Mohon tunggu...
Qisthon Fannani
Qisthon Fannani Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Media Digital.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Kegagahan dan Keindahanmu

19 Juli 2022   14:31 Diperbarui: 19 Juli 2022   14:35 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: freepik.com

Islam memerintahkan umat manusia untuk menghormati kedua orang tua, khususnya ibu. Menyakiti hati keduanya bukanlah perkara yang ringan. Sebab, rida dan murka Allah bergantung pada rida dan murka orang tua.

Allah SWT adalah Zat Yang Mahakuasa. Dia menunda azab kepada siapapun yang dikendaki-Nya. Dia pun dapat menimpakan azab kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim disebutkan, "Rasulullah SAW bersabda: Ada dua pintu petaka yang disegerakan akibatnya di dunia ini, yaitu orang yang zalim dan durhaka kepada orang tua".

Bahkan, jihad di jalan Allah (fii sabilillah) tidak akan sempurna kecuali seseorang yang beriman telah memeroleh restu dari orang tuanya.

Dikisahkan, suatu kali seorang pria mendatangi Nabi SAW untuk meminta izin kepada beliau agar diberangkatkan jihad. Rasulullah SAW pun bertanya kepadanya,

"Apakah kedua orang tua engkau masih ada (hidup)?".

"Iya, wahai Rasulullah," jawab si pria.

"Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya," ujar Nabi SAW.

Dalam hal ini, Ali bin Abi Thalib berwasiat,

"Janganlah engkau menggunakan kefasihan bicaramu (mendebat) di hadapan ibumu yang dahulu telah mengajarimu berbicara."

Maknanya, sang anak hendaknya berkomunikasi dengan cara yang baik kepada orang tua. Jika ada orang tua yang masih tertutup hatinya, sang anak hendaknya meyakinkan kepada mereka tidak hanya lisan melainkan juga melalui perbuatan-perbuatan, seperti kehidupan sang anak menjadi lebih tertata dan akhlaknya kian baik setelah mendalami ilmu-ilmu agama. Ditambah pula dengan berdoa kepada Zat Yang Maha-membolak-balikkan hati. Semoga hidayah-Nya menyinari kalbu kedua orang tua.

Sungguh tak pantas kita membangkang kedua orang tua setelah kita mampu berdiri di atas kaki kita sendiri saat merekalah yang dulu mengajarkan kita berdiri saat balita sehingga kita bisa berdiri di atas kemandirian setelah dewasa.

Terlebih lagi, teramat buruk perilaku sang anak bila mendebat seorang ibu, sedangkan dari seorang ibulah sang anak belajar berbicara.

Ibulah yang mengenalkan kita aneka kosakata.

Ibu yang saat kita masih terbata-bata berbicara bahkan sering keliru mengatakannya, ibu dengan sabar mengajari kita kata demi kata.

Ibu yang sabar mengajari kita yang susah menghitung dan menulis waktu kecil

Ibu adalah madrasatul ula. Ibu menjadi sekolah dan guru pertama anak-anaknya. Mengajari semua yang ia tahu dengan pikiran yang tak sepintar anak-anaknya saat ini.

Ibu yang melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawanya di ambang kematian.

Ibu yang menggendong kita dengan tubuh lelahnya.

Ibu yang menyusui kita di saat laparnya siang dan lelahnya malam.

Ibu yang memasak makanan kesukaan kita waktu kecil yang rasanya masih teringat sampai saat ini.

Ibu yang membasuh luka saat kita terjatuh.

Ibu yang memberikan semangat untuk kita berprestasi di dunia pendidikan.

Ibu pula yang mengenalkan kita kepada nilai-nilai agama, sehingga kita tahu siapa Tuhan kita .

Sementara ayah seakan tak pernah lelah mencukupi segala kebutuhan untuk kita anaknya, bekerja dari pagi hingga malam hari dan tak jarang dari pagi hingga pagi lagi. Terkadang semalaman tidak tidur. Ayah selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kita anaknya, berapa pun biayanya. Dari mulai biaya persalinan, perlengkapan bayi, susu formula. Bertambah tahun, biaya yang harus dikeluarkan ayah pun semakin besar karena ditambah lagi dengan biaya pendidikan. Disekolahkan mulai dari sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan hingga ke perguruan tinggi, belum lagi jika ada les privat sana sini.

Tak jarang seorang anak juga diajarkan mengaji, dipesantrenkan agar kita tidak hanya menguasai ilmu dunia tapi juga paham dengan ilmu akhirat.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

"Orang tua adalah pintu jannah yang paling tengah. Terserah kamu telantarkan ia apa kamu hendak menjaganya". (HR. Tirmidzi)

Sangat bersyukurlah jika kita masih memiliki orang tua yang masih hidup.

Bagaimanapun orang tua kita, mereka tetaplah ibu kita yang melahirkan kita bertaruh nyawa dan ayah kita yang lelah bekerja membiayai kita. Seburuk apapun orang tua kita, pada hakikatnya di hatinya yang paling dalam, mereka ingin melihat anaknya sukses dan bisa membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun