Telah lama kau menatap keluar jendela
Tanganmu tiada jeda dan lelah menggenggam secarik foto
Mungkinkah saat ini kau terbayang?
Aku hanya sedikit berprasangka
lamat lamat terdengar do’amu
dan sesekali terdengar namanya terucap
harus kah sekarang tangis ku pecah?
saat ku tahu kini kau rindu padanya
kau pernah bilang dia cintamu
senyum kalian berdua tiap hari, seolah akan hidup berdua selamanya
inikah permainan takdir?
di saat kenyataan berbicara lain
bahwa dia lebih dulu pergi selamanya
pandangan mu makin sendu, menatap kosong dikejauhan
setetes bulir bening kini terlihat mengalir
apa yang harus ku lakukan?
Aku hanya bagian dari hasil cinta kalian berdua
Sesekali kau tatap fotonya
Seolah berusaha menguak kenangan dalam kisah nostalgia
Bercengkrama dalam visual metafora
Bisakah kutebak yang kau bayangkan?
Mungkin saja itu kisah romantika tentang sebuah mimpi cinta
Usiamu kini menjelang senja
Menanti kulit mengeriput dan pandangan semakin buram
Mungkinkah bisa kuberi kasih sayang yang setara?
Saat duniamu kini terasa hilang separuh
Kuraih tanganmu yang lunglai tanpa gairah
Ku peluk tubuh kisut mu
Bila saja rindumu tak terbendung
Dan berharap kenyataan yang tampak adalah sosoknya hadir sekali lagi
Aku hanya akan mengingatkanmu
“kami masih ada untukmu bunda..”
Maros, 26 Juli 2016
note #16 [project 52 dalam 365]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H