Dalam hiruk pikuk kehidupan kita sehari-hari, ada saja setan tersembunyi sering mengintai dalam bayang-bayang, mendatangkan malapetaka pada ketenangan pikiran kita. Setan ini membanjiri kita dengan stimulus secara terus menerus, yang seringnya stimulus-stimulus ini bahkan tidak benar-benar ada dan nyata. Kira merasa kewalahan, tapi sulit sekali untuk berhenti.
Kita menyebut keadaan ini sebagai overthinking.
Selamat datang di dunianya overthinkers, di mana obsesi tidak sadar akan self control menjadi bumerang dan mengacaukan kita. Pikiran yang tidak habis bukannya membuat kita lebih berdaya, malah justru mengacaukan hidup kita tanpa dapat kita melepaskan diri dari cengkeraman pikiran yang tiada henti tersebut.Â
Lepaskan beban overthinking, dan masuklah ke dunia di mana hubungan sejati, kreativitas, dan ketenangan menunggu. Saatnya untuk mendapatkan kembali ketenangan pikiran kita dan menemukan kembali kegembiraan sederhana yang membuat hidup benar-benar berharga.
Di dunia yang penuh dengan gangguan, pilihan tanpa akhir, dan rentetan informasi yang terus-menerus, tidak mengherankan jika banyak dari kita mendapati diri kita terjebak dalam siklus overthinking yang tidak ada ujungnya. Mau bagaimana lagi? Kita menerima banyak informasi setiap harinya dan dengan teknologi yang berkembang terlalu cepat, kemungkinan apa yang akan terjadi juga meluas bisa ke mana-mana.Â
Kita jadi merenungkan setiap keputusan, menganalisis setiap kemungkinan akibat, dan ragu untuk mengambil tindakan.Â
Kita menjadi lumpuh oleh pikiran kita sendiri, terjebak dalam labirin mental tentang bagaimana-jika dan mungkin ini-mungkin itu.Â
Masyarakat sering mendewakan pengendalian diri atau self control sebagai suatu kebajikan. Kita mengapresiasi orang-orang yang dapat dengan cermat merencanakan setiap aspek kehidupan mereka dan dapat menahan diri dalam menghadapi godaan.Â
Self control, juga dikenal sebagai pengendalian diri, adalah proses psikologis yang melibatkan pengelolaan pikiran, emosi, dan perilaku seseorang untuk mengejar tujuan jangka panjang dan menahan godaan atau impuls jangka pendek.Â
Self control memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari, memengaruhi kemampuan kita untuk membuat keputusan yang tepat, menunda kepuasan, dan mempertahankan fokus saat menghadapi gangguan.
Dalam pikiran overthinkers, self control dapat menjadi dinamika yang unik dan kompleks. Overthinkers cenderung memiliki kesadaran yang tinggi (sangat self conscious) akan pemikirannya dan kecenderungan untuk merenung secara berlebihan. Overthinkers sering menemukan dirinya terjebak dalam siklus menganalisis yang berlebihan, banyak menebak-nebak, dan sering kali meragukan tindakan dan pilihan hidup. Konsekuensinya, self control tersebut mungkin menjadi berat sebelah dan terhalang oleh penekanan berlebihan pada kehati-hatian dan ketakutan membuat kesalahan.
Proses kognitif yang terlibat dalam self control terjadi di sekitar korteks prefrontal, yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif seperti pengambilan keputusan, pengaturan perhatian, dan kontrol impuls.Â
Ketika kita melakukan self control, korteks prefrontal membantu mengesampingkan keinginan impulsif atau segera demi tujuan jangka panjang. Namun, dalam kasus overthinkers, korteks prefrontal mungkin terlalu aktif, menyebabkan fokus berlebihan pada analisis dan pertimbangan, yang dapat mengganggu pengambilan tindakan tegas.
Overthinkers sering mengalami fenomena yang dikenal sebagai kelumpuhan analisis (analysis paralysis), di mana kita sebagai overthinkers menjadi begitu sibuk dengan menimbang setiap pilihan yang mungkin dan memprediksi hasil sehingga kita berjuang untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan. Analisis yang berlebihan ini dapat menghabiskan sumber daya mental dan membuat kita merasa mandek dan tidak dapat bergerak maju.
Selain itu, overthinkers mungkin lebih rentan terhadap keraguan diri, takut akan konsekuensi membuat pilihan yang salah atau menghindari kegagalan. Ketakutan ini dapat mengintensifkan kebutuhan akan kendali, yang mengarah ke siklus analisis berlebihan dan keengganan untuk mengambil risiko.
Ingin semuanya harus serba pasti menjadi penghalang untuk bertindak, karena para overthinkers mencari jaminan mutlak sebelum melanjutkan, yang padahal hidup ini lebih banyak ketidakpastian dan kemungkinan daripada yang pasti dan mutlak.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh overthinking dan memperkuat self control yang benar, ada beberapa tips.Â
- Latihan mindfulness, seperti meditasi atau latihan pernapasan dalam, dapat menumbuhkan kesadaran saat ini dan membantu kita sebagai overthinkers untuk mempelajari pikiran kita sendiri tanpa terjerat dalam isi kepala kita. Dengan melatih sikap tidak menghakimi dan berusaha mengambil alih atas arus berpikir kita, kita dapat menciptakan ruang untuk pengambilan keputusan dan tindakan yang lebih jelas.
- Menetapkan tujuan dan prioritas yang jelas dapat memberikan kerangka kerja untuk mengarahkan upaya pengendalian pikiran.
- Memecah tugas menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola memungkinkan pemikir berlebihan untuk fokus pada satu tindakan pada satu waktu, mengurangi sifat proyek kompleks yang berlebihan.
- Menetapkan tenggat waktu (deadline) dan meminta pertanggungjawaban diri sendiri dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk bergerak maju.
- Membangun kepercayaan diri para overthinkers, bisa dimulai oleh diri sendiri lalu didukung oleh lingkungannya untuk mengatasi keraguan diri dan ketakutan akan kegagalan.Â
- Menyadari bahwa kesalahan adalah bagian alami dari pertumbuhan dan membingkai ulang kegagalan sebagai kesempatan belajar dapat mengurangi kecenderungan perfeksionis yang menghalangi tindakan.Â
- Mengelilingi diri sendiri dengan orang-orang yang suportif dan menyemangati yang mengembangkan mindset berkembang dapat memberikan umpan balik dan perspektif yang berharga, yang selanjutnya memperkuat pengendalian diri.
Singkatnya, self control memainkan peran penting dalam mengelola pikiran, emosi, dan perilaku untuk mengejar tujuan jangka panjang. Bagi overthinkers, self control bisa menjadi bumerang. Perlu ada batasan yang jelas mengenai self control yang sehat, yaitu dengan memahami apa itu self control. Tentu kita semua harus memiliki pengendalian diri atau self control yang baik, namun kita juga harus memahami bahwa ada hal yang harus & tidak harus dikendalikan, dan ada hal yang bisa & tidak bisa kita kendalikan.
Self control memang banyak manfaatnya, tetapi ada garis tipis antara berhati-hati dan stagnan. Overthinkers cenderung terlalu berhati-hati, yang seringkali akhirnya merugikan diri sendiri. Overthinkers begitu terjebak dalam menganalisis dan merencanakan sehingga akhirnya tidak pernah benar-benar mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide yang ada.
Mengambil langkah-langkah dalam bentuk tindakan adalah katalis untuk kemajuan. Bertindak, atau action, adalah kekuatan yang mendorong kita maju dan mengubah impian kita menjadi kenyataan. Untuk bertindak, diperlukan keberanian, tekad, dan kemauan untuk menghadapi ketidakpastian. Itu berarti mengambil risiko, membuat kesalahan, dan belajar darinya. Kita harus mampu menghadapi yang tidak diketahui dan memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir melainkan batu loncatan menuju kesuksesan.
Terdengar mudah memang, dari pada habis waktu berpikir mending habis waktu untuk bertindak. Kalau gagal, setidaknya masih ada waktu untuk memperbaiki dan mencoba kembali.
Masalahnya, di kepala overthinkers, hal yang terdengar mudah pun bisa menjadi rumit.
Overthinkers sering kali percaya bahwa mereka membutuhkan lebih banyak informasi atau rencana sebelum mereka dapat mengambil tindakan. Overthinkers menunggu saat yang tepat, kondisi yang sempurna, atau kesempatan yang sempurna.Â
Padahal, sebenarnya jarang ada waktu yang tepat untuk apa pun.Â
Lalu apa yang menghambat?
Rasa takut? Takut akan apa? Kegagalan? Mempermalukan diri sendiri? Mengecewakan orang lain? Terbukti salah? Terbukti tidak mampu memenuhi standar yang kita/orang lain buat?
Ada satu perkataan yang saya kira tepat untuk orang-orang yang rasa takutnya mengalahkan dirinya sendiri: The fear may not go away, you may as well doing it scared.Â
Rasa takut yang kita alami mungkin akan selalu menghantui kita, jadi apapun yang mau dilakukan, ya lakukan saja sambil takut.
"Kita tidak jadi berani karena kita tidak takut. Kita disebut berani karena kita melampaui ketakutan kita."
- Katanya orang-orang.
Atau, mungkin bukan rasa takut yang dominan, tetapi keinginan untuk sempurna. Kenapa harus sempurna? Karena citra diri kita tanpa cela? Karena kita tidak akan diterima jika memiliki kekurangan? Karena diri kita yang kita kenal hanyalah diri kita yang sempurna sehingga ketika gagal kita tidak lagi mengenal siapa kita?
Apapun itu, rasa takut, keinginan untuk sempurna, dan apapun itu yang mempersulit hidup kita karena menghambat kita untuk melangkah maju; ingatlah: ada yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak bisa kita kendalikan.
Mungkin kita sebagai overthinkers terjebak pola pikir bahwa kita bisa mengendalikan sesuatu. Jadi karena kita tahu kita bisa, kita berusaha memikirkan semua kemungkinan dan menunggu saat yang tepat tanpa melakukan apapun. Mau semua orang bilang bahwa ini ilusi pun kita tidak bisa langsung berhenti dan lepas kendali akan hal yang rasanya bisa kita kendalikan tersebut.
Baiklah, jika demikian, maka ingatlah: ada yang harus kita kendalikan, dan ada yang tidak harus kita kendalikan.
Alih-alih berfokus pada self control dan control/pengendalian secara umum yang menyebabkan overthinking, inilah saatnya untuk mengubah pola pikir kita ke arah bertindak.Â
Mulailah dengan mengakui bahwa tidak apa-apa membuat kesalahan dan bahwa kegagalan adalah bagian penting dari pertumbuhan. Kesalahan mungkin memang mengerikan, tapi lebih mengerikan terjebak dan dilahap habis oleh isi kepala kita sendiri. Terimalah bahwa ketidakpastian adalah bagian alami dari kehidupan dan menunggu kepastian yang mutlak hanya akan menyebabkan hilangnya kesempatan-kesempatan dalam hidup.
Salah satu cara terbaik untuk memerangi overthinking adalah memecah tugas menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan dapat dikelola. Daripada kewalahan oleh besarnya proyek atau tujuan, fokuslah untuk mengambil satu tindakan kecil pada satu waktu. Setiap langkah yang kita ambil membawa Anda lebih dekat ke tujuan Anda, dan dengan setiap tindakan, kita membangun momentum dan kepercayaan diri.
Alat ampuh lainnya untuk mengatasi overthinking adalah menetapkan tujuan dan tenggat waktu yang jelas. Memiliki target spesifik dan garis waktu memaksa Anda untuk mengambil tindakan dan membuat Anda tetap bertanggung jawab. Urai tujuan kita yang sejauh mencapai bulan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil per mil (mile) dan rayakan milestones tersebut di sepanjang jalan. Dengan demikian, kita merasa mencapai sesuatu dan proses kita berjalan sehingga tidak semonoton menunggu 1 tujuan besar yang tidak tercapai setelah sekian usaha.
Penting juga untuk mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang suportif dan berpikiran sama yang mendorong tindakan dan menginspirasi kita untuk maju. Cari mentor, bergabunglah dengan komunitas atau grup yang selaras dengan minat atau tujuan kita, dan terlibat dalam diskusi yang merangsang pertumbuhan dan tindakan. Kolaborasi dan berbagi pengalaman dapat memberikan wawasan berharga dan perspektif baru.
Ingat, bertindak di sini bukan berarti menjadi sembrono atau impulsif. Ini tentang menemukan keseimbangan antara pertimbangan yang bijaksana dan melangkah ke depan. Percayai insting kita, ambil risiko yang telah diperhitungkan, dan hadapi ketidakpastian yang tak terelakkan yang menyertai kemajuan. Pahami bahwa kegagalan bukanlah cerminan dari nilai kita, melainkan kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Dear overthinkers,
kalau ada banyak sekali isi kepala kita sampai kita kewalahan, belajarlah pelan-pelan melepas yang tidak perlu dikontrol,
sudah saatnya untuk melepaskan diri dari rantai keraguan dan analisis-analisis di kepala kita yang membuat kita lumpuh.
Pengendalian diri atau self control penting, tapi tidak perlu diglorifikasi dalam kepala kita seolah-olah semua hal harus berada dalam kendali kita, yang sampai akhirnya membuat kita tenggelam dan termakan oleh isi kepala kita.
Mari mulai bertindak, karena itu adalah kunci yang membuka potensi sejati kita. Ambil langkah pertama itu, dan sisanya akan mengikuti. Perjalanan kita dimulai sekarang. (oni)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H