Konformitas dan Norma Sosial
Konformitas masyarakat Indonesia sangat berkaitan dengan norma dan harapan sosial. Ada orientasi kolektif di mana individu berusaha untuk menjaga keharmonisan sosial dan menghindari menonjol atau menyimpang dari perilaku yang umum.Â
Dalam kerangka budaya ini, tepat waktu mungkin tidak selalu dihargai seperti di kalangan budaya individualistis.Â
Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial dalam konteks manajemen waktu dapat memengaruhi individu untuk memprioritaskan kohesi sosial daripada ketepatan waktu.Â
Akibatnya, individu dapat melakukan prokrastinasi dan membiasakan diri ngaret, karena "tepat waktu" tidak memiliki makna spesial yang positif dalam budaya kita.Â
Takut Berbeda dan Kritik Sosial
Ketakutan untuk menjadi berbeda dari norma-norma sosial dan potensi kritik negatif yang mungkin mengikuti dapat berkontribusi pada prokrastinasi dan ngaret.Â
Dalam masyarakat Indonesia, terlalu kaku pada hal-hal seperti manajemen waktu tidak sesuai dengan norma budaya ngaret yang lebih fleksibel. Perbedaan ini dapat dianggap mengganggu atau konfrontatif.Â
Akhirnya, banyak dari kita yang mungkin ragu untuk tepat waktu karena takut dihakimi, dikritik, atau berpotensi merasa asing karena menyimpang dari perilaku kolektif. Bisa dibilang kita akhirnya ada yang ngaretnya karena agar selaras dengan norma budaya dan menghindari konsekuensi sosial yang negatif.
Identitas Kelompok dan Hubungan Interpersonal
Orientasi kolektif dalam masyarakat Indonesia sangat menekankan pada identitas kelompok dan hubungan interpersonal. Menjaga hubungan yang harmonis dan membina hubungan sosial sangat dihargai.Â
Akibatnya, individu dapat memprioritaskan interaksi dan kewajiban sosial daripada hal-hal yang kurang penting seperti tepat waktu. Keinginan untuk memelihara dan menjaga hubungan dalam budaya kita juga dapat menyebabkan prokrastinasi, semata-mata karena tunggu-tungguan yang dapat disebabkan berbagai macam hal. Mulai dari yang sepele sampai yang serius. Misalnya, takut dikira ini itu, atau justru takut bergerak sendirian.Â
Gaya Komunikasi Tidak Langsung dan Ambiguitas
Gaya komunikasi orang kita sering kali melibatkan komunikasi tidak langsung dan implisit, yang dapat mengakibatkan ambiguitas dan ketidakpastian mengenai ekspektasi tugas dan tenggat waktu. Atau, dengan kata lain; suka kode-kodean dan berharap harusnya orang lain mengerti.Â
Ambiguitas ini dapat menyebabkan keraguan, atau bahkan pesan yang dimaksud tidak sampai. Ketika instruksi atau harapan tidak dinyatakan secara eksplisit, individu mungkin menunda mengambil tindakan untuk menghindari kesalahpahaman atau potensi konflik.Â