Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hampir Saja Merasa Enak

25 Juni 2023   13:59 Diperbarui: 25 Juni 2023   14:06 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku dibuat keok dengan cara cinta yang Alin perlihatkan padaku. Bahkan hampir saja, aku melampaui batas-batas tertentu yang telah aku tetapkan sendiri untuk menjaganya dari perilaku yang tidak jiwa ini inginkan.

''Alin, jangan lebai gitu ah !. Kalau aku memeluk mu maka jiwa ini akan memberontak terhadap diriku sendiri. Siapa sih yang tidak mau memeluk wanita yang dicintainya ? Bahkan burung siul kecil terkadang terbang bersama sepasang kekasih nya, jauh menembus batas waktu dengan dua sayap yang mereka pakai. Aku hanya ingin melihat mu saja tersenyum, bagiku sudah sangat cukup untuk membuat ku bahagia, Alin.''

"Ih, siapa juga yang mau dipeluk olehmu ?. Aku cuman memberitahumu apakah kamu siap jika memelukku tapi bukan berarti, aku akan dipeluk olehmu dengan ikhlas tubuhku disentuh olehmu''_

"Kan kita belum nikah ?. Dimana-mana itu, laki-laki ataupun wanita ketika berpelukan, mereka sudah menikah. Jika belum menikah, jangan salah ! Itu pelukan bukan pelukan cinta tapi pelukan hangat darimu yang belum halal. Jangan sampai setelah kamu memelukku, kamu akan meninggalkan ku dengan alasan, ah ! Alin mah sudah aku peluk. Asyik deh saat aku memeluknya, kan tidak boleh hal itu terjadi, Syarif."

"Huuu... Kamu lupa ya, saat kamu tidur tadi, aku sudah memelukku beberapa kali dan bahkan keningmu aku cium. Cuma, kamu tidak merasakan seberapa nikmatnya aku merasakan nya, sebab saat kamu tidur, jemari tanganku melambai-lambai ke udara. Bodohnya aku tidak bisa mendaratkan ciuman itu ke area gunung yang tinggi, susahnya di naiki."

"Apa kamu bilang, Syarif ?. Aku tidak mengerti !. Masa ada gunung di dalam kamar ini, kamu pasti nggak dapat jalannya makanya nggak bisa mendarat. Cobanya kamu bangunin aku, pasti bisa mendarat pas di titik finish, jadinya malah justru semakin susah mendaratnya.''

Berdesik dalam hatiku ingin tertawa tapi aku menahan nya, ''aduh !. Alin kok bisa banget bercandanya. Dia malah nyambung diajak bicara yang gituan. Ah, masa ia ? Apa dia nggak tahu atau pura-pura paham kalau yang sedang aku bicarakan ini adalah sesuatu yang indah, aku yang dibuat setengah mati.'' Udahlah, kataku sendiri.

"Syarif, kamu bingung lagi ya. Jangan dong ! Mikirin sesuatu yang belum terjadi, itu nggak baik, Syarif. Nanti pikiran mu terbang jauh melintasi samudera lautan lepas. Tidak usah mikir jauh-jauh, kan yang ada dalam otakmu saat ini, ada bersamaku. Kamu hanya perlu bilang ke aku, hanya perlu bicara yang manis, seperti menggoda dengan cara-cara yang elegan, dengan cara yang santun, pasti kamu akan mendapatkan balasannya''_

"Tapi, ya sudahlah !. Jangan sampai aku terlalu membuatmu semakin lagi dan lagi. Kamu sendiri pasti sudah tahu seperti apa sensasi yang diakibatkan oleh kondisi ketika segalanya menjadi satu. Bahkan orang yang dari tadi ini mengetuk pintu kamar, masih didepan pintu berdiri untuk dibukakan pintunya.''

"Malas ah !. Tadi kamu sudah bilang untuk tidak membuka pintunya. Sekarang malah bilang ke gitu, aku buka sekarang ya ?."

"Jangan dibuka !. Kalau dibuka sekarang, terus gimana dong dengan sentuhan yang sebentar lagi akan kamu berikan padaku, tidak bagus jika ada orang disini, dalam kamar bersama kita berdua. Masa lagi asyik bicara tentang rasa yang dalam, eh diganggu. Dimana-dimana itu, wanita dan laki-laki yang sedang membicarakan sesuatu yang menurut mereka dapat menghasilkan karya luar biasa, pasti nggak boleh di ganggu, Syarif !. Aku cuma bilang gitu padamu karena dari tadi ini, kamu hanya diam saja mendengarku berbicara."

"Hmmm...! Tidak !. Dari tadi aku juga berbicara, menemanimu yang lagi duduk asyik mengobrol denganku, mengutarakan keistimewaan-keistimewaan yang menarikku dari alam halayan. Alin, kalau boleh aku jujur padamu, aku akan mengatakannya."

"Apa itu Syarif ?. Katakanlah supaya aku juga bisa mengetahuinya."

"Sesungguhnya, ketika aku melihat mu bahagia seperti ini, aku merasa berhasil meraih peringkat cinta darimu yang sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiran ku kalau kamu bisa sebahagia ini."

"Ini berkatmu juga. Namun ada satu hal yang tidak bisa kamu lakukan untukku, Syarif. Walau mungkin bisa."

"Masih adakah yang belum kulakukan untuk membahagiakan mu hari ini ?."

"Banyak !. Saking banyaknya, kamu lupa kebahagiaan yang sederhana tapi nyaman jika aku rasakan."

"Katakan Alin, agar aku bisa melakukan nya untukmu."

"Janji !. Kamu akan melakukan nya untukku walau itu sulit bisa kamu lakukan, Syarif."

"Iya, aku akan berusaha asalkan itu tidak berat diangkat. Kalau berat, pasti aku butuh bantuan mu untuk melakukan nya untukmu.''

Bahkan aku tidak mengerti apa yang Alin inginkan. Tapi nggak apalah, asal dia bisa melupakan segala beban yang menimpanya, apapun itu akan aku lakukan untuk nya. Setiap orang pasti akan berkorban untuk kepentingan wanita yang dicintainya, aku pun harus demikian. Kan tidak ada yang salah jika masih dalam batasan yang bisa kulakukan.

"Coba lihat dulu punggung ku apakah ada sesuatu yang terluka, aku merasakan seperti ada yang tergores."

Mendengar itu, aku jadi bingung. Gimana caranya bisa aku lihat, bukan tidak mau namun ini adalah sebuah pancingan yang sengaja mencobaku untuk melihat segalanya.

Karena aku terlihat menganga, Alin kemudian menepuk bahu kananku, "He, ngapain bingung lagi ?."

"Cuman lihat saja kan ?.''

"Iyalah. Cuman lihat saja, bisa disentuh tapi tutup mata ya. Kalau kamu membuka matamu, takutnya kamu tergoda melihat kulit halus ku."

"Gimana ya ?.'' Tanyaku sendiri. ''Kalau disentuh pasti juga dipegang dan kalau sudah dipegang pasti mikirnya lain. Alin, haruskah aku yang melihat nya ?.''

"Apa kubilang, kamu pasti tidak akan berani. Ya sudah !. Kalau sudah menikah, jangan harap akan aku kasi lihat semuanya."

"Antara ia dan gimana gitu. Ah, masa bodoh !. Yang penting percaya tidak akan ada sesuatu yang aneh terjadi.'' Hatiku berbisik lagi untuk kesekian kalinya.

"Baiklah Alin !. Dibagian mana yang dirasakan itu ?."

"Syarif, sebenarnya aku hanya ingin melihat respon perhatian mu padaku dan aku hanya ingin tahu apakah kamu bisa melindungi ku atau tidak, panggung ku baik-baik saja, Syarif. Hanya saja yang tidak baik-baik itu adalah bekas kecupanmu yang mendarat di wajahku, sampai saat ini berganda dengan mu, masih aku rasakan, Syarif."

"Kamu ah, hampir saja membuat jantungku copot. Jika saja tadi aku melihat punggung mu, hmm !! Sudah pasti akan aku gigit."

"Luka dong ! Kalau kamu gigit."

"Biarin aja yang penting kamu bisa bahagia dan aku mendapat kan tempat terkasih dalam hatimu, Alin."

"Apapun yang terjadi setelah nanti kita menikah biarlah terjadi seperti mengalir nya air yang deras. Setelah menikah, aku bukan hanya menjadi milikmu, Syarif tapi seutuhnya akan menjadi milikmu dan kapanpun kamu mau maka datangilah aku dalam keadaan yang paling indah."

"Akulah laki-laki yang paling beruntung, Alin yang kamu cintai tanpa berpikir panjang kemudian memberiku sebuah harapan besar. Jadi sangat wajar jika dirimu harus aku jaga baik dari perilaku cintaku padamu maupun yang mengganggumu. Namun ada hal yang tidak bisa aku jaga yaitu saat kamu sudah sah menjadi milikku maka saat itu segalanya yang baru saja kita candakan akan terbuka, akan kubuktikan dengan berbagai gayaku sendiri."

"Bicaramu saja Syarif. Kamu tuh dikasi hati, eh malah mintanya segalanya. Mana ada dengan berbagai gayamu ? Untuk melihat aja punggung ku tadi, kamu keok."

"Iya, ayok ! Sini aku lihat. Ada apa di punggungmu. Nanti kalau terasa ada yang sakit berarti aku yang gigit itu."

"He... Mulai lagi, kambuh lagi candaanya. Syarif, biarkan aku tersenyum terus seperti ini ya. Jangan biarkan lagi air mata ini jatuh, aku tidak mau lagi pikiran ku memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan."

"Alin, percayalah !. Aku akan menjaga senyuman itu agar tetap bisa terlihat sempurna. Kesempurnaan kan dirimu dengan sebuah kesejukan, lalu kamupun memberiku kesempatan untuk menikmati keindahan bersamamu.''

"Aku milikmu, Syarif. Semuanya adalah milikmu tanpa tersisa sedikitpun dalam diriku, kuserahkan yang aku miliki untuk mu seorang."

Bahasa itu membuat Syarif mati kutu. Dia larut dalam kebahagiaan yang tiada duanya bahkan dia ingin sekali menggigit bibirnya yang selalu sensual itu. Syarif yang sabar ya, ada kok waktunya untuk bermain game dalam keadaan mencintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun