Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengkhianatan

7 Juli 2023   05:24 Diperbarui: 7 Juli 2023   05:35 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernikahan yang sudah terjadi sejak tahun lalu dalam hidupku adalah milik wanita lain. Bagaimana tidak ?! Dia yang sudah menjadi suamiku lebih banyak memilih mencari jawaban hati dari setiap masalah perasaan nya pada wanita lain yang tiada lain adalah seppuku sendiri.

Dalam suatu kesempatan, aku pernah bertanya padanya, "siapa sebenarnya istrimu ? Kamu hanya mendatangi diwaktu-waktu yang kamu kehendaki. Diwaktu lapar, kamu meminta makan padaku, diwaktu urusan ranjang, kamu meminta padaku. Sementara diluar dari itu, kamu habiskan waktumu bersama wanita lain."

Dengan entengnya kamu menjawab "dia memberiku banyak ketulusan ketimbang kamu yang hanya bisa memberiku sebagian cintamu.''

Ketulusan ?.

Apa ?. Sudahlah !. Aku memberimu pilihan yang tepat untuk menetapkan satu hubungan, apakah aku atau dia ?.

Aku tidak akan memaksakan kehendak ku sendiri dengan banyak bertanya padamu siapa istrimu. Bukan hanya orang terdekat kita yang tahu kalau kita sudah menikah tapi pemilik akad pernikahan pun tahu kalau kita sudah menikah.

Tidak mungkin benih yang kamu tanam dalam hatiku tumbuh hanya untuk berbuah kepahitan. Sebagai istri, aku mencoba menjaga kehormatan keluarga kita walau rasa percaya diriku untukmu menurunkan kadar cintaku padamu.

Betul ! Kata orang-orang bahwa cinta itu hanya manis saat saling mengenal, saat belum menikah, cinta selalu mencari caranya sendiri agar bisa bersatu. Hal itu kurasakan sebagai suatu kebenaran yang hakiki namun saat ini, ternyata dirimu memang tidak perduli lagi perasaan yang mati-matian kamu perjuangkan dulu.

Heran !. Sebab selama ini, aku mengenal dirimu lebih dari sekedar seseorang dengan kehendak yang luar biasa menunjukkan sikap kepedulian yang tinggi.

Hal itu adalah penamaan, hanya penampakan saat aku masih belum menjadi istrimu. Sekarang, kamu mendapatkan kekayaan hatiku, mendapatkan kesempatan unik, mendapatkan cinta, mendapatkan responku, mendapatkan dorongan kasih sayang, semuanya pun terabaikan hanya karena persoalan sepele yang membuat mu seperti ini.

Dia yang kamu sebutkan lebih tulus karena melihatmu bahwa kamu adalah suamiku. Dia yang kamu anggap sebagai tumpuan curhatanmu adalah wanita yang tidak mungkin menikungku dari belakangnya sebab aku masih satu darah dengannya.

Jadi kalau punya niat mau selingkuh itu sebaiknya selingkuh yang benar karena wanita yang benar-benar sempurna itu adalah mereka yang tidak rela mau menjadi wanita kedua dalam urusan cinta. Bahkan wanita yang baik itu, tahu posisinya seperti apa dalam menjalani hubungan apalagi laki-laki yang dicintainya adalah suami orang.

Namun apa ?. Ada yang salah denganmu, kamu tidak perduli dengan kata-kata yang keluar masuk dari dalam hatiku.

Aku menyentuh hatimu dengan sentuhan jari sayang, dengan memberikan kebahagiaan yang sempurna, aku berpura-pura untuk tidak merasa sakit, aku harus bisa menjaga perasaanmu demi niat tujuan awal kita menikah, "yaitu tentang kehidupan bersama sampai tua."

Kehidupan yang indah itu hanyalah dongeng dalam rumah tangga kita. Sebuah kisah nyata yang terjadi pada diriku sendiri sehingga aku tidak akan bisa lagi masuk kedalam hatimu walaupun bahkan kamu memintanya.

Kucukupkan diriku sebagai seorang istri dengan rasa sayang yang pernah kudapatkan darimu. Aku tidak akan meminta banyak selain kehormatan yang dahulu pernah kamu ucapkan padaku.

Kehormatan yang mungkin tidak penting bagimu sampai kamu harus memilih cinta diantara hubungan terjaga. Aku, sungguh mempertaruhkan kehormatan itu karena disanalah segalanya dimulai, disanalah segalanya berseri, walau mungkin ada diantara perasaan kita yang tidak siap.

Aku sudah siap menerima kenyataan jika dikemudian hari, kamu akan meninggalkanku dengan cara yang sama, menyakitiku.

Aku sudah siap juga untuk menikah dengan laki-laki yang dulu pernah menjadi bagian dari masa laluku bahkan hari ini, dia masih menunggu masa sendiriku.

Untukmu, berpikirlah untuk selingkuh sebab aku juga berpikir untuk mencari jawaban cinta dari orang lain.

Sebelum semuanya terlambat maka jangan pernah tinggalkan ketentuan yang telah janjikan bersama, sebuah ikatan suci yang sedang kita jalani tidak akan pernah bisa berubah kalau kamu bisa mempertahankan bangunan setiap kalimat yang pernah kamu ucapkan dihadapan penghulu.

Masing-masing diantara kita pasti mengerti bahwa retaknya sebuah hubungan pasti didalamnya ditemukan unsur kisah yang berusaha masuk kedalam ruangan pemeriksaan yang sedang dijaga.

Kamu bahkan lupa jika aku selalu melihat dirimu dalam urusan asmara yang tidak biasa sehingga aku merasa sangat tersakiti.

Dulu kamu begitu mencintaiku sebelum mengenal cinta lain dari wanita yang kamu anggap benar juga mencintai. Ingatlah satu hal, jika awalnya manis pasti akhirnya akan terbayang dimatamu siapa aku dibandingkan dia.

Aku hanyalah bekas jejak yang kamu tinggalkan disebuah jalan persimpangan yang tidak biasa, dijalan itu, aku menemukan banyak hal yang membuatku semakin jauh, menyendiri dari cara cinta memerankan karakter pengetahuannya padaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun