Mohon tunggu...
Qanith kurniawan Arham
Qanith kurniawan Arham Mohon Tunggu... mahasiswa -

asli maros, pecinta Hijau dan sangat menyukai semangka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengharap Cinta di Penghujung Senja

26 Juli 2016   20:00 Diperbarui: 28 Juli 2016   06:23 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah lama kau menatap keluar jendela

Tanganmu tiada jeda dan lelah menggenggam secarik foto

Mungkinkah saat ini kau terbayang?

Aku hanya sedikit berprasangka

lamat lamat terdengar do’amu

dan sesekali terdengar namanya terucap

harus kah sekarang tangis ku pecah?

saat ku tahu kini kau rindu padanya

kau pernah bilang dia cintamu

senyum kalian berdua tiap hari, seolah akan hidup berdua selamanya

inikah permainan takdir?

di saat kenyataan berbicara lain

bahwa dia lebih dulu pergi selamanya

pandangan mu makin sendu, menatap kosong dikejauhan

setetes bulir bening kini terlihat mengalir

apa yang harus ku lakukan?

Aku hanya bagian dari hasil cinta kalian berdua

Sesekali kau tatap fotonya

Seolah berusaha menguak kenangan dalam kisah nostalgia

Bercengkrama dalam visual metafora

Bisakah kutebak yang kau bayangkan?

Mungkin saja itu kisah romantika tentang sebuah mimpi cinta

Usiamu kini menjelang senja

Menanti kulit mengeriput dan pandangan semakin buram

Mungkinkah bisa kuberi kasih sayang yang setara?

Saat duniamu kini terasa hilang separuh

Kuraih tanganmu yang lunglai tanpa gairah

Ku peluk tubuh kisut mu

Bila saja rindumu tak terbendung

Dan berharap kenyataan yang tampak adalah sosoknya hadir sekali lagi

Aku hanya akan mengingatkanmu

“kami masih ada untukmu bunda..”

Maros, 26 Juli 2016

note #16 [project 52 dalam 365]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun