Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Paradoks Eksistensi: Kita Spesial Tapi Kita Akan Tergantikan

19 April 2023   12:58 Diperbarui: 30 April 2023   01:50 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by davide ragusa on Unsplash

Teori dan literatur psikologis lain yang membahas paradoks eksistensial termasuk teori penentuan nasib sendiri (self-determination theory), yang mengusulkan bahwa kebutuhan kita akan otonomi, kompetensi, dan keterkaitan dapat membantu kita mendamaikan ketegangan antara keinginan kita akan signifikansi individu dan kesadaran kita akan ketidakkekalan kita. Psikologi positif, yang menekankan pentingnya menumbuhkan emosi, kekuatan, dan kebajikan positif, juga dapat membantu kita mengembangkan rasa makna dan tujuan yang didasarkan pada hubungan kita dengan orang lain dan dengan alam.

Secara keseluruhan, paradoks eksistensial adalah masalah yang kompleks dan beragam yang dibahas oleh berbagai teori dan literatur psikologi. Teori dan literatur ini memberikan wawasan tentang tantangan psikologis dan emosional yang muncul dari kesadaran kita akan ketidakkekalan kita dan ketegangan antara keinginan kita akan signifikansi individu dan kebutuhan kita akan rasa memiliki dan hubungan dengan orang lain.

Penutup

Paradoks eksistensial "istimewa tetapi tergantikan" adalah masalah yang kompleks dan beragam yang dapat diperiksa melalui berbagai perspektif psikologis. Setiap pendekatan memberikan wawasan berharga tentang sifat pengalaman manusia dan cara kita mengatasi tantangan dan kecemasan eksistensi.

Meskipun mungkin ada kontroversi seputar beberapa teori ini, relevansi dan signifikansinya tidak dapat disangkal. Dengan menjelajahi kerangka kerja ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas psikologi manusia dan cara pikiran, perasaan, dan perilaku kita dibentuk oleh pengalaman dan perspektif unik kita.

Pada akhirnya, paradoks eksistensial "istimewa tetapi tergantikan" menunjukkan kontradiksi mendasar yang terletak di jantung kondisi manusia. Dengan bergulat dengan kontradiksi-kontradiksi ini dan berusaha memahaminya, kita dapat menemukan makna dan tujuan yang lebih besar dalam hidup kita, dan belajar menghadapi tantangan-tantangan kehidupan dengan ketangguhan dan keanggunan yang lebih besar.

Menghadapi paradoks tersebut mungkin tidak mudah, tetapi ada beberapa strategi yang dapat membantu dalam menavigasi masalah yang rumit ini. Berikut adalah beberapa saran:

  • Menumbuhkan rasa memiliki tujuan dan makna: Dengan berfokus pada hal-hal yang paling berarti bagi kita dan bekerja menuju tujuan yang selaras dengan nilai dan hasrat kita, kita dapat menemukan tujuan dan makna yang lebih besar dalam hidup kita. Ini dapat membantu kita untuk merasa lebih terpenuhi dan tidak terlalu rentan terhadap perasaan dapat diganti yang dapat datang dengan kesadaran akan kefanaan kita.
  • Memupuk hubungan dengan orang lain: Salah satu cara utama di mana kita dapat memerangi rasa tergantikan adalah dengan memupuk hubungan yang kuat dan bermakna dengan orang lain. Dengan membangun hubungan yang didasarkan pada kepercayaan, rasa hormat, dan dukungan timbal balik, kita dapat merasakan rasa memiliki dan keamanan yang lebih besar di dunia.
  • Latih perawatan diri dan kasih sayang diri: Merawat diri sendiri dan memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan dan kasih sayang dapat menjadi cara yang efektif untuk melawan perasaan cemas dan rentan. Dengan memprioritaskan perawatan diri dan bersikap lembut terhadap diri sendiri saat kita mengalami emosi yang sulit, kita dapat membangun ketahanan dan kekuatan batin yang lebih besar.
  • Merangkul ketidakkekalan hidup: Meskipun kesadaran akan kefanaan kita bisa meresahkan, itu juga bisa menjadi pengingat untuk menghargai keindahan dan keajaiban hidup yang cepat berlalu. Dengan merangkul ketidakkekalan keberadaan dan hidup di saat ini, kita dapat menemukan kedamaian dan penerimaan yang lebih besar dalam menghadapi kefanaan kita sendiri.

Pada akhirnya, menghadapi paradoks eksistensial "istimewa tetapi tergantikan" mengharuskan kita untuk menghadapi beberapa aspek pengalaman manusia yang paling mendasar dan menantang. Dengan mendekati masalah ini dengan keterbukaan, keingintahuan, dan kemauan untuk mengeksplorasi pikiran dan perasaan kita sendiri, kita dapat menemukan pemahaman dan penerimaan yang lebih besar terhadap diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. (oni)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun