Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulasan Hati

30 Juni 2023   10:13 Diperbarui: 30 Juni 2023   10:14 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


    Aku kalah di sisi itu sebagai wanita yang kurang modal dalam hal kecantikan.
    Hal yang paling aku ingat darimu adalah ketika kamu mengatakan padaku bahwa tidak penting wajah cantik asal hatinya bening memancarkan cahaya bahagianya. Ternyata demikian, kamu hanya bermain imbang tanpa berpikir panjang. Bukankah aku ini adalah awal dimana kamu mengenal cinta ?. Bukankah aku ini adalah awal dari setiap kisah bahagia mu ?. Kalau aku awal dari setiap cintamu lalu mengapa aku jadikan akhir dari hubungan yang hanya menyakitiku.


    Dari segi itulah sebab mengapa aku memilih untuk tidak lagi begitu berharap walau kamu berharga, aku mencoba membuatnya sesimpel mungkin, sesederhana mungkin dan mencoba menerima setiap informasi yang aku terima dari rekan-rekan kerjamu bahwa kamu mulai begitu rapat dengan wanita lain, wanita yang seprofesi denganmu ditempat kerjamu saat ini.


    Rais, andainya kamu jujur padaku bahwa kamu memang ingin memiliki cinta yang lain. Sebagai wanita, aku akan begitu tersakiti tapi aku lebih memilih menghargai kejujuran mu ketimbang kebohongan mu dan kepura-puraan mu padaku. Kamu jalan sama wanita lain juga dilain waktu ingin jalan denganku. Apakah aku ini terlihat seperti wanita sembarangan yang dengan seenakmu bisa mengajakku kesana kemari.


    Aku adalah wanita yang penuh dengan warna kebijaksanaan, aku adalah wanita yang penuh dengan cinta, aku adalah wanita dengan ketegasan sehingga aku tidak menghendaki hatiku sakit berulang-ulang dan jatuh berkali-kali kedalam suatu lubang pahit.


    Mereka yang kamu ajak, memberitahuku bahwa kamu sering mengatakan kepada wanita itu bahwa kamu mencintainya. Kamu memberinya harapan yang cukup serius sebagaimana harapan itu dahulu kamu berikan juga padaku.


    Kamu bahkan sering mengajak jalan-jalan. Memang nya aku tidak punya kaki untuk berjalan. Kamu juga sering mengajak nya makan bersama, itu aku percaya sebab aku sudah pernah melihat mu dengan mata kepalaku sendiri.


    Hal istimewa yang tidak pernah kamu lakukan padaku, kamu lakukan padanya. Kamu menyuapinya, itupun kamu lakukan didepan teman-teman mu. Apakah setiap merayu wanita dengan cara mengajaknya makan, kamu akan melakukan hal itu. Apakah kemesraan itu pantas kamu perlihatkan pada orang lain.


    Hatiku hancur berkeping-kepeing. Namun aku menahannya. Mataku sudah siap menjatuhkan air matanya tapi aku mengatakan pada mataku untuk menyimpan air mata itu. Aku berlagak begitu kuatnya, mengunci semua pintu keresahan dan kesedihanku untuk tidak dilihat oleh mereka.


    Tapi hanya seperti kain putih, tetap transparan oleh mata mereka. Sekuat aku menahan beban ini justru tekanan derita semakin kuat pula mencari celah pintu keluar.


    Bahkan tekanan kesedihan itu meronta-ronta tiada hentinya dalam tubuhku. Aku mendidih begitu cepat diatas derajat panas yang lebih sehingga unsur bagian tubuhku yang paling lunak meleleh laksana karet.


    Dari sanalah kumulai tidak perduli walau aku masih peka. Aku mulai belajar diri atas langkah salah yang aku ambil karena telah memberimu kesempatan dan kepercayaan masuk kedalam hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun