alfandirahmat.wordpress.com
Banyak anak banyak rezeki, benarkah? ah tidak juga.... atau banyak anak banyak masalah? ya gak sedikit juga. Tergantung si orang tua, mampu atau tidak memanage sebuah keluarga dengan anak yang banyak. Hal yang utama adalah orang tua harus bisa mengurus anak-anaknya dengan kasih sayang, mendidik mereka menjadi anak-anak yang berkualitas, cerdas, sholeh/ sholehah, dan mandiri, emmmmhhh impian semua orang tua tentunya. Tapi, jika si orang tua tak mampu memanage? jangan deh... meskipun dari segi finansial orang tua itu mampu, tapi kalau tak mampu memanage rumah tangga dan anak-anaknya dengan baik, semuanya akan berantakan.
Sebuah contoh, pagi ini aku bertemu dengan teman lama sekaligus tetangga di kampungku, banyak cerita lucu yang kami obrolkan terutama mengenai kakaknya yang memiliki 11 orang anak. Jarak umur anak-anaknya yang berdekatan menjadi topik pembicaraan serius tadi pagi, orang bilang yang begitu itu dinamakan tunji artinya setaun siji hehehe (maksudnya melahirkan tiap tahun).
Pada awal pernikahan kakak temanku itu, semuanya baik-baik saja, dalam dua tahun mereka sudah memiliki sepasang anak yang sehat-sehat. Mereka samasekali tak pernah bermimpi memiliki anak yang banyak, apalagi sampai punya kesebelasan seperti itu. Tahun demi tahun mereka jalani dengan baik sampai lahir anak keempat. Lalu pada kehamilan anak yang kelima, barulah mulai timbul masalah-masalah kecil seputar ngurusin anak-anak mereka yang masih kecil-kecil. Mereka terbentur dengan aktivitas di kantor juga, mau tidak mau anak-anaknya mengurus diri sendiri dengan diawasi neneknya. Tapi meskipun diawasi neneknya, tentu semua itu tidaklah cukup.
Ketika anak ke-7 lahir, lalu beberapa bulan kemudian dia harus mengandung lagi, sepertinya perasaan minder mulai menguasai dirinya karena kehamilannya itu. Dan jangan coba-coba bertanya-tanya pada dia deh tentang kehamilannya, yang ada malah akan mendapatkan jawaban kurang mengenakkan dari dirinya. Pernah katanya, suatu hari ibunya bertanya perihal kehamilannya, dan dia jawab dengan ketus "Emang gak boleh hamil lagi? salah ya kalau aku hamil lagi?", sang ibu hanya bengong padahal pertanyaannya cuma, "Neng, kamu hamil lagi ya?", pada kehamilan berikutnya tak satupun yang berani bertanya ini dan itu perihal kehamilannya, tau-tau mbrojol aja... hahaha, ada-ada saja.
Kakak temanku ini adalah pegawai PNS, suaminya PNS juga. Dari sisi finansial dengan dua gaji pastilah cukup untuk mengidupi kesebelas anaknya, tapi dari segi memanage anak-anaknya mereka agak keteteran. Perhatian dan kasih sayang pada anak-anaknya sangat kurang, mungkin karena capek, pekerjaan rumahnya pun jadi terbengkalai. Cucian menggunung pun tak pernah dia pedulikan, cukup memandangnya dengan mesra sudah cukup baginya hihihi. Ada sih yang dia pedulikan, paling masalah makan anak-anaknya, terkadang karena gak sempat masak lauk, anak-anaknya cukup makan dengan kerupuk dan kecap, waduh... terbang deh!. Gak ada yang bantuin? jelas gak ada, namanya juga di kampung, mana ada yang mau ngerjain pekerjaan rumah dan momong anak sebanyak itu, capek deh...!
Yang lucu adalah cerita pada saat makan, dengan memakai baskom yang cukup besar sang suami biasa kebagian menyuapi 7 anak2nya yang masih kecil2 mereka berjejer rapi lalu disuapinya satu persatu persis kayak anak burung....heheheh...sedang 3 anak terbesarnya sudah bisa mandiri dan sudah bisa membantu sebagian pekerjaan orang tuanya, dan yang paling kecil masih bayi. Belum lagi cerita si sulung yang masih duduk di bangku SMA, sering merasa malu bila ada orang yang bertanya tenatang jumlah adiknya. Yang paling lucu, bapaknya sering lupa dengan nama-nama anaknya, ketuker-tuker... hihihi...
Menurut penuturan temanku, kakaknya itu bukan tak mau ber-KB, tapi tak ada satupun KB yang cocok dengannya. Dari mulai KB suntik, inplant, tablet, sampai yang jenis Spiral pun telah dicobanya tapi semuanya gagal, selalu saja bermasalah.
Lalu, "Kenapa gak suaminya aja yang ber-KB?" tanyaku, katanya suaminya keberatan bila harus memakai alat kontrasepsi k**d*m,
"Loh, alasannya?", alasannya ya kurang nikmat katanya! wkwkwkk...
"Kalau dibuangin gimana?" tanyaku polos. "Wah apalagi yang ono! gak mauuuuu dia!" jawab temanku nyengir.
Susah juga ya? kalau memiliki suami egois begitu!," apa gak ada rasa kasian sama sekali sama istrinya?" pikirku. Aku sudah bisa membayangkan kondisi sebuah rumah tangga seperti itu, kalau tidak bisa memanage semua, ya berantakan lah...
Tapi ternyata Tuhan telah memberi jalan terbaik pada keluarga itu, sebuah takdir yang tak bisa ditolak oleh siapapun, sang suami dipanggil Yang Maha Kuasa dalam usia yang relatif muda, serangan jantung telah membuat dia harus meninggalkan kesebelas anak2nya yang masih kecil-kecil dan masih membutuhkan figur seorang ayah. Ya, Tuhan Maha Pengatur segala-galanya, atas kehendak Tuhan apapun bisa terjadi. Jadilah kakak temanku itu single parent... berhenti melahirkan, tapi tanpa suami... namun apa daya? dia tak bisa melawan kehendak Tuhan...
Untuk para suami, renungkanlah ini.....
Youtube.com
@QillaJune2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H