Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pernah Mulas, Mual, atau Pusing Ketika Panik atau Cemas? Mari Mengenal Konsep Psikosomatis

26 Juni 2023   17:25 Diperbarui: 1 Juli 2023   13:55 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami hubungan antara pikiran dan tubuh sangat penting dalam teori psikosomatis karena menyoroti pengaruh dua arah antara kesejahteraan mental dan fisik. Dengan mengenali dampak faktor psikologis terhadap kesehatan fisik, pendekatan psikosomatis bertujuan untuk mengatasi tekanan emosional yang mendasari dan gejala fisik, mendorong kesejahteraan holistik dan mendukung penanganan kesehatan secara terpadu.

Sejarah perkembangan teori psikosomatis

Sejarah dan perkembangan teori psikosomatis bermula sejak awal abad ke-20 ketika para peneliti dan dokter mulai mengeksplorasi interaksi antara faktor psikologis dan fisik dalam kesehatan dan penyakit. Teori psikosomatis berkembang melalui kontribusi dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, kedokteran, dan ilmu saraf. 

Akar teori psikosomatis dapat ditelusuri kembali ke Sigmund Freud, seorang psikiater yang menginisiasi psikoanalisis dan psikologi secara umum. Freud mengusulkan bahwa konflik bawah sadar dan tekanan emosional dapat bermanifestasi sebagai gejala fisik. Dia memperkenalkan konsep penyakit psikogenik, menunjukkan bahwa faktor psikologis dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan fisik.

Pada pertengahan abad ke-20, psikosomatis mulai berkembang dalam bidang kedokteran. Pelopor seperti Franz Alexander, George Engel, dan John E. Sarno memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman fenomena psikosomatis. Mereka menekankan peran stres, emosi, dan faktor kepribadian dalam menimbulkan dan memperparah gejala dan penyakit fisik.

Perkembangan model biopsikososial pada tahun 1970an semakin memajukan teori psikosomatis. Model yang dikemukakan oleh George Engel ini memperluas perspektif kesehatan dan penyakit dengan mempertimbangkan interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial. Diakui bahwa pikiran, tubuh, dan lingkungan sosial saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain dalam kesehatan dan penyakit.

Penelitian dalam psikofisiologi dan sistem respons stres memberikan wawasan lebih lanjut tentang mekanisme yang mendasari hubungan pikiran-tubuh. Hasil penelitian seperti milik Hans Selye dan Robert Ader mengeksplorasi efek fisiologis stres dan dampak stres pada berbagai sistem tubuh, seperti sistem kekebalan tubuh.

Pada akhir abad ke-20, muncul bidang psikoneuroimunologi yang berfokus pada hubungan antara pikiran, sistem saraf, dan sistem kekebalan. Bidang ini menyelidiki bagaimana faktor psikologis, seperti stres dan emosi, dapat memengaruhi fungsi kekebalan dan kesehatan secara keseluruhan.

Teori psikosomatis telah mempengaruhi perkembangan pendekatan holistik untuk kesehatan dan intervensi. Kedokteran integratif, yang mengkombinasikan pengobatan medis konvensional dengan pendekatan komplementer dan alternatif, seringkali menggabungkan perspektif psikosomatis.

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian terus mengeksplorasi aspek psikosomatis dari berbagai kondisi, seperti nyeri kronis, penyakit kardiovaskular, gangguan pencernaan, dan gangguan autoimun. Kemajuan dalam ilmu saraf dan teknologi telah memberikan jalan baru untuk menyelidiki mekanisme yang mendasari dan mengembangkan intervensi yang lebih bertarget.

Secara keseluruhan, sejarah dan perkembangan teori psikosomatis mencerminkan adanya interaksi yang kompleks antara faktor psikologis dan fisik dalam kesehatan dan penyakit.

Mengatasi dan menghindari gejala psikosomatis 

Jujur, sebenarnya gejala psikosomatis sulit untuk dihindari. Berbagai gejala psikologis seperti cemas, stres, dan sebagainya merupakan sinyal bahwa kita menghadapi sesuatu sehingga tubuh kita juga akan mempersiapkan pasukan organ untuk menghadapi sesuatu tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun