"Hamm...! Aku tahu Yel, kamu bukan merasa kasihan pada wanita nya tapi dari caramu menyampaikan cerita itu, ada segumpal rasa yang berbeda. Kamu jatuh cinta ya ?."
"Ah ! Kamu. Masa aku jatuh cinta pada wanita itu. Kalau masih gadis ia, tapi sudah punya anak. Tapi senyuman nya itu yang tidak bisa aku lupakan." Jawabnya pada temannya.
"Itu-kan, benar toh ! Kalau sedang jatuh cinta pada wanita itu." Temannya masih memojokkan nya.
"Sejujurnya, aku masih ingin melihat wanita itu. Hal menarik yang tidak hilang dimataku adalah senyum nya itu yang mempesona." Katanya sambil tertawa kecil.
"Gimana kalau sebentar malam kita tunggu wanita itu, Yel. Setelah kita dapat kan, kita ajak dia kerja di perusahaan kita. Ijasah lain urusannya asal kita bisa membantu orang."
"Serius Doo ?."
"Ya, aku serius. Ini susahnya sekarang, dimana-mana cari kerja yang dilihat dulu adalah ijasah. Kasian yang tidak memiliki pendidikan, mereka akan melakukan pekerjaan apa adanya asal bisa makan. Padahal mereka adalah tanggungjawab Negara. Mestinya Negara hadir lebih luas untuk memberikan pekerjaan pada mereka yang membutuhkan kan."
"Doo, kalau aku hanya peduli, wanita itu bisa setiap hari menampakan senyumnya padaku. Bagiku, dia sudah bekerja dan aku akan menggajinya lebih dari yang ia pikirkan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H