gramedia.com favicon
View 5 more
Answer
Agama dapat menjadi dasar sistem ekonomi dalam ilmu pengetahuan, tetapi hal ini bergantung pada kerangka teoritis dan praktikal yang digunakan. Berikut adalah beberapa argumen yang mendukung dan menyangkal kemungkinan ini:
Argumen Mendukung
Integrasi Nilai-Nilai: Ekonomi Islam, misalnya, dirancang untuk memastikan bahwa semua aspek ekonomi dipandang melalui lensa nilai-nilai Islam. Ini berarti bahwa kebijakan ekonomi harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, seperti yang dijelaskan dalam doktrin Maqoshid Syariah (tujuan-tujuan syariat)23.
Sumber Hukum Utama: Ekonomi Islam didasarkan pada sumber hukum utama seperti Al-Quran, As-Sunnah, Ijma', dan Qiyas. Penggunaan sumber-sumber ini memungkinkan aplikasi langsung dari prinsip-prinsip agama dalam analisis ekonomi23.
Penerapan Etika: Ekonomi Islam menitikberatkan pada etika dan moralitas dalam setiap transaksi ekonomi. Hal ini berarti bahwa keputusan ekonomi tidak hanya dipandang dari segi efisiensi dan efektifitas, tapi juga dari segi keadilannya dan kesetaraannya13.
Argumen Menyangkal
Kerancuan Filsafat: Beberapa orang berpandangan bahwa ilmu ekonomi dan agama memiliki filsafat yang saling kontradiktif. Misalnya, Baqir as-Sadr menolak prinsip sumber daya yang terbatas dan keinginan manusia yang tidak terbatas, dan dia menolak semua teori ilmu ekonomi konvensional demi menyusun teori baru dari Al-Quran dan As-Sunnah. Dia percaya bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan Islam karena mereka berasal dari filosofi yang saling kontradiktif1.
Persepsi Sekularisasi: Ekonomi konvensional biasanya memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang secular, tanpa campur tangan agama. Perspektif ini mendorong pemisahan antara kehidupan agama dan kehidupan duniawi, termasuk aktivitas ekonomi. Hal ini berbeda dengan Islam, yang tidak mengenal pembedaan antara ilmu agama dan ilmu duniawi2.