Mohon tunggu...
Qanita Zulkarnain
Qanita Zulkarnain Mohon Tunggu... Lainnya - Magister Psikologi

Psychology Undergraduate and Psychometrics Graduate.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kecerdasan, Bawaan Lahir atau Dari Lingkungan?

16 April 2023   16:33 Diperbarui: 17 April 2023   00:07 1694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Andrew George on Unsplash

Kecerdasan adalah topik yang terus diminati dan diperdebatkan di berbagai bidang, termasuk psikologi, ilmu saraf, pendidikan, dan sosiologi. 

Kebetulan, tesis saya membahas mengenai alat ukur kecerdasan, sehingga saya jadi mengetahui (setelah kajian pustaka komprehensif) bahwa ternyata kecerdasan, atau inteligensi, tidak memiliki satu definisi umum yang disepakati oleh semua orang. Ada banyak sekali pendapat ahli yang berbeda-beda, yang akhirnya melahirkan teori kecerdasan yang berbeda-beda. 

Kita mungkin pernah mendengar bahwa kecerdasan adalah kemampuan dalam berbagai hal kognitif seperti kemampuan verbal, numerikal, figural, dan memori. Atau, kecerdasan adalah triarkis dari kemampuan analitis, kreatif, dan praktis. Atau, kecerdasan adalah kemampuan multidimensi multisegi yang mencakup semua kemampuan kognitif sampai praktis. Atau, yang paling muda teorinya, kecerdasan terdiri dari berbagai jenis, ada kecerdasan musikal, sosial, interpersonal, dan lain-lain.

Tapi, meskipun tidak ada definisi tunggal tentang kecerdasan, secara umum kecerdasan dipahami mengacu pada kemampuan individu untuk bernalar, memecahkan masalah, berpikir abstrak, belajar dengan cepat, dan beradaptasi dengan situasi baru. 

Dalam sejarahnya, teori kecerdasan muncul karena ilmuwan ingin mengetahui apa sesuatu yang ada dalam diri manusia yang jika sesuatu ini tinggi/banyak, maka orang tersebut lebih bisa melakukan segala sesuatu dan memperoleh kesuksesan dalam hidup (yang dalam hal ini definisi sukses juga sama tidak mutlaknya bagi semua orang).

Jadi, poinnya adalah kecerdasan itu sulit untuk didefinisikan secara mutlak dengan kata-kata.

Masalah kita tidak berhenti di situ. Masalah selanjutnya adalah kita ingin mengukur kecerdasan. Sekarang ini kita mengenal ukuran kecerdasan dengan IQ (intelligence quotient), yang mana seringkali disalahpahami penggunaan dan interpretasinya oleh masyarakat. (Saya akan membahas ukuran kecerdasan dalam tulisan lainnya).

Masalah selanjutnya adalah ketika ada IQ  yang lebih tinggi dan lebih rendah, kita ingin mengetahui dari mana kecerdasan berasal dan faktor apa yang mempengaruhinya. Sebagaimana banyak topik dalam psikologi dan filsafat, pertanyaan mendasar mengenai hal tersebut adalah "nature VS nurture".

Penelitian terbaru mengenai kecerdasan telah memberikan pemahaman baru tentang interaksi kompleks antara genetika dan lingkungan dalam membentuk kecerdasan. 

Studi kembar identik telah menunjukkan bahwa genetika dapat memainkan peran penting dalam menentukan kemampuan kognitif, tetapi faktor lingkungan seperti pendidikan, gizi, dan pola asuh juga dapat memiliki dampak yang signifikan.

Selain itu, mungkin yang banyak dibahas belakangan adalah tentang "kecerdasan diturunkan dari ibu".

Benarkah? (Spoiler: pernyataan tersebut misleading)

Karena, di sisi lain, ada pernyataan yang berkembang bahwa kecerdasan bukanlah sifat yang tetap atau tidak dapat diubah, melainkan sesuatu yang dinamis dan dapat dibentuk yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui intervensi seperti pendidikan dan pelatihan.

Pada saat yang sama, studi mengenai kecerdasan telah menimbulkan pertanyaan dan tantangan penting seputar isu keragaman, kesetaraan, dan keadilan sosial. Para peneliti telah menyoroti cara status sosial ekonomi, latar belakang budaya, dan faktor lain dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam akses ke sumber daya pendidikan dan lingkungan yang mendorong kecerdasan.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi penelitian dan perdebatan terbaru seputar topik kecerdasan, utamanya tentang kecerdasan itu sebenarnya berasal dari mana? Nature atau nurture? Bawaan lahir atau dibentuk dari lingkungan?

Kecerdasan

Kecerdasan adalah topik yang menarik karena merupakan aspek mendasar dari kognisi dan perilaku manusia. Kecerdasan dipercaya memengaruhi kemampuan kita untuk memecahkan masalah, mempelajari hal-hal baru, beradaptasi dengan situasi baru, dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Dengan demikian, ini memiliki implikasi yang signifikan untuk berbagai domain, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan hubungan sosial.

Kecerdasan juga merupakan konstruksi yang kompleks dan beragam, dengan banyak teori dan definisi berbeda yang telah diajukan selama bertahun-tahun. Kompleksitas ini telah menyebabkan perdebatan dan diskusi yang sedang berlangsung tentang sifat kecerdasan, termasuk pengaruh relatif genetika dan lingkungan, peran proses kognitif yang berbeda, dan sejauh mana kecerdasan dapat ditingkatkan melalui intervensi.

Selain itu, kecerdasan adalah topik yang menarik karena implikasi sosialnya. Orang yang dianggap lebih cerdas sering menikmati keuntungan tertentu dalam hidup, seperti kesempatan kerja yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, dan status sosial yang lebih tinggi. Ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dan tantangan bagi mereka yang tidak memiliki akses ke sumber daya pendidikan atau lingkungan yang sama yang memupuk kecerdasan.

Kecerdasan mungkin adalah konstruksi teori yang dibuat dan dipelajari oleh manusia, tapi teori tersebut dibuat berdasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan memiliki implikasi dunia nyata untuk kesuksesan dan kesejahteraan individu. Ini adalah atribut terukur yang telah dipelajari secara luas secara ilmiah dengan metodologi yang mutakhir di berbagai bidang seperti psikologi, ilmu saraf, dan pendidikan. 

Kecerdasan bukan hanya konsep teoretis, tetapi atribut nyata yang dapat diamati dan diukur melalui berbagai metode seperti tes IQ standar, kinerja akademik, dan tugas pemecahan masalah. 

Selain itu, konsep kecerdasan telah berkembang dari waktu ke waktu karena para peneliti telah memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kemampuan kognitif dan hubungannya dengan hasil dunia nyata. Sementara definisi awal kecerdasan berfokus pada kemampuan intelektual seperti memori dan pemecahan masalah, definisi yang lebih baru telah diperluas untuk memasukkan kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kecerdasan praktis. 

Oleh karena itu, penting untuk mengenali nilai kecerdasan dan berupaya memberikan kesempatan bagi semua individu untuk mengembangkan kemampuan kognitif mereka semaksimal mungkin.

Nature

Perdebatan tentang asal usul kecerdasan telah berlangsung selama berabad-abad. Beberapa orang berpendapat bahwa kecerdasan ditentukan oleh susunan atau sifat genetik seseorang, sementara yang lain berpendapat bahwa faktor atau pengasuhan lingkungan memainkan peran yang lebih signifikan. Sementara kedua sisi argumen memiliki poin yang meyakinkan, kemungkinan besar kecerdasan adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara nature dan nurture.

Sisi nature dari perdebatan mengacu pada gagasan bahwa genetika dan biologi adalah penentu utama perilaku dan perkembangan manusia. Perspektif ini menekankan peran sifat bawaan dan karakteristik bawaan dalam membentuk kepribadian seseorang, kemampuan kognitif, dan variabel psikologis lainnya.

Nature, atau genetika, merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kecerdasan diwariskan sampai batas tertentu, yang berarti bahwa sebagian dari perbedaan individu dalam kecerdasan dapat dikaitkan dengan variasi genetik.

Studi kembar, misalnya, telah menemukan bahwa kembar identik, yang berbagi semua materi genetiknya, cenderung memiliki nilai IQ yang lebih mirip daripada kembar fraternal, yang hanya berbagi sekitar 50% materi genetik mereka. Hal ini menunjukkan bahwa genetika berperan dalam menentukan kecerdasan.

Salah satu studi paling terkenal tentang debat nature VS nuture dilakukan oleh psikolog Arthur Jensen di tahun 1960-an. 

Jensen berpendapat bahwa perbedaan genetik antara kelompok ras menjelaskan perbedaan skor IQ. Namun, kesimpulannya banyak dikritik karena didasarkan pada data yang cacat dan mengabaikan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi nilai IQ.

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa gen tertentu dapat dikaitkan dengan kecerdasan. Misalnya, penelitian telah menemukan bahwa variasi tertentu dari gen COMT, yang terlibat dalam metabolisme dopamin, dikaitkan dengan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas kognitif. 

Selain itu, penelitian tentang kembar identik yang dibesarkan secara terpisah menunjukkan bahwa mereka cenderung memiliki skor IQ yang lebih mirip daripada kembar fraternal yang dibesarkan secara terpisah, yang menunjukkan bahwa genetika berperan dalam kecerdasan.

Lalu, kita mungkin pernah dengar bahwa "kecerdasan itu diturunkan oleh gen ibu" yang mana pernyataan ini merupakan bentuk kesalahpahaman. Persisnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan otak dipengaruhi oleh kromosom X. 

Perempuan memiliki kromosom XX dan laki-laki memiliki kromosom XY. Memang, jika melihat proporsi kromosom X tersebut, perempuan berpeluang lebih besar untuk mewariskan faktor-faktor untuk perkembangan otak anak. Meskipun demikian, 1) tetap belum tentu pasti dai gen ibu, dan 2) faktor genetik bukan satu-satunya faktor, dan belum tentu menjadi faktor dominan.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa genetik berpengaruh terhadap kecerdasan tapi bukan satu-satunya faktor.

Selanjutnya, mari kita bahas faktor lingkungan.

Nurture

Di sisi lain, faktor lingkungan seperti pendidikan, nutrisi, dan pola asuh juga dapat memengaruhi kecerdasan secara signifikan. 

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar lingkungan yang merangsang dan kaya intelektual cenderung memiliki skor IQ lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Selain itu, malnutrisi dan paparan racun juga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan kognitif.

Perdebatan tentang nurture menekankan peran faktor lingkungan seperti pengasuhan, budaya, pendidikan, dan pengalaman dalam membentuk perkembangan manusia. Perspektif ini menekankan bahwa lingkungan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kepribadian seseorang, kemampuan kognitif, dan variabel psikologis lainnya.

Faktor lingkungan seperti pendidikan, gizi, dan pola asuh juga berperan penting dalam membentuk kecerdasan. Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang tumbuh di lingkungan yang merangsang proses berpikir dan memiliki fasilitas untuk memperkaya pengetahuan cenderung memiliki skor IQ yang lebih tinggi, terlepas dari latar belakang genetik mereka.

Salah satu studi paling terkenal tentang dampak lingkungan terhadap kecerdasan adalah program "Head Start" di Amerika Serikat. 

Program ini menyediakan pendidikan anak usia dini dan layanan lainnya untuk keluarga berpenghasilan rendah, dan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang berpartisipasi dalam program ini cenderung memiliki skor IQ dan manfaat kognitif lainnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak berpartisipasi.

Faktor lingkungan lain yang dapat mempengaruhi kecerdasan antara lain gizi, pendidikan, dan pola asuh. Sebagai contoh, penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima nutrisi yang tepat, khususnya selama periode kritis perkembangan otak, cenderung memiliki skor IQ yang lebih tinggi daripada mereka yang kekurangan gizi.

Pendidikan merupakan faktor penting lain yang dapat mempengaruhi kecerdasan. Studi telah menunjukkan bahwa individu yang menerima pendidikan berkualitas tinggi cenderung memiliki skor IQ lebih tinggi dan lebih mungkin untuk mencapai kesuksesan akademik dan profesional.

Terakhir, pola asuh juga merupakan faktor lingkungan penting yang dapat memengaruhi kecerdasan. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang menerima pengasuhan yang positif dan suportif cenderung memiliki skor IQ yang lebih tinggi dan lebih mungkin berhasil secara akademis dan profesional.

Middle ground

Dalam perdebatan mengenai asal-usul kecerdasan, jalan tengah yang baik mungkin mengakui bahwa nature dan nurture, keduanya berperan dalam menentukan kemampuan kognitif seseorang. Sementara genetika dapat mengatur dasar untuk kemampuan intelektual tertentu, faktor lingkungan seperti pendidikan, nutrisi, dan pengasuhan dapat berdampak signifikan terhadap perkembangan kognitif seseorang secara keseluruhan.

Perdebatan tentang nature VS nurture telah menjadi topik diskusi di berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat dan psikologi, dan sering diterapkan pada perdebatan seputar kecerdasan.

Dalam perspektif filosofis, perdebatan nature VS nurture dapat dilihat sebagai pertanyaan apakah manusia dilahirkan dengan karakteristik dan kemampuan bawaan, atau apakah mereka dibentuk sepenuhnya oleh pengalaman dan lingkungannya. Perdebatan ini telah berlangsung selama berabad-abad, dengan filsuf seperti John Locke dan Jean-Jacques Rousseau mengambil pandangan yang berlawanan.

Dalam psikologi, debat nature VS nurture sering digunakan untuk mengeksplorasi pengaruh relatif genetika dan lingkungan terhadap perkembangan manusia. 

Perdebatan ini sangat relevan dalam studi kecerdasan, dengan beberapa peneliti menekankan peran genetika dalam menentukan kemampuan kognitif, sementara yang lain menekankan pentingnya faktor lingkungan seperti pendidikan dan pengasuhan.

Penting untuk diketahui bahwa perbedaan genetik antar individu dapat menghasilkan berbagai tingkat kemampuan intelektual, tetapi ini bukan satu-satunya penentu kecerdasan. Faktor-faktor seperti akses ke pendidikan, paparan lingkungan yang menstimulasi secara intelektual, dan pengasuhan yang mendukung semuanya dapat berkontribusi pada pengembangan kemampuan kognitif.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan bahwa interaksi antara alam dan pengasuhan bersifat kompleks dan dinamis. Misalnya, susunan genetik seseorang dapat memengaruhi responsnya terhadap faktor lingkungan tertentu, seperti perbedaan sistem pertahan tubuh secara genetis terhadap paparan zat beracun yang membahayakan perkembangan kognitif.

Pada akhirnya, middle ground untuk debat nature VS nurture memungkinkan kita untuk mempertimbangkan sifat kecerdasan yang beragam dan saling berhubungan. Dengan mengenali pengaruh genetika dan lingkungan, kita dapat lebih memahami kompleksitas perkembangan kognitif dan berupaya memberikan peluang bagi semua individu untuk mencapai potensi intelektual penuh mereka.

Secara keseluruhan, sementara ada bukti yang menunjukkan bahwa baik alam maupun pengasuhan berperan dalam kecerdasan, kemungkinan besar interaksi antara keduanya kompleks dan multi-segi. Alih-alih ditentukan semata-mata oleh genetika atau lingkungan, kecerdasan kemungkinan merupakan hasil interaksi yang kompleks antara keduanya. Karena itu, penting untuk mempertimbangkan faktor genetik dan lingkungan saat mempertimbangkan kecerdasan dan bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu.

Faktor lainnya selain kecerdasan

Kecerdasan dianggap penting karena merupakan faktor kunci dalam kemampuan kita untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Faktor kecerdasan ini memungkinkan kita untuk belajar, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan beradaptasi dengan situasi baru. 

Kecerdasan sangat penting dalam banyak bidang kehidupan, termasuk pendidikan, kesuksesan karier, interaksi sosial, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Orang dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi cenderung berprestasi lebih baik di sekolah, memiliki pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, dan mengalami hasil kesehatan yang lebih baik.

Selain itu, kecerdasan dapat memainkan peran penting dalam perkembangan sosial dan emosional. Orang dengan tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi, yang melibatkan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi seseorang dan emosi orang lain, cenderung memiliki hubungan interpersonal yang lebih sukses dan kesehatan mental yang lebih baik.

Meskipun demikian, kecerdasan (dalam konteks kemampuan kognitif) bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup. Itu adalah faktor penting yang dapat memberikan peluang dan keuntungan bagi individu. Aada banyak faktor lain yang berkontribusi pada kesuksesan dan kesejahteraan seseorang. Beberapa contoh termasuk:

  • Kecerdasan Emosional: Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Atribut ini penting dalam hubungan interpersonal, resolusi konflik, dan kepemimpinan.
  • Kreativitas: Kreativitas melibatkan kemampuan untuk berpikir di luar kotak dan menghasilkan solusi baru untuk masalah. Atribut ini penting dalam banyak bidang, termasuk seni, sains, dan bisnis.
  • Ketekunan: Ketekunan mengacu pada kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi tantangan dan kemunduran. Atribut ini penting dalam mencapai tujuan jangka panjang dan mengatasi hambatan.
  • Keterampilan Sosial: Keterampilan sosial melibatkan kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain dan membangun hubungan yang positif. Atribut ini penting dalam hubungan pribadi dan profesional.
  • Resiliensi: Ketahanan mengacu pada kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan dan mengatasi rintangan. Atribut ini penting dalam menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan.
  • Etika dan Moral: Etika dan moral melibatkan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah dan bertindak sesuai dengan itu. Atribut ini penting dalam pengambilan keputusan pribadi dan profesional serta membangun kepercayaan dengan orang lain.
  • Grit: Grit adalah sifat atau karakteristik psikologis yang mengacu pada ketekunan dan hasrat individu untuk tujuan jangka panjang. Ini melibatkan upaya berkelanjutan, ketahanan, dan kemampuan untuk mengatasi kemunduran dan hambatan dalam mengejar tujuan.

Secara keseluruhan, meskipun kecerdasan itu penting, itu bukan satu-satunya faktor yang berkontribusi pada kesuksesan dan kesejahteraan seseorang. Mengembangkan berbagai atribut, termasuk kecerdasan emosional, kreativitas, ketekunan, keterampilan sosial, ketahanan, etika dan moral, serta grit dapat menghasilkan kehidupan yang lebih memuaskan dan sukses.

Perspektif lainnya

Meskipun debat tentang nature VS nuture telah menjadi topik diskusi lama dalam psikologi, ini bukan satu-satunya perspektif untuk menentukan sumber/faktor variabel psikologis seperti kecerdasan. Ada perspektif dan model lain yang memperhitungkan interaksi kompleks antara genetika dan lingkungan, dan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih bernuansa dan komprehensif tentang perkembangan manusia.

Misalnya, model biopsikososial menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, dan sosial dalam memahami perilaku dan perkembangan manusia. Model ini menunjukkan bahwa faktor biologis seperti genetika dan struktur dan fungsi otak, faktor psikologis seperti kemampuan kognitif dan kepribadian, dan faktor sosial seperti keluarga, budaya, dan status sosial ekonomi semuanya berinteraksi untuk membentuk perkembangan manusia.

Pendekatan lain adalah model pembangunan transaksional, yang menekankan interaksi dinamis dan timbal balik antara individu dan lingkungannya dari waktu ke waktu. Model ini menunjukkan bahwa individu dan lingkungannya terus-menerus mempengaruhi dan membentuk satu sama lain, dan interaksi ini dapat memiliki efek jangka panjang pada perkembangan.

Oleh karena itu, sementara perdebatan mengenai nature VS nuture merupakan titik awal yang berguna untuk memikirkan tentang sumber/faktor variabel psikologis, penting untuk menyadari bahwa perkembangan manusia itu kompleks dan multisegi. Perspektif dan model lain dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang membentuk perilaku dan perkembangan manusia.

Penutup

Kategorisasi nature VS nurture dalam memahami asal usul variabel psikologis seperti kecerdasan dilakukan oleh ilmuwan dan praktisi agar mereka dapat lebih mudah membandingkan dan membedakan pengaruh relatif faktor genetik dan lingkungan terhadap perkembangan manusia. Namun, penting untuk dicatat bahwa kategorisasi ini adalah bentuk penyederhanaan dari kompleksitas interaksi berbagai hal, termasuk genetika dan lingkungan, dalam membentuk perilaku dan perkembangan manusia.

Pada akhirnya, kecerdasan mungkin bersifat nature atau alamiah yang diwariskan secara genetik, namun faktor lingkungan tetap memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan kecerdasan seseorang. Sebagai individu, kita dapat menciptakan lingkungan yang dengan kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan kita. Sebagai orang tua, kita dapat memfasilitasi lingkungan yang baik untuk anak-anak kita agar perkembangan otaknya dapat terstimulasi dengan optimal.

Meskipun demikian, jika kita kembali ke awal, kita mengkaji kecerdasan karena kita ingin mengetahui agar bisa mengoptimalkan sesuatu dalam diri kita yang membawa kita pada kesejahteraan dalam berbagai aspek kehidupan. Pada masanya, mungkin dahulu kecerdasan adalah satu-satunya jawaban. Namun, di masa sekarang, dengan pengetahuan yang terus berkembang, kecerdasan atau kemampuan kognitif bukan faktor tunggal penentu keberhasilan.

Cerdas itu penting, tapi cerdas bukan segalanya.

Oleh karena itu, sementara perdebatan tentang kontribusi relatif dari nature VS nurture dalam menentukan kecerdasan merupakan hal yang menarik dan penting, hal yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengenali berbagai faktor yang lebih luas dari kecerdasan. 

Dengan menghargai dan memelihara berbagai keterampilan dan kemampuan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih beragam dan tangguh yang lebih siap menghadapi tantangan masa depan. (oni)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun