Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Dulu

14 Juli 2023   07:53 Diperbarui: 14 Juli 2023   08:09 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


    "Bukannya tidak mau. Tapi apa iya aku bisa merasakan bagaimana cinta yang indah itu aku miliki, Anggun ?."


    Anggun yang punya inisiatif itu agak heran mendengar kalimat itu dariku. Dia seakan-akan berpikir bahwa aku adalah wanita yang dipenuhi dengan berbagai cerita pahit yang susah untuk di hilangkan.


    Sekali lagi, dia mencoba membuat ku tersenyum dengan kalimat motivasi nya serta menguatkanku agar selalu optimis dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.


    "Sebagai teman lamamu. Aku cuma pengen hal indah kamu miliki. Setidaknya rasakan lah seperti apa itu cinta yang paling indah itu. Ros, sebagai wanita harus selalu punya harapan besar terhadap masa depan. Jangan mengkerut kan masa depan karena keruhnya masa lalu. Aku tidak mengatakan bahwa kamu punya masa lalu yang sulit namun aku ingin mengajak mu, ayoo lihat masa depan mu karena sesungguhnya disana telah ada seorang laki-laki yang paling setia menerima kenyataan yang telah berlaku padamu."


    "Masih pantaskah diriku yang serba kurang ini mendapat kan seorang laki-laki yang lengkap hidupnya ?. Anggun, bukan aku menolak cuma aku harus memikirkan nya dulu, aku harus merenunginya dulu, aku ingin mencari jawabannya diantara waktu-waktu yang hampa, diantara ruang-ruang yang kosong dan diantara janji-janji suci yang belum aku tahu."


    "Iya, semuanya hanya kamu yang putuskan, Ros. Bahagia lah untuk pertemuan kita di hari yang bahagia ini. Sebab dilain waktu mungkin kita akan bertemu lagi dalam keadaan yang paling bahagia lagi."


    Selepas percakapan serius itu, kami berdua berjalan menuju panggung pengantin untuk memberi selamat kepada kedua mempelai.


    Anggun tidak melepaskan genggaman tangannya sementara aku-pun begitu.
    Di bawah tenda pernikahan itu ternyata ada banyak orang yang aku kenal. Hanya bedanya, mereka terlihat sudah memiliki keluarga.


    Satu diantara mereka ada yang menyapaku. Seperti Anggun yang masih begitu perduli dengan ku.


    Kami pun naik ke atas panggung untuk memberikan kata selamat. Do'a-ku ketika kusalami kedua mempelai adalah semoga aku secepatnya seperti mereka. Setelah itu, kami turun dengan perasaan yang juga merasakan indahnya hari ini.
   

   
   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun