Mohon tunggu...
Qendra Malika
Qendra Malika Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai swasta

Seorang yang kebetulan menyukai hal-hal bertema sejarah dan militer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Korea Utara dan Pengembangan Nuklir untuk Ketahanan Negara

20 Agustus 2024   14:18 Diperbarui: 20 Agustus 2024   14:25 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Roket Artileri Frog-7, sumber CSIS)

Dewasa ini belum ada tanda-tanda AS akan meninggalkan kawasan semenanjung Korea, terlebih Korut terindikasi semakin berani mengancam Korsel demi menyatukan tanah Korea dalam satu negara, sebuah tujuan yang tentunya akan sangat ditentang oleh AS. Walaupun status kawasan Asia-Pasifik terus memanas dalam dua tahun terakhir, selama dua dekade kebelakang sejatinya dua Korea sempat setidaknya melaksanakan lima kali pertemuan diplomasi untuk membahas masa depan Korea. 

Juni 2000 Presiden Kim Dae Jung jadi presiden pertama Korsel yang menginjakkan kaki di tanah Korea Utara, bertemu dengan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-il, September 2018 jadi momen terakhir Korsel dan Korut dalam satu meja, sampai saat ini belum ada upaya lanjutan antara Korsel dan Korut dalam membahas masa depan perdamaian tanah Korea.

(presiden Kim Dae Jung dan Kim Jong Il dalam Inter Korean Summits tahun 2000, sumber, NK News.)
(presiden Kim Dae Jung dan Kim Jong Il dalam Inter Korean Summits tahun 2000, sumber, NK News.)

AS sebagai "otot" utama penjaga Korsel sekaligus penekanan ambisi Korut memainkan peran sentral dalam kedamaian di tanah Korea. Dibawah presiden Donald Trump, AS  setidaknya melakukan tidak kali upaya diplomasi dengan Korut, pertama pertemuan di Hanoi Vietnam pada 2018 dan dua kali pertemuan di Korsel pada 2019. Baik pemerintah Korsel, AS dan Korut harus lebih serius dalam mengupayakan kedamaian yang seharusnya bisa mereka peroleh.

(Presiden Trump dan Kim Jong-un dalam pertemuan di Hanoi Vietnam, sumber, Wikipedia)
(Presiden Trump dan Kim Jong-un dalam pertemuan di Hanoi Vietnam, sumber, Wikipedia)

Dalam hal ini baik Korsel dan Korut harus bisa saling mempercayai satu sama lain tanpa rasa menaruh curiga atau kebencian dan terbuka dalam berbagai sektor, terutama isu nuklir yang menjadi topik paling sensitif bagi Korut. Kembali ke atas bahwasanya Korut membentengi diri dengan nuklir dari ancaman luar. AS menjadi ancaman paling serius bagi Korut karna dirasa menghalangi ambisi mereka dalam menyatukan Korea. 

AS dalam hal ini harus mampu meyakinkan Korut untuk melepaskan penggunaan hulu ledak nuklir pada rudal-rudal balistik dengan jaminan AS akan angkat kaki dari tanah Korea, dengan begitu stabilitas semenanjung Korea akan lebih dingin dengan ketiadaan senjata nuklir, baik itu milik Korut ataupun milik AS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun