Mohon tunggu...
Qanith kurniawan Arham
Qanith kurniawan Arham Mohon Tunggu... mahasiswa -

asli maros, pecinta Hijau dan sangat menyukai semangka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aritmatika Doa

20 Mei 2016   19:55 Diperbarui: 20 Mei 2016   20:05 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menghitung doa (www.republika.co.id)

Kini gulita menjelang subuh

Terhitung sepertiga malam dalam bilangan imajiner

Namun aku seolah merekat diatas sajadah

Menghamba sambil menumpah himpunan do’a

Aku meringkuk,  menunduk layu

Semakin lama keluh kesahku makin berpangkat

Lantunan syair pengharapan telah ku urai

Hampir Serupa deret angka tak berlimit

Angin pelan mendesau diluar jendela

Hening dimakan waktu yang mengulur dalam konstanta

Mungkinkah saat ini tuhan mendengar

Kubutuhkan jawabannya untuk sebuah rumus empiris kehidupan

Pada tiap ujung  do’a, kadang kupertanyakan

Akan takdir yang  selalu berbicara teka teki

Dan Seolah mempermainkanku dalam rumus peluang

Atau hanya aku yang terlalu menghitung do’a?

Yang kuharap bahwa apa yang aku dapat

Berbanding lurus dengan do’a yang senantiasa kujumlah

Sebuah suara menyapa lembut

Menyentuh ilham bawah sadar

Mengetuk ruang tak bersudut

Suara itu berbisik pelan

“mungkinkah do’a mu terabaikan?

Di saat sujudmu telah satu garis linear dengan sang pencipta

lantas kau ragukan keyakinanmu

protesmu berlebih dengan do’a yang terus kau kalkulasi

Terkadang manusia menuntut ada persamaan nilai atas semua orang

Tapi lupa mengkuadratkan rasa syukurnya

Menganggap keajaiban muncul begitu saja

Seperti menyusun kelipatan lima dalam fikiran

Segalanya tak selalu berbanding senilai

Akhir riwayatmu hanya seputar nilai positif dan negatif

Dan Jawaban do’amu ada pada hasil akhir

Subuh merapat

Aku makin meringkuk, sambil ku ringkas do’a

Kututup wajah dipenghujung munajat

Tuhan, aku malu…

note #9 [project 52 dalam 365]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun