menyiraminya dengan air surga.

Dalam salah satu riwayat, Siti Aisyah ra, istri Nabi Muhammad SAW pernah bertanya,

"Wahai Rasulullah, pada hari bumi digantikan dengan bumi lainnya, bagaimana keadaan manusia ?".

Nabi Muhammad SAW menjawab,

"Wahai Aisyah, kamu bertanya tentang sesuatu yang besar, tak pernah bertanya kepadaku selain kamu. Sesungguhnya manusia berada di atas shirath (jembatan penghubung ke surga)".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun