Ibuku ternyata mendengar dari tadi apa yang Alin inginkan dariku. Jika karena ketidak-jujuranku yang membuat nya marah maka ibu mungkin akan menjelaskan kepadanya.
  Ibuku langsung duduk didekat nya Alin. Namun ternyata bukan untuk menjelaskan tentang apa yang dilihat oleh di dalam kamar tadi. Melainkan menanyakan kepadanya tentang keseriusan nya padaku.
  "Nak Alin, ibu cuma pengen tahu, apakah kamu serius dengan Syarif, anak kami ?."
  Pertanyaan itu tidak langsung dijawab oleh Alin. Alin hanya menatap ibuku dan agak sedikit berbeda dari raut wajah yang tadi.
  '''Semoga Alin akan menjawab iya pertanyaan ibuku barusan.'' Kataku dalam hati.
  "Serius !.'' Jawabnya. "Namun aku ingin tahu satu hal bu, apa bisa ?.'' Lanjut nya pada ibuku.
  "Bisa !."
  "Foto wanita yang berpakaian pengantin didalam kamar tepatnya dalam lemari yang aku lihat sedang berdampingan dengan Syarif, itu istrinya atau siapa ?."
  Ibuku mengira bahwa Alin mempertanyakan foto pengantin itu, biasa saja. Tidak ada apa-apa selain keinginan untuk mengetahuinya. Dengan santai ibuku menjawabnya, "wanita didalam foto itu adalah mantan istrinya."
  Nggak tahu seperti apa perasaan Alin sesaat sudah mendengar pengakuan ibu padanya. Aku hanya melihat, tidak akan ada lagi waktu yang paling indah yang bisa aku habiskan dengan nya.
  "Oh gitu. Aku mau masuk kamar dulu, bu."