Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Diam: Stonewalling, Silent Treatment, dan Diam Adalah Emas

18 Mei 2023   13:46 Diperbarui: 19 Mei 2023   09:47 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau diam banyak kekurangannya, bagaimana dengan yang katanya diam adalah emas?

Perilaku diam, bila digunakan dengan sadar dan disengaja secara seimbang, dapat berdampak positif pada komunikasi dan hubungan. Ini memungkinkan individu untuk mengumpulkan pemikiran mereka, berlatih mendengarkan secara aktif, dan merespons dengan bijaksana. Keheningan dapat menciptakan ruang yang aman untuk refleksi, empati, dan pertumbuhan pribadi. Ini menawarkan kesempatan untuk benar-benar memahami orang lain dan mengembangkan koneksi yang bermakna.

Kuncinya terletak pada menemukan keseimbangan antara diam dan terlibat aktif. Hal ini membutuhkan kesadaran diri, empati, dan keterampilan komunikasi yang efektif. Mengenali kapan diam diperlukan untuk refleksi pribadi atau untuk menghormati batasan sangatlah penting. Sama pentingnya untuk berkomunikasi secara terbuka, mengungkapkan empati, dan menindaklanjuti dengan tanggapan yang bijaksana pada saat yang tepat.

Adakalanya diam itu baik, adakalanya jangan diam.

Saya pribadi bukan orang yang banyak diam, namun akan miskin kata-kata ketika dalam posisi yang tidak nyaman. Jadi, saya bukan orang yang tidak nyaman ketika orang lain diam, melainkan adalah orang yang menciptakan ketidaknyamanan karena terlalu diam.

Apa motif saya diam? Kesalahan dalam berpikir, saya kira. Saya memiliki kekhawatiran akan mengucapkan hal yang salah atau memperburuk situasi dengan bersuara. Padahal, diam justru lebih buruk ketika kita mampu berkomunikasi efektif. Ketika saya sudah menyadari kesalahan berpikir ini pun, perilaku saya tidak serta merta berubah karena diam sudah menjadi respons yang refleks karena seumur hidup di rumah saya dihadapkan dengan orang-orang yang bisa tersinggung, meledak, dan bahkan hilang kontrol diri cuma karena sesuatu yang saya ucapkan bukan sesuatu yang diharapkan. 

Apakah tidak bisa diubah?

Tentu bisa. Tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin.

Ada orang seperti saya, dan ada orang yang justru tidak suka mendiamkan sesuatu.

Dalam bahasa berantem, saya mungkin tipe flight, dan ada orang yang tipe fight. Semua hal harus langsung dibahas dan diselesaikan. Tentu sekilas kedua tipe orang ini gak nyambung kalau berkonflik. Meskipun demikian, sepengalaman saya, saya memiliki hubungan-hubungan yang lebih bermakna dengan orang-orang tipe fight, mulai dari pertemanan yang sampai bertahun-tahun sampai hubungan yang lebih serius; dengan catatan mereka adalah orang-orang yang terus mau belajar. Saya jadi pelan-pelan belajar berbicara, dan mereka pelan-pelan belajar menerima jeda.

Mungkin, kita bisa memulai dengan tahu kapan harus diam dan kapan sebaiknya menghindari diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun