Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Paradoks Eksistensi: Kita Spesial Tapi Kita Akan Tergantikan

19 April 2023   12:58 Diperbarui: 30 April 2023   01:50 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Verywell / JR Bee 

Pada saat yang sama, keinginan utama id untuk mempertahankan diri dan mencari kesenangan juga berperan, saat kita berjuang untuk mendamaikan keinginan kita akan signifikansi individu dengan kesadaran kita akan kefanaan kita sendiri dan kebutuhan untuk mengamankan tempat kita di dunia.

Menurut Freud, konflik-konflik ini dapat mengarah pada serangkaian pertahanan psikologis dan mekanisme koping, seperti represi, penyangkalan, dan proyeksi, saat kita berusaha menavigasi ketegangan antara keinginan pribadi kita dan kewajiban sosial.

Secara keseluruhan, dari sudut pandang Freudian, paradoks eksistensial dapat dilihat sebagai interaksi yang kompleks antara ego, id, dan superego, ketika kita berusaha mendamaikan keinginan individu kita untuk signifikansi dengan rasa kewajiban kita untuk berkontribusi pada yang lebih besar. baik sementara juga bergulat dengan kesadaran akan kefanaan kita sendiri dan keinginan untuk mempertahankan diri.

Selain itu, dalam teori Freudian, kita juga mengenal konsep "dorongan kematian" atau "naluri kematian" yang mengacu pada kecenderungan bawaan dalam semua makhluk hidup menuju penghancuran diri dan agresi. Dorongan ini dianggap bertentangan dengan "dorongan kehidupan" atau "Eros", yang mewakili kecenderungan bawaan kita terhadap kelangsungan diri dan kelangsungan manusia secara umum.

Photo by Verywell / JR Bee 
Photo by Verywell / JR Bee 

Paradoks eksistensial "istimewa tetapi tergantikan" dapat dilihat sebagai cerminan dari kesenjangan antara dorongan hidup dan mati ini. Di satu sisi, keinginan kita untuk signifikansi individu dan pelestarian diri mencerminkan dorongan hidup, sementara di sisi lain, kesadaran kita akan kefanaan dan ketidakkekalan kita sendiri mencerminkan dorongan kematian.

Freud menyarankan bahwa kedua dorongan ini terus-menerus bertentangan satu sama lain dan perkembangan psikologis kita dibentuk oleh kemampuan kita untuk menavigasi ketegangan ini. Menurut teorinya, individu yang sehat adalah individu yang mampu menemukan keseimbangan antara dua dorongan ini, mencapai rasa harmoni batin dan kapasitas untuk terlibat dengan dunia dengan cara yang berarti.

Konsep dorongan kematian juga berkaitan dengan gagasan Freud tentang agresi, yang dilihatnya sebagai ekspresi dari dorongan kematian. Dalam pandangan ini, agresi berfungsi untuk melepaskan impuls destruktif yang melekat dalam jiwa manusia, memungkinkan kita menemukan pelepasan dari ketegangan yang diciptakan oleh dorongan kematian.

Paradoks eksistensial "istimewa tetapi tergantikan" dapat dilihat sebagai cerminan interaksi kompleks antara dorongan hidup dan mati dalam jiwa manusia. Dengan memahami dinamika psikologis yang mendasari ini, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang sifat keberadaan manusia dan tantangan untuk mendamaikan keinginan kita akan signifikansi individu dengan kesadaran kita akan kefanaan dan ketidakkekalan kita sendiri.

Teori Manajemen Teror

Perspektif kedua adalah kita berusaha memahami paradoks eksistensial "istimewa tetapi tergantikan" dari teori manajemen teror (TMT).

TMT adalah teori psikologi yang mengeksplorasi bagaimana manusia merespon kesadaran akan kematiannya sendiri. Dikembangkan oleh psikolog sosial Jeff Greenberg, Tom Pyszczynski, dan Sheldon Solomon pada 1980-an, TMT didasarkan pada gagasan bahwa manusia memiliki kesadaran unik akan kefanaan mereka sendiri, yang dapat menyebabkan serangkaian reaksi psikologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun