Mohon tunggu...
Qendra Malika
Qendra Malika Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai swasta

Seorang yang kebetulan menyukai hal-hal bertema sejarah dan militer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Korea Utara dan Pengembangan Nuklir untuk Ketahanan Negara

20 Agustus 2024   14:18 Diperbarui: 20 Agustus 2024   14:25 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(presiden Kim Dae Jung dan Kim Jong Il dalam Inter Korean Summits tahun 2000, sumber, NK News.)

Meski telah berkali-kali ditekan Amerika Serikat bahkan oleh sekutu dekatnya sendiri Russia dan Tiongkok;Korea Utara tak jengah mengembangkan rudal-rudal balistik yang dinilai berbahaya.Selama tahun 2023, negeri ini setidaknya telah meluncurkan sepuluh rudal balistik termasuk roket yang membawa satelit pengintai buatan industri Korea Utara.

 Bagi Jepang bahkan AS dan Korea Selatan, peluncuran rudal sudah menjadi masalah menahun yang tak henti dilakukan Korut. "Sudah amat jelas,upaya peluncuran rudal balistik yang dilakukan Korea Utara telah menodai resolusi Dewan Keamanan PBB. Peluncuran rudal-rudal ini merupakan upaya provokatif yang bisa menggangu keamanan regional", demikian kata perdana menteri Shinzo Abe dihadapan Parlemen Jepang 2016 yang lalu.

Dibawah kepemimpinan Kim Jong Un, faktanya,Korut semakin gencar melakukan pengembangan dan peluncuran berbagai macam rudal serta roket.Kemampuan Korut semakin terdongkrak ketika Korut sukses meluncurkan sebuah kapal selam yang mampu meluncurkan rudal balistik pada September 2023, menjadikan Korut semakin diperhitungkan dalam permainan dikawasan regional Asia-Pasifik.

Sejumlah sumber menyatakan,Korut diyakini telah menangguk lebih dari 800 rudal balistik buatan sendiri dari berbagai tipe, mulai dari jarak pendek hingga jarak jauh yang bisa mencapai pangkalan militer AS di Guam.Hal ini memunculkan pertanyaan, mengapa Korut gencar membangun kemampuannya dalam bidang peluru kendali dan roket balistik? Jawabannya boleh jadi akan membawa kita pada pemahaman atas layar belakang kebijakan pertahanan yang dipegang teguh oleh Kim Il-Sung, putranya Kim Jong-Il, lalu kini cucunya: Kim Jong-Un.

Decisive Factor 

Sedikit membalik sejarah, sejumlah beban politik tampaknya telah "memaksa" pemimpin pertama Republik Demokratik Rakyat Korea, Kim Il-Sung, untuk memilih rekayasa rudal dan nuklir sebagai sistem pertahanan terdepan sekaligus opsi industri penopang perekonomian yang dinilai realistis. Setelah Perang Korea dihentikan oleh gencatan senjata pada 1953, negeri ini pada kenyataannya memang tak banyak memiliki potensi ekspor di tengah sektor pertanian dan perikanannya yang terlihat lemah.

Di lain pihak,dua prahara besar telah membuat negeri ini benar-benar terpuruk sekaligus tertutup dari dunia sekitarnya.Penjajahan Jepang yang berlangsung cukup lama menyisakan dendam kesumat terhadap tetangganya yang berada di sebelah timur itu. Sementara pertikaian senjata yang berlangsung antara 1945 sampai 1950 justru telah memisahkan negeri ini dengan saudara dekatnya di selatan. Konflik di semenanjung ini pulalah yang kemudian menciptakan permusuhan yang berkepanjangan dengan kekuatan ekonomi dunia,AS.

Bagi Kim Il-Sung, selain dapat membentengi negerinya dari ancaman luar dunia luar, rudal yang dikembangkan juga dapat di ekspor ke sejumlah negara.Peluang terbuka ketika sebagai sekutu dekat, Uni Soviet membanjiri Korea Utara dengan berbagai persenjataan terbaru pada dekade 1960 termasuk didalamnya roket artileri 9K52 Luna-M atau Frog-7 berdaya jangkau kurang dari 100 kilometer dan 2K6 Luna atau Frog-3 berdaya jangkau kurang dari 50 kilometer,rudal darat ke udara SA-2 Guideline,rudal anti kapal Stynx berikut enjinir di bidang motor roket dan pemandunya.

(Roket Artileri Frog-7, sumber CSIS)
(Roket Artileri Frog-7, sumber CSIS)

Berbekal itu, Korea Utara kemudian mendirikan Akademi Militer Hamhung yang didedikasikan sebagai pusat riset dan pengembangan rudal dan roket. China juga turut memberi "angin" dengan mengikutsertakan enjinir Korea Utara dalam pembuatan rudal berbahan bakar cair DF-61 yang bisa menjangkau jarak 600 kilometer dan mampu melontarkan hulu ledak seberat 1.000 kilogram. Kemampuan Korea Utara semakin meningkat setelah mereka mendapatkan rudal balistik Scud-B berikut semua aset pendukungnya dari Mesir dan Uni Soviet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun